25. Dia siapa?

5.3K 278 5
                                    


Happy reading'

"Dari mana kamu? Baru pulang!" ucap Angkasa ketika melihat Bintang yang baru pulang. Semalaman Bintang memang tak di rumah, ia tidur di margol, sekarang sudah pukul 9 siang, ia baru kembali ke rumah.

"Nongkrong, di rumah gak asik," jawabnya lalu menyelonong masuk ke dalam rumah.

"Balapan, kan? Emangnya aku tak tahu? Ingat saya punya banyak mata mata,"

Bintang langsung membalikkan badannya, ada ada aja si tua ini, batinnya.

"Bagus lah kalo tahu, saya tidak perlu memberi tahu,"

"Terus kamu menang? Mana taruhan nya? Jangan bilang kamu semalam party di club malam,"

"Kalo tidak tahu yang sebenarnya jangan sok tahu, taruhannya gak saya ambil, gak guna,"

"Emangnya apa taruhannya?"

"Mobil BMW, persis seperti punya anda,"

"Mengapa kamu tidak ambil taruhannya, bagus kan?"

"Gak guna," ucapnya cuek.

Angkasa menatap Bintang ini seperti sedang menatap dirinya sendiri, namun di usia yang berbeda, pasalnya dulu ia juga begini, pulang malam atupun pagi, suka ikut balapan, tak mau diatur, keras kepala, dan lain lain, itu sebabnya ia tak mau memarahinya, ia sadar sifatnya menurun persis kepada anak semata wayangnya.

"Bagus lah kalo begitu, pesan Papa cuma ini dengarkan baik baik, nongkrong boleh, tapi jangan pulang malam malam, Mama mu khawatir, terus kamu jangan sering sering mabuk, dan kalau mabuk, kamu jangan pulang ke rumah sebelum keadaanmu membaik. Mama mu bisa sedih, lalu jangan coba coba pakai narkoba! Papa saja tidak pernah, dan yang terakhir nakal boleh bodoh jangan, pertahankan prestasimu semester ini dan seterusnya," Angkasa menceramahi anak semata wayang nya ini dengan teliti.

"Bintang pergi ke kamar dulu," jawabnya lalu pergi menyelonong ke kamarnya.

*****

"Tang, dia udah balik lagi ke Jakarta," Ucap Elang.

"Hah, yang bener lo, Lang?"

"Beneran, semalem gue di kabari, katanya dia mau balik ke Indonesia,"

"Kok dia gak bilang gue?" Bintang heran.

Elang mengacuhkan bahunya pertanda ia tidak tahu. "Biar suprise mungkin,"

Bintang tersenyum, akhirnya rindu dengan seseorang akan segera terobati.

"Weh lo berdua ngapain mojok gitu, gibah ya? Kek cewek aje lo." Gegha berjalan ke arah Bintang dan Elang, di bangkunya, pojokan paling belakang.

"Emang disitu tempat duduk mereka, tolol!" Zitto datang dengan menonyor kepala Gegha.

"Bangsat, sakit!"

"Apaan, gini doang aje sakit!"

"Berisik bet elah, sono ngikut si Reno godain cewek! Lo kan jomblo," sahut Bintang.

"Halah bacot, sok sok an lo, mentang-mentang udah punya pacar," jawab Gegha tak terima.

"Lah, emang kapan si Bintang jadi jomblo? Jomblo Palingan gak sampe seminggu," cibir Elang.

"I want to be a fakboi," ujar Gegha.

"Tobat lo!" timbal Zitto.

"Udah tobat kali, gue kan bukan fakboi lagi, tapi good boy," ucap Bintang dengan bangganya.

"Good boy ndas mu!" cibir Elang.

"Ntar kalo lo putus sama Pelangi, Pelangi buat gue ya, Tang!" goda Gegha.

"Enak aja, gue gorok duluan lo!"

"Emang Pelangi mau sama lo, Ge?" tanya Elang.

"Oalah asu," cibir Gegha.

"Gue cabut dulu ah," ucap Bintang lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Kemana lo?" tanya Elang.

"Rooftop, males dikelas berisik, lo semua ngikut gak?"

"Habis ini pelajaran bu Ita bego!" sahut Zitto.

"Bodo amat, lo pada ngikut gak?"

"Ngikuttt Bintangggg!!" teriak Reno tiba-tiba berlari menuju ke arah Bintang.

"Ngapain lo?" tanya Bintang heran.

"Noh ada nenek lampir!" Reno menunjuk ke arah temannya, Lisa terlihat sangat marah, entah apa yang dilakukan Reno padanya.

"Mampus,"

"Lo pada gak ikut?" tanya Bintang pada Elang, Gegha, dan Zitto.

"Gue ikut!" sahut Gegha.

"Gue gak," ucap Elang dan Zitto bersamaan.

"Ya udah, gue cabut dulu, ntar kalo ada Bu Ita, bilangin aja gue ke rooftop," ucap Bintang dengan watados nya lalu berjalan ke luar kelas.

"Gak ada akhlak," cibir Zitto.

"Bye bye!! Gue pergi dulu, jangan kangen!!" ucap Gegha dengan gaya ala kiss bye yang menjijikkan lalu berlari menyusul Reno dan Bintang.

"Najis,"

"Jijik,"

ucap Elang dan Zitto bersamaan.

*****

"Kok disini?" tanya Pelangi ketika melihat Bintang sudah berada di depan kelasnya.

"Nungguin lo, ayo pulang," ucapnya lalu menarik tangan Pelangi.

"BINTANG!!!!" teriak Elang dengan lari terbirit-birit menuju ke arahnya.

"Kenapa?"

"Nanti kalo nyokap gue nyariin gue ke rumah lo, bilang aja gue kerja kelompok," ujarnya.

Bintang menatap heran temannya satu ini, begonya sangat kelihatan. Jika Elang beralasan belajar kelompok kenapa Bintang enggak? Nyokap Elang juga tahu kalau teman dekat Elang adalah Bintang.

"Tai, mana pernah lo kerja kelompok! Emangnya mau kemana lo?"

"Kencan, lah! Udah ah elah bilangin aja, cariin alasan, males pulang gue," jawab Elang.

"Iya-iya, udah sana lo, gaya lo kencan segala, pacar aja ga punya!" Bintang terkekeh.

"Bacot, liat aja besok pasti gue gak jomblo lagi,"

"Semerdeka lo aja," ucap Bintang lalu melanjutkan jalannya lagi, namun tas nya ditarik oleh Elang.

"Apa lagi sih, anjing?" tanya Bintang merasa terganggu.

"Dia gak jadi balik ke Indo, mungkin bulan depan, ayahnya masih ada kerjaan katanya,"

"Beneran, lo?"

"Iya, baru aja gue di line, udah gue pergi dulu!" ucap Elang kemudian pergi meninggalkan Bintang dan Pelangi, entah kemana.

Bintang tersenyum masam, ternyata gagal untuk obati rasa rindu nya, sedangkan Pelangi? Ia diam saja, tak tahu siapa dia yang dibahas oleh Bintang dan Elang.

"Dia siapa ya, Tang?" tanya Pelangi penasaran.

"Bukan siapa-siapa, udah ayo pulang," ucap Bintang lalu berjalan mendahului Pelangi.

Bintang tidak ingin memberi tahu Pelangi, sepertinya saat ini bukan waktu yang tepat.

Pelangi juga melamun sambil berjalan, ia jadi penasaran, biarlah, Pelangi tidak ingin bertanya lagi, toh nanti juga dijawab dengan kata yang sama, dan juga perlahan ia akan mengetahuinya sendiri.

•••••••••••••••••••••••


#see you next story:*

BINTANG (GOLDEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang