3 Agustus 2015 [flashback]
"Len, lo dipanggil ke ruang BK," kata Andre menghampiri meja Selena di kelas.
Jarang-jarang seorang Andre yang sangat misterius itu mengajak anak cewek bicara, terlebih Selena. Sekalinya bicara, langsung membawa berita bahwa Selena dipanggil BK. Selena mendadak tegang. Wajahnya pucat. "Gue dipanggil ke ruang BK? Ng ... ngapain, Ndre?"
"Mana gue tahu. Tadi gue juga cuma dikasih tahu Nuca."
Jantung Selena berdegup kencang. Sepertinya kecurangannya pada ulangan fisika tadi sudah terbongkar, bisa jadi karena Lily terbukti tak bersalah.
Dengan berat, Selena pun berdiri. Siap tidak siap, ia harus siap menerima apapun hukuman yang diberikan Bu Tita.
"Len." Andre menahan lengan kanan Selena.
Selena berdecak karena merasa risi dipegang-pegang. "Apa lagi?"
Andre mendekati telinga Selena, berbisik. "Pulang sekolah, kita ketemu ya. Ada hal penting yang mau gue kasih tahu ke lo."
Kening Selena mengkerut. Ada apa dengan Andre? Selena memutar bola matanya, lalu mengangguk mengiyakan.
Setelah bel pulang sekolah, Selena harus menerima hukuman membersihkan toilet di belakang lorong kelas sebelas. Andre berniat menghampiri Selena segera, tetapi ia urungkan karena di sana masih ada Jeje, Niara, Pia, dan Lily. Lelaki itu sabar menunggu sampai keempat sahabat Selena itu meninggalkan area toilet.
Kini suasana toilet sudah sepi. Aman. Hanya ada Selena yang masih mengepel lantai di depan toilet. Inilah saatnya Andre melancarkan aksinya. Ia berjalan menghampiri Selena yang sedang menjalankan hukumannya.
"Ngapain lo ke sini hah?" ketus Selena ketika Andre mendekatinya. "Mau ngetawain gue juga lo?"
"Sssst! Jangan teriak-teriak," ucap Andre berbisik sambil merapatkan jaraknya dengan Selena. "Tadi kan gue udah bilang. Pulang sekolah, gue mau kasih tahu lo sesuatu yang penting."
"Sesuatu penting apaan sih? Langsung ke intinya aja."
Andre menyapu pandangannya ke sekeliling. Suasana sudah benar-benar sepi. Tidak ada orang dan tidak terdengar juga suara manusia.
"Lo sebel sama Lily?" tanya Andre.
"Ya ... iya sebel, karena dia kelihatan deket sama Nuca. Padahal gue sama dia sahabatan, dan dia tahu kalau gue cinta banget sama Nuca. Masa dia nggak peduliin perasaan gue sebagai sahabatnya? Itu yang gue sebelin," gerutu Selena.
"Kalau gue sih... gue benci sama Lily. Benci pakai banget."
Selena menaikkan alis, seolah meminta penjelasan Andre lebih lanjut.
"Lo tahu nggak? Kakaknya Lily itu cewek murahan."
"Hah? Kak Oliv maksud lo? Sembarangan. Salah orang kali lo," balas Selena belum percaya.
"Nggak mungkin gue salah orang." Andre membuka galeri di ponselnya, berniat menunjukkan sebuah foto kepada Selena. "Nih, kalau lo nggak percaya."
Andre menunjukkan foto Oliv tidur di hotel berdua dengan seorang lelaki paruh baya. Selena tahu, lelaki itu bukan Atha. Matanya membulat, terkejut.
"Ini foto asli? Nggak editan? Gila, gue nggak nyangka Kak Oliv begini. Tampangnya kelihatan cewek baik-baik kok," tutur Selena.
"Makanya, lo jangan menilai seseorang cuma dari tampangnya. Luarnya aja sok baik, dalemnya udah rusak."
"Lo dapet dari mana foto ini?" tanya Selena untuk mendapat info lebih lanjut.
Andre berjalan membelakangi Selena. "Oliv itu dulunya pacar kakak gua, Hendra namanya. Mereka pacaran kurang lebih dua tahun, sejak mereka kuliah semester awal. Sialnya, beberapa bulan sebelum lulus, Oliv ketahuan ngelonte sama om-om itu. Foto-foto mesum mereka udah kesebar di kampus. Semua mahasiswa dan dosen udah tahu kenyataannya. Bukan cuma nama Oliv yang tercemar, nama Kak Hendra ikut jadi bahan omongan juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...