42. PINDAH

1.4K 197 671
                                    

Hari ini adalah hari pertama Lily memberanikan diri masuk sekolah setelah pemberitaan tentang aib dirinya menyebar luas. Selama satu minggu Lily menghilang sekaligus menenangkan diri. Ia sengaja menonaktifkan ponselnya, karena ia tidak siap berhadapan dengan segala media sosial. Lily mengosongkan rumah kontrakannya. Ia menginap di rumah Oliv dan Atha. Terlalu menakutkan untuk tinggal sendirian di saat-saat seperti ini. Untung saja bayi di kandungan Oliv masih bisa diselamatkan. Selama itu juga ia tidak berkomunikasi dengan Nuca. Ia sudah cukup malu untuk bertemu lelaki itu. Ia merasa kotor, tidak pantas untuk Nuca yang notabene lelaki baik-baik.

Baru saja satu langkah kaki Lily menginjakkan area sekolah, beberapa pasang mata sudah menatapnya dengan tatapan jijik. Image-nya sebagai perempuan murahan sudah menyebar luas. Lily menundukkan kepalanya. Ingin sekali ia menghilangkan mukanya saat ini juga.

"Masih berani juga tuh si perek nginjakin kakinya ke sekolah ini lagi!"

"Bego banget si Nuca, mau-maunya pacaran sama lonte."

"Mending juga sama gue. Goblok, goblok, goblok lo, Nuc."

Dan masih banyak nyinyiran lainnya yang Lily bisa dengar dari teman-teman satu sekolahnya. Baik itu dari teman seangkatan, adik kelas, dan kakak kelas.

Lily terkejut ketika mendapati fotonya bersama Panji di kamar hotel yang dicetak dan dipasang di majalan dinding. Di samping itu juga ada foto Oliv dengan Gilang, yang lokasinya sama-sama di kamar hotel. Ada caption yang tertulis di kertas di bawah dua foto itu.

BERANTAS PEREMPUAN MURAHAN DI SMA WIYATA MANDALA! DROP OUT LILY DARI SEKOLAH INI!

Mata Lily berkaca-kaca. Tangannya mengepal geram. Ia beringsut mengambil dua lembar foto itu, lalu menyobek-nyobeknya hingga bagian kecil-kecil yang berserakan.

***

Lily membongkar isi lemarinya di rumah kontrakan. Ia menyusun baju-bajunya dengan rapi di atas ranjang, lalu dimasukkannya ke dalam koper. Buku-buku dan alat tulisnya di meja belajar dimasukkan ke dalam sebuah kardus besar. Oliv membantu Lily memberesi pernak-pernik kecil di nakas, di laci, dan alat mandi adiknya itu di kamar mandi. Ibu hamil itu mengingatkan Lily agar bekerja lebih cepat, agar semuanya sudah selesai sebelum mobil Atha tiba menjemput mereka.

Oliv merasa ini semua salahnya. Sama sekali tidak ada kesalahan Lily di kasus ini. Lily hanya korban, tidak pantas untuk dicemooh, diperlakukan tidak hormat, apalagi dipandang sebagai perempuan murahan di lingkungan SMA Wiyata Mandala. Demi mental healing adik tercintanya, ia telah berdiskusi dengan Atha dan mereka sepakat untuk memindahkan sekolah Lily ke Tasikmalaya. Di sana, Lily akan tinggal bersama adik Atha–Eva.

Semua berkas kepindahan sekolah Lily sudah diurus oleh Oliv. Eva juga sudah mendaftarkan Lily di sekolah yang baru. Seperti permintaan Lily, ia ingin sekolah di sekolah yang biasa-biasa saja, yang jaraknya dekat dengan rumah Eva. Tidak perlu sekolah favorit seperti sekolahnya di Jakarta. Selain tidak ingin membebani keluarga Eva lebih besar, Lily juga merasa tidak sepadan bergaul dengan teman-temannya kalau di sekolah favorit. Berabe urusannya kalau ia akan terlibat kasus lagi.

Lily merasa beruntung, memiliki kakak ipar yang keluarganya juga menganggapnya sebagai saudara sendiri. Hal itu membuatnya membayangkan bahwa di masa depannya ia juga memiliki suami sebaik Atha. Saat itu juga, bayangan Nuca terlintas di benaknya. Senyum hangat Nuca yang terbayang masih sama, begitu menenangkan hati dan jiwa. Namun, ketika kenyataan menyadarkannya bahwa Nuca dijodohkan dengan Selena, rasanya Lily ingin mati saja.

Lily sempat sungkan jika harus menumpang di rumah Eva, tetapi Atha meyakinkan Lily kalau adiknya pasti senang kalau ada anak-anak atau ABG yang tinggal di rumahnya. Karena selama enam tahun menikah, Eva dan suami belum juga memiliki anak.

Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang