"Kampret emang Nuca sama Lily," gerutu Oka sebal, setelah ia menonton kembali rekaman shooting Bayu dan Jeje di air terjun dari kamera miliknya. "Kita kurang penerangan gara-gara mereka cabut sejam. Hasilnya jadi kurang maksimal kan."
"Itu mah salah Lily doang. Kan dia yang ngajak Nuca nemenin dia," jawab Bayu yang paling semangat kalau sudah mengkambinghitamkan Lily. "Lagian gue heran sama Nuca, kok bisa-bisanya dia mau nganter Lily? Mana berduaan doang. Kalau gue sih ogah banget."
Oka mengedikkan bahunya malas, lalu pandangannya beralih ke jam tangan yang ia kenakan. Sudah pukul sepuluh, tetapi Lily belum datang dan belum memberi alasan mengapa ia terlambat. Kalau yang lain, sudah jelas kabarnya. Niara dan Keyla sudah di jalan, tetapi mereka mampir sebentar ke minimarket. Jeje menyusul nanti siang, karena pagi ini ia harus menghadiri acara keluarga. Selena masih menunggui ibunya yang sakit di Depok, jadi masih tidak bisa ikut shooting.
Sementara itu, Nuca tetap di rumah, karena rumahnya lah yang menjadi tujuan ketujuh temannya pagi ini. Rumah Nuca yang besar dan mewah, Oka rasa cocok dijadikan lokasi shooting untuk beberapa scene.
Niara dan Keyla sudah tiba di warung Pak Pohan, tempat Oka dan Bayu menunggu menunggu dari tadi. Oka mengecek grup sekali lagi, ternyata masih tidak ada kabar dari Lily. Mereka memutuskan berangkat tanpa gadis itu.
"Eh, tunggu." Tiba-tiba Lily datang. Ia turun dari motor, diantar tukang ojek online. "Maaf gue telat, tadi gue disuruh kakak gue belanja ke pasar. Kebetulan kuota gue lagi habis, jadi nggak bisa ngabarin ke grup."
Mereka bertiga tampak tak acuh dengan alasan Lily, kecuali Niara yang tetap menyambut Lily hangat. Keyla meminta Niara berboncengan dengannya, karena ia trauma kemarin berboncengan dengan Bayu, lelaki itu ngebutnya bukan main. Di antara Oka dan Bayu, tidak ada yang mau membonceng Lily. Alhasil, mereka berdua berboncengan di motor Oka, sedangkan motor bebek merah Bayu dikendarai Lily seorang diri.
"Hati-hati bawa motor gue, jangan sampai lecet." Bayu memperingatkan Lily.
"Lo udah pernah ke rumah Nuca kan, Ly? Kalau gitu lo yang jalan duluan ya? Biar kami tinggal ngikutin lo aja," usul Niara. Ia membuat tiga temannya yang lain kaget, karena baru tahu bahwa Lily pernah berkunjung ke rumah Nuca.
"Oke." Lily setuju.
Lily seperti menjadi pemimpin geng motor di antara teman-teman sekelompoknya. Tidak ada yang menyalip Lily, mereka menurut saja ke mana gadis itu melintas. Mereka percaya dengan Lily yang katanya sudah hapal jalan menuju ke rumah Nuca.
Sampai akhirnya Lily tiba di suatu pertigaan. Kebetulan saat itu lampu hijau menyala. Lily berbelok ke kiri, tetapi ia lupa menyalakan lampu sen. Keyla yang mengendarai motor tepat di belakangnya, tidak tahu kalau Lily berniat belok kiri, dikiranya Lily akan lurus terus. Ia membelokkan setirnya mendadak, dan jalannya pun tidak mepet ke pinggir kiri jalan.
Tiiiiiinnnn!
Suara klakson dari sebuah truk berbunyi memekakkan telinga Keyla, karena hampir saja Keyla menabrak laju truk itu. Keyla oleng, tak tahu arah, hingga akhirnya ia yang membonceng Niara terjatuh. Oka dan Bayu yang di belakang mereka langsung memekik panik. Sedangkan Lily tidak tahu apa yang terjadi dengan dua temannya itu di belakangnya. Ia tetap jalan terus, sendirian, menuju ke rumah Nuca.
Lily baru menyadari kesendiriannya setelah ia tiba di sebuah perempatan. Ia melihat dari kaca spion, melongok ke belakang, tiada tanda-tanda keberadaan empat temannya yang sejak tadi mengikutinya. Setelah lampu hijau, ia putar balik untuk mencari teman-temannya. Mungkin saja mereka kehilangan jejaknya. Padahal Lily mengendarai motor dengan kecepatan sedang, jauh dari kata ngebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...