Semakin sore, ticket box pentas teater SMA Wiyata Mandala yang kali ini dijaga Selena dan Oka semakin ramai saja. Sebentar lagi semua tiket akan sold out. Mungkin hanya perlu waktu satu hari lagi.
"Kusut amat dah muka lo, Len, kayak tiket ini kalau diremes-remes," komentar Oka sambil memerhatikan wajah Selena yang dari tadi merengut, saat rombongan pembeli tiket baru saja pergi.
Selena bergeming. Ia mengusap wajahnya kasar.
"Maaf ya Len, kalau gue kepo mulu, emang nyokap lo sakit apa? Siapa tahu gue bisa bantu."
"Gue..." Selena mengambil tisu untuk menyeka air matanya yang jatuh tiba-tiba. "Gue nggak mau kehilangan Mama, Ka. Gue belum sempat bahagiain dan banggain Mama, padahal gue sayang banget sama Mama."
Setelah menutup ticket box, Oka fokus mendengarkan cerita Selena. Akhirnya Selena mau terbuka kepada Oka, bahwa ibunya terkena kanker otak. Siap tidak siap, Selena suatu saat harus siap kehilangan ibunya. Tak luput Selena juga menceritakan perihal perjodohan kemarin, tanpa menyebut nama Nuca.
"Jadi anak teman nyokap lo itu bilang kalau dia udah punya pacar? Terus waktu pulang dari rumah dia, nyokap lo pingsan?" ulang Oka menyimpulkan.
Selena mengangguk. "Mama tuh bener-bener ngerasain betapa patah hatinya gue. Bahkan dia orang yang paling sedih, lebih sedih dibanding gue. Gue nggak tega, Ka. Selain itu, gue juga sayang sama cowok itu."
Oka tertegun. Tidak dapat dipungkiri, menghabiskan waktu banyak dengan Selena dalam satu kepanitiaan, membuat perasaan Oka sedikit berbeda kepada Selena. Padahal sudah semenjak kelas sepuluh mereka berteman. Pertemanan yang murni tanpa ada percikan apapun. Oka sangat menyayangkan hadirnya perasaan ini. Perasaan yang memunculkan risiko berat juga untuknya, yaitu risiko patah hati.
Sejak kelas sepuluh, Selena dengan sengaja berusaha mendekati Nuca dengan cara apapun. Namun, waktu kelas sepuluh perasaan Oka masih terpaut pada Niara. Berbeda dengan sekarang, saat Selena memamerkan foto selfie-nya dengan Nuca, hati Oka tercabik-cabik. Namun, ia menutupi semuanya. Sudah biasa Oka menjadi seorang jomlo ngenes.
Belum selesai masalah patah hatinya karena Nuca, ternyata Selena sudah dijodohkan dengan anak sahabat mamanya. Parahnya, Selena bilang bahwa dia juga mencintai lelaki itu. Apakah mungkin anak sahabat mamanya itu Nuca?
"Gimana ya, Ka, caranya biar cowok itu mau dijodohin sama gue?" Selena bertanya dengan wajah memelas, penuh harapan, seakan Oka bisa membantunya memecahkan permasalahan yang berat ini.
Oka menatap Selena lekat-lekat, ekspresinya lebih serius. "Bukan Nuca kan orangnya?"
"Halo." Nuca menyapa singkat kedua temannya di meja ticket box. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Oka segera menjauhkan jaraknya dari Selena, berharap semoga Nuca tidak menyebut namanya baru saja disebut.
"Tadi aku dan Jeje rapat sama Pak Eko dan Bu Citra. Mereka tanya-tanya soal konsep pentas teater kita tahun ini." Nuca mengabarkan.
Oka mengangguk. "Oh, bagus. Aman kan, Nuc?"
"Aman. Tapi karena tahun ini lustrum sekolah kita kesepuluh, Bu Citra usul supaya kita undang guest star. Kesepakatannya kita undang Isyana Sarasvati."
"Wuidih, mantap!" seru Oka. Selena pun mendongak, tertarik mendengarkan pembahasan Nuca selanjutnya, mengingat Isyana adalah salah satu penyanyi wanita favoritnya.
"Terus, Pak Eko ngusulin Isyana Sarasvati akan berduet sama salah satu murid dari sekolah kita. Dan sesuai kesepakatan, yang kepilih Lily," jelas Nuca.
"APA?" Selena sontak berdiri. "Kok bisa?"
"Iya nih, Nuc. Parah lo." Oka ikut berdiri menghadap Nuca. "Kok bisa-bisanya si Lily? Kenapa nggak Niara aja? Atau yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓
FanfictionJudul Sebelumnya: INSECURITY "Sahabatan, jangan?" "Jangan." Lily menautkan kelingkingnya ke kelingking Nuca sambil tersenyum tipis. "Jangan pernah berubah ya." Mimpi Lily yaitu ingin punya pacar satu sekolah, tetapi itu mustahil. Mengingat dirinya h...