24. LATIHAN

1.5K 191 195
                                    

Nuca duduk di sebuah kursi di sudut studio. Ia mengambil sebuah gitar, lalu ia mulai memetiknya. Nuca mulai memainkan intro dari lagu A Thousand Years. Lily terhenyak, kebetulan sekali Nuca memainkan lagu itu, salah satu lagu favoritnya sejak SMP. Alunan musik intro lagu itu sangat indah, apalagi dimainkan secara akustik oleh jari-jari Nuca yang sudah mahir. Ketika Nuca mulai melantunkan lirik "Heart beats fast...", saat itu juga jantung Lily bekerja lebih cepat, hingga suasana di studio itu tiba-tiba berubah romantis.

"Eh, Lyo." Nuca menghentikan nyanyian dan petikan gitarnya. "Kalau kelompok kita bawain lagu ini, gimana? Menurutku chord-nya nggak terlalu susah buat pemula."

"Ya nggak apa-apa. Gue sih nurut aja, yang penting gue diajarin."

"Oke, aku coba chat di grup dulu." Nuca merogoh ponsel di sakunya, lalu menanyakan perihal pilihan lagu itu di grup kelompok gitar. Tak perlu menunggu lama, Oka dan Ain menjawab setuju. Tidak ada sanggahan, penolakan, maupun usul lagu lain.

Nuca memberikan gitar akustik yang sejak tadi dipangkunya kepada Lily. Dengan sabar, Nuca mengajari bagaimana cara memegang gitar yang benar. Nuca juga mengajari bagaimana posisi jari pada kunci A sampai G yang sama sekali asing bagi Lily. Ketika Lily masih juga belum paham bagaimana jari kirinya akan diposisikan, Nuca mengelus sekilas tangan kanan Lily, lalu mengarahkan jari-jari Lily menyentuh senar dengan lembut. Kalau jadinya akan terus seperti ini, rasa-rasanya Lily ingin terus pura-pura tidak bisa saja, karena Lily sangat menikmati setiap detik prosesnya bersama Nuca.

"Coba kamu petik gitarnya, pelan-pelan aja," ucap Nuca mengarahkan, lalu Lily memetik asal gitar itu, menghasilkan suara yang lumayan juga bagi seorang yang awam.

"Nah, itu tadi kunci C. Sekarang coba pindah ke kunci E, terus kamu mainkan lagi."

"E tuh gimana ya?" Lily menatap Nuca tak berdosa. "Hehe, gue lupa, Nuc."

Nuca mengulas senyum singkat. Lily yakin sebenarnya Nuca bisa saja mengeluh, menunjukkan wajah kesal, atau menggerutu. Namun, nyatanya memilih tetap sabar dan selalu berkata lembut. Tipe-tipe orang seperti itu memang cocok untuk menjadi guru privat.

"Nah, gitu, Lyo. Dicoba dulu sampai hafal. Kalau masih awal, pindah kuncinya emang nggak langsung bisa cepet, jadi pelan-pelan aja ya," pesan Nuca yang menatap Lily sambil tersenyum. Seperti belum puas membuat Lily meleleh dengan sikapnya, Nuca dengan jurus mendadaknya, tiba-tiba mengacak sekilas rambut Lily. Gadis itu semakin kehabisan napas.

"Kunci F. Heart beats fast... Pindah kunci C. Color and promises... Terus kunci Am... Hah? Am apaan Nuc? Gimana caranya?" tanya Lily jadi panik.

Nuca tertawa. "Oh iya, maaf aku lupa ngajarin kunci minor. Am itu artinya A minor. Gini caranya," katanya sambil mengarahkan tiga jari Lily pada senar.

Lily menghela napasnya jengah. Sampai saat ini, Lily tidak ada ketertarikan untuk mendalami alat musik itu. Kalau bukan karena tugas sekolah, dan bukan Nuca yang mengajarinya, mungkin Lily sudah malas sekali belajar main gitar. Agak aneh juga, Lily suka menyanyi, tetapi kurang suka memainkan alat musik.

Tiba-tiba Lily tersenyum, matanya pun berbinar. Mumpung sedang di studio musik, ia ingin menyalurkan hobi menyanyinya di sini. Mumpung tidak ada orang lain juga, selain Nuca. "Nuc, gue mau nyanyi dulu dong. Sebentar aja. Boleh nggak? Boleh ya, plis..." mohonnya.

Nuca tampak berpikir sebelum menjawab. "Hm, boleh sih. Tapi nyanyinya nggak boleh sendiri. Duet yuk, sama aku," ajaknya sambil tersenyum manis. Sebuah syarat yang sama sekali tidak membebani, justru Lily akan dengan senang hati menjalaninya.

"Ya udah, kita mulai." Sambil menahan senyum dan mengendalikan detak jantung, Lily menyiapkan dua stand mic yang ia posisikan berhadapan, untuk dirinya dan Nuca. Mereka menarik napas panjang, sebelum berduet tanpa iringan musik.

Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang