Setelah ulangan fisika yang terkutuk itu selesai, Pak Rusman mengajak Lily yang sedari tadi duduk di depan kelas untuk ke ruang BK. Di ruang BK, beliau menceritakan kecurangan yang dilakukan oleh Lily kepada Bu Tita, salah satu guru BK yang sedang ada di ruangan. Lily sudah menyiapkan kata-kata yang tepat untuk membela dirinya. Ia berani karena ia memang tidak berbuat salah.
"Apa benar itu Lyonita?" Bu Tita bertanya, setelah mendengarkan cerita Pak Rusman dengan saksama.
"Tidak, Bu. Saya sama sekali tidak tahu perihal kertas itu di bawah kursi saya. Saya juga tidak tahu itu punya siapa, tetapi kertas itu bukan punya saya, Bu. Saya mohon, Ibu dan Bapak percaya sama saya," jawab Lily berusaha meyakinkan.
Bu Tita mulai percaya dengan Lily, karena jawaban anak itu terlihat tenang dan meyakinkan, tidak seperti anak yang sengaja menutupi kesalahannya. "Pak Rusman bawa gulungan kertas itu?" Wanita itu beralih bertanya pada Pak Rusman.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang BK. Bu Tita mempersilakan seseorang itu masuk dengan suaranya yang sedikit berteriak dari dalam ruangan. Dibukalah pintu ruang BK itu oleh seseorang.
"Permisi, Bu, Pak." Lily sangat mengenal suara itu. Tadinya ia pikir yang masuk adalah guru lain, tetapi ternyata... Nuca. Untuk apa Nuca ke sini?
"Ya, gimana, Nak?" tanya Bu Tita menanyakan maksud Nuca.
"Mohon maaf sebelumnya, Bu, Pak. Saya yakin kalau Lyo tidak mungkin melakukan hal itu, karena saya tahu kalau Lyo anak yang selalu jujur dalam mengerjakan soal," ucap Nuca sopan kepada Bu Tita dan Pak Rusman, untuk mengungkap kebenaran ini.
Bu Tita dan Pak Rusman saling pandang, kemudian Pak Rusman bertanya pada Nuca, "Apa kamu tahu kertas itu sebenarnya milik siapa?"
"Saya juga tidak tahu, Pak. Maaf ya, Pak, kalau saya lancang. Di setiap kelas kan ada CCTV, Pak, Bu, mungkin kita bisa cek rekaman CCTV untuk bisa melihat siapa yang sebenarnya melakukan kecurangan itu," saran Nuca.
"Oh, iya, ya? Ya ampun, saya ini udah terbiasa hidup di zaman bahula, sampai lupa kalau di sekolah ini udah ada CCTV," kata Bu Tita cengengesan.
"Saya juga baru kepikiran, Bu," sahut Pak Rusman. "Ck, kita emang sudah terlalu sepuh untuk hidup di zaman ini."
Bu Tita dan Pak Rusman mengajak Lily dan Nuca masuk ke sebuah ruangan kecil di dalam ruang BK. Di ruang tersebut terdapat komputer yang bisa menampilkan rekaman CCTV dari setiap ruangan di sekolah ini.
"Kalian kelas sebelas apa?" tanya Bu Tita.
"IPA 3, Bu," jawab Nuca dan Lily bersamaan. Menyadari kebetulan itu, mereka berdua saling tatap beberapa detik. Nuca tersenyum singkat, sedangkan Lily segera mengalihkan wajahnya dari Nuca.
Klik. Akhirnya Bu Tita menemukan rekaman CCTV kelas XI-IPA-3 pada hari ini. Rekaman CCTV itu langsung di-skip pada saat Pak Rusman memulai ulangan hariannya. Terlihat ada gulungan kertas yang jatuh pertama kali di kelas itu sesaat setelah soal nomor 6 ditampilkan di layar. Setelah dilihat dengan teliti, kertas itu jatuh di kursi Selena. Terlihat juga Selena menendang gulungan kertas itu yang akhirnya berhenti di bawah kursi di seberangnya, kursi Lily. Mata Lily sampai terbelalak melihatnya, ia tidak menyangka kalau Selena, berbuat seperti itu. Meskipun tidak sengaja, tetapi Selena memilih diam dan membiarkan sahabatnya yang tidak bersalah itu menerima hukuman, demi menutupi kecurangannya.
"Oh, ya, ternyata benar kalau bukan Lyonita yang melakukannya. Lantas, siapa nama anak itu?" tanya Bu Tita pada Lily dan Nuca.
"Mmm..." Lily berat untuk menjawabnya, tidak tega kalau sampai Selena dihukum.
"Siapa?" tanya Bu Tita lagi, dengan nada sedikit lebih tinggi.
"Selena Permata Devi, Bu." Tentu saja, ini bukan karena Nuca tidak suka pada Selena atau apa, tetapi semata-mata karena Nuca ingin mengungkap kebenaran dan keadilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanficJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...