Hari ini, sepulang sekolah, Nuca sudah berjanji untuk menemui Tsana di sebuah hotel di Jakarta Pusat. Kakak pertama Nuca itu ke Jakarta dalam rangka studi banding ke sebuah organisasi di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Karena kesibukan Tsana sangat padat sehari penuh, ia meminta Nuca untuk mengambil berbagai macam oleh-oleh dari Solo untuk sekeluarga. Tsana juga meminta Nuca turut mengajak Lily ke hotel. Ia penasaran, ingin bertemu langsung dengan gadis tambatan hati adiknya itu.
Seharusnya, sore ini adalah jadwal Nuca dan Selena untuk menjaga ticket box pentas teater. Maka dari itu, Nuca terlebih dahulu minta izin berhalangan hadir dan meminta Oka untuk menggantikannya. Sementara Lily menunggu Nuca di warung tempat ia biasa menunggu ojek online. Ketika Nuca mengabari Lily bahwa urusan perizinannya sudah selesai, Lily berjalan ke warung mie ayam yang jaraknya agak sedikit jauh dari sekolah, supaya tidak dilihat orang-orang. Nuca akan menjemputnya di sana.
***
Tsana berteriak histeris ketika melihat adiknya berjalan dari pintu utama hotel menuju lobi. Ia menghambur memeluk Nuca erat-erat. Tak disangka-sangka, pertumbuhan tinggi Nuca cepat juga. Sekarang, tinggi badannya jadi sebatas dada Nuca. "Kok tambah ganteng aja sih kamu, Nuc?" pekik Tsana.
"Tumben Mbak, kamu bisa muji aku. Biasanya juga gimana," cibir Nuca.
Tsana terkekeh lalu beralih menatap Lily. "Halo," sapanya ramah. "Kamu yang namanya Lily, ya? Pacarnya Nuca?"
"Hehe, iya, Mbak," jawab Lily sambil menjabat tangan gadis berkacamata itu.
"Masya Allah, cantik banget, Nuc, pacar kamu." Tsana menyerahkan kunci kamar hotelnya kepada Nuca. "Oleh-olehnya ada di sebelah koperku, di pojok di deket meja. Kamu masih inget kan koperku kayak gimana?"
"Inget, Mbak."
Tsana melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ya udah. Aku tinggal dulu ya. Aku udah ditunggu temenku nih. Dah!" Gadis itu melambaikan tangan singkat dan berlari terburu-buru.
Nuca menautkan jari-jarinya di celah-celah di antara lima jari Lily. Tangan mereka saling menggenggam dan menghangatkan. "Yuk, Lyo, naik," ajak Nuca dengan senyum manis yang selalu melemahkan Lily. Lantas mereka berjalan beriringan menuju lift yang membawa mereka ke lantai lima, tempat kamar Tsana berada.
***
Nuca mengunci pintu kamar Tsana setelah mempersilakan Lily masuk. Lily menyapu pandangannya ke seisi kamar yang dihuni Tsana dan dua temannya. Aroma pengharum ruangan khas hotel menyeruak, wangi yang Lily sukai.
Nuca meletakkan ranselnya di atas sebuah sofa. Ia mengecek beberapa kantong plastik dan paper bag di sebelah koper Tsana. Benar saja, itu semua adalah oleh-oleh dari Solo untuknya dan keluarga. Namun, Nuca enggan segera pulang membawa oleh-oleh tersebut. Ia malah mendudukkan dirinya asal di atas tempat tidur. Tubuhnya terasa letih.
"Loh Nuc, kok malah duduk di situ?" tanya Lily heran, kemudian menunjuk oleh-oleh Nuca. "Itu nggak dibawa?"
"Bentar, Lyo. Capek. Mau istirahat bentar. Kamu nggak capek emang?"
Lily berdiri mematung, menatap Nuca dengan tatapan aneh.
Nuca tersenyum. "Sini deh, ikut duduk," katanya sambil menepuk-nepuk posisi di sampingnya. Perlahan, Lily duduk di tepi kasur. Sengaja menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan Nuca. Namun, mata Nuca tak lepas memandangi wajah Lily sambil terus tersenyum, membuat Lily salah tingkah dan menundukkan wajah.
"Eh, gerah banget nggak sih?" Nuca melepas hoodie-nya yang berwarna army. Tersisa ia mengenakan seragam kemeja lengan pendek putih yang berlogo OSIS coklat di saku kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...