6. SEJARAH

1.7K 192 36
                                    

Malam ini, Lily sudah standby di depan laptop. Ia menunggu kiriman pokok bahasan dari Echa, Sasa, dan Nuca. Ia sudah membuat template PPT untuk tugas kelompoknya itu, agar ketika nanti teman-temannya mengirim bagiannya masing-masing, Lily tinggal menyalin kontennya ke slide-slide yang sudah tersedia.

Ketika Lily sedang mengedit, ponselnya menyala. Ada notifikasi pesan LINE masuk dari Echa. Di bawah pesan tersebut, ada sebuah soft file dalam Microsoft Word yang Lily butuhkan.

Lima menit kemudian, giliran Sasa yang mengirim soft file-nya. Tanpa menunda-nunda, Lily memasukkan poin-poin penting dari soft file yang dikirim kedua temannya itu pada slide yang telah ditentukan. Ia menyisakan beberapa slide kosong yang menjadi tempat pokok bahasan terakhir, yaitu pokok bahasan yang dibahas oleh Nuca.

PPT tersebut sudah disunting sedemikian rupa hingga rapi. Tinggal bagian Nuca saja yang masih kosong. Tidak ada kabar sama sekali dari lelaki yang menyebalkan itu. Terpaksa, Lily harus mengirim pesan pada Nuca terlebih dahulu. Kalau tidak demi tugas, Lily tidak akan pernah melakukannya. Malas sekali ia berurusan dengan makhluk yang berjenis kelamin laki-laki, yang ia pikir semuanya sama saja.

Lily kembali membuka aplikasi LINE. Jari Lily menggulir layar ponsel, untuk mencari kontak Nuca di grup kelas.

Lyonita Dravina
Maaf nih ganggu, mau tanya pokok bahasan Kerajaan Majapahit lo udah selesai belum?
Tolong kirim ke gue ya, maksimal jam 9
Makasih

Lima belas menit sudah berlalu, tetapi Nuca tak kunjung membalas pesan Lily. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul 21.30. Lily sudah menguap untuk kesekian kalinya. Ia sudah mengantuk dari tadi.

Kepepet karena dikejar deadline, Lily memberanikan diri untuk menelepon laki-laki itu. Tidak peduli ia nantinya dikira ganjen atau bagaimana kepada anak baru yang tampan itu, yang penting tugas kelompoknya segera terselesaikan.

Klik. Lily memanggil Nuca melalui free call LINE. Foto profil Nuca terpampang nyata memenuhi layar ponsel Lily, membuat Lily tercekat.

Berdering, tetapi tidak dijawab juga. Lily menelepon lagi, dan masih tidak dijawab.

Untuk ketiga kalinya, Lily menelepon Nuca. Sambil menunggu jawaban telepon, ia mengambil botol minum di dekat tasnya.

"Halo?" Terdengar suara sahutan dari seberang sana ketika Lily sedang minum. Akhirnya dijawab juga.

"Halo. Gue Lily. Temen kelompok lo di tugas sejarah minggu lalu."

"Oh, iya, Lyo. Kenapa?"

Sudah berkali-kali Lily bilang kalau panggilannya Lily, bukan Lyo, tetapi tetap saja Nuca memanggilnya Lyo. Padahal ia paling tidak suka dipanggil dengan nama itu, terdengar risih di telinganya.

"Pokok bahasan lo udah jadi belum? Ini soalnya gue lagi bikin PPT-nya. Yang lain udah pada ngirim, kurang punya lo."

"Kerajaan Majapahit itu ya? Udah kok, udah aku bikin. Habis ini aku kirim deh. Maaf banget ya, aku baru aku jawab telepon kamu. LINE-ku sering error soalnya. Notifnya sering nggak muncul."

"Hm. Makasih."

"Makasih juga udah ngingetin."

Sebelum menutup telepon, Lily teringat sesuatu. Tadi Oliv bilang kalau tinta printer miliknya sedang habis. Itu artinya ia tidak bisa mencetak tugas itu sekarang, harus menunggu besok pagi. Padahal, kalau pagi-pagi, koperasi sekolah pasti penuh antrean anak-anak yang juga ingin menge-print. Mungkin kali ini Nuca bisa ia manfaatkan.

Sahabat untuk Lily [OPEN PRE-ORDER]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang