43. HIDUP BARU

1.4K 191 457
                                    

Tiga bulan sudah Lily mengenyam pendidikan SMA-nya di Tasikmalaya. Lily sangat senang karena memiliki banyak teman yang bersikap baik padanya. Teman-teman sekelas Lily menyambutnya dengan hangat. Di sekolah baru, lingkungan pertemanannya sangat sehat. Tidak ada yang membeda-bedakan teman. Semua bisa membaur menjadi satu.

Gadis itu benar-benar membatasi semua akses di media sosial dengan teman-temannya di sekolah lama, kecuali Nuca. Lily mengganti pin BBM, nomor WhatsApp, menghapus akun LINE, dan akun Instagram-nya yang lama agar tidak bisa ditemukan lagi oleh teman-teman di SMA Wiyata Mandala. Bukan lari dari kenyataan, tetapi itulah cara ia melakukan self-healing.

Di sekolah baru, Lily masih bersemangat mengembangkan bakatnya yang mulai menonjol, yaitu menyanyi. Ia mendaftarkan diri di ekskul musik. Tidak hanya berlatih vokal, di sana Lily juga diajarkan bermain alat musik, salah satunya gitar. Saat ini, Lily sudah mulai bisa memainkan gitar, meskipun belum semahir Nuca.

Setiap pukul lima sore, Lily bekerja part time di restoran milik suami Eva. Meskipun Eva awalnya tidak mengizinkan, tetapi ia tidak tega melarang karena Lily terus memohon. Lily tidak ingin terlalu bergantung dan merepotkan keluarga Eva. Setidaknya ia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan hasil kerjanya.

Besok, Lily akan tampil di pentas seni perpisahan kakak-kakak kelas dua belas di sekolahnya. Ia akan menyanyikan lagu Mimpi dari Anggun. Akhirnya ia bisa tampil menyanyi di panggung lagi, setelah tampil di acara sekolahnya yang lama, berduet dengan Isyana enam bulan silam.

Lily duduk santai di ruang tamu Eva. Dengan earphone yang terpasang di kedua telinganya, ia mendengarkan instrumen piano lagu Mimpi. Ia berlatih menyanyi dengan iringan instrumen yang ia dapat di Youtube itu.

Setelah menyelesaikan satu lagu, Lily melepas earphone-nya. Pandangannya tertuju pada sebuah brosur yang tergeletak di sebelah tempat tisu di meja. Lily mengambil brosur itu perlahan. Ia membaca halaman depan sampai tuntas, lalu beralih ke halaman berikutnya.

"Kamu mau, Ly?"

Suara lembut Eva membuat Lily mendongak. Sontak Lily langsung meletakkan brosur itu kembali ke tempatnya. "Lho, Kak Eva udah pulang?"

"Udah, tadi aku pulang waktu kamu latihan nyanyi sambil merem-merem," jawab Eva terkekeh kecil. "Enak banget lho suaramu itu, Ly."

"Makasih, Kak." Lily tersenyum.

Eva duduk di samping Lily, lalu menatap Lily lembut. "Tadi kamu belum jawab pertanyaan aku. Kamu mau?"

Lily membasahi bibir. "Mau apa ya, Kak, maksudnya?"

"Mau pakai ini." Eva menunjuk brosur yang tadi Lily baca. Brosur sebuah klinik kecantikan, Fachra Aesthetic Center, yang menawarkan macam-macam paket skincare. Lily tidak menyadari bahwa klinik kecantikan tersebut adalah klinik milik mama Nuca, Fachra Almanda.

Lily bergeming. Kalau ditanya mau atau tidak, jawabannya pasti mau. Namun, ia ingin membelinya sendiri suatu saat nanti dengan uang hasil kerjanya sendiri.

"Lusa ikut aku ke sana yuk, Ly. Aku udah lama perawatan di sana. Cocok banget di aku. Siapa tahu di kulit kamu juga cocok," ajak Eva. "Kita konsultasi dulu aja ke dokternya, Ly. Gratis kok."

"Emang kalau konsultasi doang boleh, Kak, nggak harus beli produknya langsung?" tanya Lily polos.

"Ya biasanya sih langsung beli, Ly. Kamu tenang aja, biar aku yang beliin dulu. Besok kamu bisa ganti pakai uang hasil kerja kamu."

"Aduh, aku jadi nggak enak lho, Kak..."

"Dah, nggak usah dipikirin." Eva mengusap kepala Lily, seperti kakak yang sangat menyayangi adiknya sendiri. Salah satu yang membuat Lily betah tinggal di sini adalah sikap Eva yang selalu baik padanya. "Aku mau masak buat makan malem dulu. Kamu nggak usah bantuin dulu, Ly, biar kamu fokus latihan nyanyi aja dulu."

Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang