3. Ketua osis

13.4K 572 22
                                    

Happy Reading:*

Hari ini Pelangi harus membantu bu Ita mengoreksi jawaban kelas X dan XI. Bayangkan saja, kelas X aja sudah berjumlah sekitar 350 belum lagi kelas XI yang berjumlah 380. Bagaimana Pelangi tidak sedikit kesal. Ini juga menyita waktu istirahatnya, tetapi apa boleh buat, bu Ita sudah memintanya untuk membantunya, mau menolak pun tidak enak.

"Sudah berapa lembar, Ngi?" tanya bu Ita.

"Masih 250 lembar bu," jawabnya.

"Banyak banget ya ternyata," ujar bu Ita.

"Nah itu ada Aldo. Coba Ibu panggil dulu ya!" ucap bu ita sambil berjalan keluar menghampiri Aldo yang baru saja lewat.

"Nih, Aldo bantu kita ngoreksi ini ya!" pinta bu Ita pada Aldo.

"Oh iya bu," ujar Aldo dengan tersenyum ramah.

"Hai!" sapa aldo pada Pelangi.

Pelangi hanya tersenyum kikuk. Sebelumnya ia tidak mengenal Aldo. Yang Pelangi tahu, Aldo adalah ketos di sekolahnya.

"Btw lo kelas apa?" tanya aldo.

"Kelas sebelas IPA satu," jawab Pelangi.

"Pinter juga ya lo bisa masuk kelas IPA satu, kalo gue IPA tiga," ujar Aldo

Lagi lagi Pelangi tersenyum kikuk, memang Pelangi tidak begitu akrab dengan orang asing, padahal Aldo adalah ketua OSIS di sekolahnya, tetapi Pelangi tidak tahu banyak tentangnya.

"Eh gak usah kaku gitu, santai aja kali. Gue juga banyak denger tentang lo karena prestasi dan wajah lo yang cantik," puji Aldo.

"Hehe biasa aja," jawab Pelangi sedikit risi. Pelangi sudah berulang kali bertemu manusia seperti Aldo. Hanya Modus.

"Lo tau gue kan?" tanya Aldo sok akrab.

"Iya tau, ketos kan?" jawab Pelangi seadanya

"Nah iya bener. Ngomong ngomong gak ada yang marah kan gue deket gini ke lo?" ujar Aldo seperti bangga atas kedudukannya sebagai ketua osis.

"Maksudnya?" Pelangi mengerutkan dahinya.

"Yakali ada siapa gitu yang marah kalo gue deket lo? Soalnya denger denger lo kan deket sama Bintang," jawab Aldo.

Entah kenapa jantungnya mulai berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bukan karena ia jatuh cinta pada Aldo, namun karena Aldo membahas soal Bintang.

"Eh enggak kok, gue aja gak begitu kenal sama Bintang," ujar Pelangi.

"Oh masih ada kesempatan dong?" ucap Aldo cepat.

"Eh apa?" bingung Pelangi karena Aldo mengatakannya dengan cepat.

"Gak jadi," cicit Aldo.

Pelangi hanya diam dan melanjutkan mengkoreksi tadi, biar cepet selesai dan makan ke kantin. Perutnya sudah kelaparan sejak tadi.

Beberapa menit kemudian akhirnya mereka selesai mengoreksi soal soal dari bu Ita.

"Sudah selesai bu," lapor Pelangi.

"Oh good job kalian. Sekarang kalau kalian ingin ke kantin, gapapa ke kantin saja karena tadi waktu istirahat sudah kesita dan nanti saya akan izinkan pada guru yang mengajar dikelas kalian," jelas Bu Ita.

"Oh iya bu," Pelangi mengangguk dengan faham.

"Satu lagi, Terima kasih banyak!" ujar Bu Ita lagi.

"Iya bu. Saya ke kantin dulu," pamit Pelangi yang diangguki oleh Bu Ita.

Pelangi keluar dari kantor guru kemudian berjalan menuju kantin yang disusul oleh Aldo.

"Eh mau ke kantin kan? Bareng ya! Sekalian biar ada temen makan ntar," ucap Aldo tiba tiba.

Pelangi hanya mengangguk. Apa salahnya makan bareng? Toh daripada kesepian.

Akhirnya mereka berdua berjalan menuju Kantin.

"Pelangi gue udah pesen. Gue tunggu di meja sana ya!" ucap aldo sambil menunjuk meja tengah.

"Iya,"

-Bintang Pelangi-

"Eh, Tang! Liat noh Pelangi sama si Aldo!" ujar Zitto yang berada di pojok kantin bersama keempat temannya.

"Eh iya. Tang, Bintang samperin woy!" sahut Reno memanas manasi.

"Nah iya tuh. Ati ati si Pelangi diambil ama tuh ketos belagu," celetuk gegha.

"Buruan, Tang! Samperin! Keburu kalah start mampus lo!" ucap Elang.

Sebenarnya Bintang hatinya mulai panas, entah karena apa. Awalnya juga Bintang susah melihatnya, namun karena perkataan empat temannya seperti itu, dia mulai berani menghampiri Pelangi.

Bintang pun mulai berjalan menuju meja Pelangi dan Aldo.

"Heh! Lo mendingan pergi dari sini sekarang juga!" ucap Bintang pada Aldo.

Aldo hanya diam tak berkutik.

"Lo apa-apaan sih!" ucap Pelangi.

"Milik gue ya milik gue! Tidak boleh dibagi, apalagi terbagi!" ucap Bintang dengan tatapan tajamnya.

"Lo bukan siapa siapa gue!"ujar Pelangi yang membuat Bintang diam sekejap.

"Gue udah bilang tadi! Mendingan lo keluar dari kantin ini sekarang juga!" ucap Bintang sekali lagi sembari menatap tajam Pelangi dan Aldo secara bergantian.

"Mendingan lo pergi dulu ya dari sini," ujar Pelangi pada Aldo, karena Pelangi tak ingin memperpanjang masalah.

"Iya deh kalo gitu," jawab Aldo pasrah.

"Gapapa kan, Do?" tanya Pelangi memastikan.

"Iya gapapa. Gue pergi dulu! See you next time!" ucapnya pada Pelangi kemudian beranjak pergi dari kantin.

"Jangan deket deket dia," ucap Bintang.

"Lah kenapa? Suka suka gue lah!" jawab Pelangi masih sulit mencerna perkataan Bintang.

"Batu amat!" cibir Bintang.

"Hm," gumam Pelangi pelan. Ia malas basa basi dengan Bintang.

"Lo gak ke kelas? Pinter bolos juga lo!" ujar Bintang.

"Ih lo kali yang bolos mulu! Gue tuh tadi abis ngoreksi diruang guru!" sahut Pelangi.

"Oh, makanya tadi gue gak liat lo pas jam istirahat," ujar Bintang.

"Gue mau ke kelas dulu ya, Tang!" pamit Pelangi tak ingin berlama lama dekat dengan Bintang. Rasanya.....Aneh.

"Mau gue anterin?" tawar Bintang

"Gak usah. Makasih, mending lo balik ke temen temen lo," tolak Pelangi halus.

"Oke deh kalo gitu! Oh ya ntar pulang sekolah, lo bareng gue!" ujar Bintang.

"Gue dijemput," jawab Pelangi cepat.

"Gak ada penolakan!"

Pelangi hanya bisa mendengus kesal. Ia juga bingung mengapa Bintang berubah baik seperti ini, biasanya ia akan mencari gara-gara melulu.

--------------------------------------------------

*See you next story;)

BINTANG (GOLDEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang