Tidak seperti biasanya Bu Maya yang terkenal disiplin itu terlambat masuk kelas. Saat ini, sudah lewat lima belas menit sejak pelajaran matematika dimulai, ia belum masuk kelas juga. Anak-anak masih meneruskan keributannya di kelas, tetapi kadang was-was jika ada suara sandal yang mendekat. Beberapa kali mereka terkecoh oleh suara sandal yang ternyata bukan Bu Maya, padahal mereka sudah diam.
Terdengar sekali lagi suara sandal yang membuat mereka mendengarkan dengan saksama.
"Kali ini gue yakin, ini suara sandalnya Bu Maya beneran! Beliau nggak pernah ganti sandal soalnya, khas banget suaranya!" seru Dimas memperingatkan.
Anak-anak lain bergegas kembali ke tempat duduk masing-masing, kemudian diam.
Pintu kelas dibuka. Bu Maya masuk diikuti seseorang yang berjalan di belakangnya.
"Mohon maaf saya terlambat, karena saya tadi sedang ada tamu. Tamu kelas kita juga. Kelas kita kedatangan anak baru," kata Bu Maya lalu melirik anak lelaki di sampingnya. Lelaki itu mengangguk seraya tersenyum sopan kepada Bu Maya.
"Silakan perkenalkan diri kamu ke teman-teman." Bu Maya mempersilakan.
Anak baru itu menghipnotis semua gadis di kelas agar pandangan mata mereka tertuju kepadanya. Tubuh tegap jangkung menjulang, dada bidang, perut rata, rambut-rambut halus yang menutupi kedua lengannya, rahang tegas, rambut tebal, dan wajah cerah mulus tanpa jerawat, adalah perpaduan luar biasa yang menjadi daya tarik lelaki itu. Aura yang terpancar dari lelaki itu hanyalah aura positif, tidak ada sedikitpun aura negatif yang menyempil.
"Halo kawan." Lelaki itu melambaikan tangan sambil tersenyum. Senyumannya begitu hangat dan bersahabat. Manisnya kelewatan, bagai gula aren berton-ton. Apalagi ada lesung yang menghiasi pipi kirinya. Gigi kelincinya pun tak kalah menggemaskan.
Semua anak perempuan tercenung membisu sambil tetap fokus memandang si anak baru, kecuali Lily. Lily pikir, semua lelaki itu sama saja, mereka hanya memandang perempuan dari penampilan fisiknya. Ia malas sekali jika spesies lelaki di kelasnya harus bertambah satu.
"Nama saya Raja Nuca Putra Fachrudin, biasa dipanggil Nuca. Saya pindahan dari Solo. Saya pindah ke Jakarta karena kebetulan papa saya pindah kerja ke sini juga."
"Salam kenal Nuca!" balas anak-anak kompak, lagi-lagi tanpa Lily.
Nuca tersenyum sekali lagi. Wajah polos lelaki itu mengademkan mata gadis-gadis sedari tadi yang menatapnya. Senyumnya yang mengandung kadar gula tinggi itu tidak baik jika terlalu sering dilempar, bisa membuat kecanduan dan mengganggu kesehatan jiwa kaum hawa.
"Nuca, kamu bisa duduk di..." Bu Maya mencari-cari tempat duduk yang kosong. "Di sebelah Oka," katanya sambil menunjuk kursi kosong di banjar paling kiri nomor dua dari depan.
"Terima kasih, Bu."
Kebijakan pengacakan tempat duduk sebanyak seminggu dua kali dengan undian nomor 1 sampai nomor 30 sudah tidak berlaku lagi mulai awal April ini. Hal itu disebabkan karena setelah satu bulan lebih kebijakan ini diterapkan, tidak juga mengubah kotak-kotak geng di kelas ini. Di sela-sela jam pelajaran, anak-anak tetap mencuri-curi waktu untuk berkumpul dengan teman segengnya. Itu membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif dan anak-anak lain yang konsentrasi belajar jadi terganggu. Jadi, sekarang mereka sudah bebas memilih tempat duduk dan teman sebangku seperti biasanya lagi.
Selena hari ini duduk sebangku dengan Jeje. Ia berbisik kepada Jeje sambil memperhatikan Nuca yang melangkah ke tempat duduknya. "Demi apa, gue jatuh cinta pandangan pertama sama si Raja-Raja itu. Ganteng banget, weh. Nikmat Tuhan mana lagi yang lo dustakan, Je?"
"Halah, lebay lo," timpal Jeje jengah. "Lagian nama panggilannya Nuca, bukan Raja."
"Ya apalah itu namanya, pokoknya dia udah merajai hati gue." Selena merengut. "Lagian lebay gimana sih? Orangnya emang ganteng gitu kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...