4. Pulang Bareng

12.2K 524 18
                                    

Happy Reading;)

Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa-siswi berhamburan untuk pulang.

Begitu pun dengan Pelangi dan ketiga temannya.

"Heh, ayo cepetan dikit jalannya!" ujar Pelangi pada ketiga temannya. Ia tergesa-gesa pulang duluan karena tidak ingin bersama Bintang, bukan karena apapun, namun ia tak ingin lagi berurusan dengan playboy tingkat akut itu.

"Kenapa sih, Ngi?" tanya Fifi heran.

"Gapapa. Nanti kalo kalian liat Bintang, tutupin gue ya, bilang aja kalo gue udah pulang," jelas Pelangi memohon.

"Iya," suara bariton berat itu terdapat dari belakang Pelangi.

Mata Pelangi melotot sangat tajam, bahkan hampir keluar. Bagaimana tidak? orang yang ia hindari sekarang ada dibelakang tubuhnya.

Pelangi pun memutar pelan pelan tubuhnya.

"Mau coba coba kabur?" tanya Bintang sambil menaikkan sebelah alisnya dengan senyum meremehkan.

"Ngi, kita duluan ya!?" ujar Rara.

"Yah yah jangan pergi dong!" ucap Pelangi dengan melihat ketiga temannya itu, namun mereka tidak ada yang mendengarnya. Memang disengaja. Pelangi sudah merutuki ketiga sahabatnya itu didalam hatinya.

"Udah ayo pulang, keburu hujan," ucap Bintang dengan menarik tangan Pelangi.

Pelangi hanya bisa menurut, tahu sendiri bagaimana respon Bintang jika ia menolak, toh bener juga kata Bintang, langit mulai mendung, pertanda hujan akan turun.

"Buruan naik," perintah Bintang yang sudah duduk di atas motornya.

"Iya iya," jawab Pelangi cepat.

Ketika mereka berdua masih dalam tengah perjalanan. Tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras.

Bintang pun mengarahkan sepeda motor nya untuk berteduh. Mereka berdua berteduh di bawah toko yang seperti nya sudah tidak dipakai lagi.

"Neduh dulu ya, Ngi, nunggu hujannya reda," ucap Bintang tiba tiba lembut.

Duh pelangi tak salah dengar kan? Biasanya Bintang akan berbicara memaksa, ketus, dan sedikit kasar.

"Iya," jawab Pelangi pasrah.

Beberapa menit kemudian hujan masih belum reda.

"Ngi?"

Pelangi tak menjawab namun hanya menoleh.

"Kita pulang aja ya, kita trobos hujannya, kayaknya hujannya gak akan reda sampai nanti malam, nyokap lo juga pasti nyariin lo," ujar Bintang.

"Iya terserah," jawab Pelangi.

"Nih lo pakek jaket gue!" ucap Bintang sembari melepaskan jaketnya dari tubuhnya.

"Tapi lo gimana?" tanya Pelangi sedikit tidak enak.

"Udah gapapa. Gue cowok, hujan aja gak bisa bikin gue demam kali." jelas Bintang.

"I iya, makasih," Pelangi meraih Jaket dari tangan Bintang kemudian memakainya.

"Ayo naik!"

Pelangi pun naik keatas motor Bintang, walaupun rada sulit karena tubuh Pelangi yang mungil dan motor Bintang yang tinggi.

Bintang mulai menjalankan motornya, dengan menerobos hujan yang masih deras.

"Makasih ya!" ucap Pelangi ketika sampai didepan rumahnya. Walaupun ia benci orang seperti Bintang, tetap saja bilang terimakasih masih penting.

"Iya, gue langsung pulang ya! Salam buat nyokap lo, gue gak bisa mampir nih nanggung baju gue udah basah," pamit Bintang.

"Iya, nih jaketnya," ujar Pelangi sembari menyerahkan jaketnya pada Bintang dan langsung diterima oleh Bintang.

"Satu lagi, gue minta maaf. Udah buat lo hujan hujanan, gue jarang pakek mobil kalo ke sekolah," ujar Bintang lagi.

"Gak papa." jawab Pelangi.

"Udah gue pulang duluan, mending lo masuk," pamit Bintang kemudian menjalankan motornya.

"Iya,"

Setelah kepergian Bintang, Pelangi pun masuk ke rumah nya.

"Assalamualaikum Pelangi pulang!" teriak Pelangi ketika masuk ke dalam rumahnya.

"Waalaikumsalam! Loh Pelangi kehujanan?" tanya Bundanya.

"Seperti yang Bunda lihat nih," ucap Pelangi kesal, ada ada saja ibunya ini bertanya.

"Yaudah sekarang mendingan kamu mandi pakek air hangat. Biar Bunda buatin Teh hangat," tutur Bundanya.

"Iya Bun,"

Pelangi pun menaiki tangga dengan malas untuk menuju ke kamarnya.

"Pulang dianter siapa lo?" tanya Bumi belagu, abang Pelangi.

"Temen,"

"Temen apa temen? Gue liat dari jendela lagi kek nya cowok," ujar Bumi kepo.

"Bodoamat, bang! Daripada gue dengerin bacotan lo yang unfaedah, mending gue mandi!" ucap Pelangi ketus, kemudian masuk kedalam kamarnya.

"Adek gak ada Akhlak!" teriak Bumi.

"Abang! Gak boleh gitu sama adek! Ngomongnya Kasar!" teriak Bundanya dari dapur.

Pelangi yang mendengar itu hanya tertawa sangat keras. Sedangkan Bumi? Dia sudah mencibir pelan.

Pelangi kini sedang merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Badannya juga terasa pegel saat ini, lelah pergi ke sekolah tadi.

Pelangi masih memikirkan Bintang. Kenapa waktu hujan tadi sifat Bintang sangat beda? Sangat lembut, tidak seperti biasanya yang menjengkelkan dan pemaksa. Masa iya setiap berganti cuaca sifat Bintang berbeda? Ngawur.

Pelangi yang sedang tenggelam didalam lamunannya, tiba-tiba ponselnya berdering menunjukkan ada notif masuk.

Awalnya ia tak perduli pikirnya adalah hanya operator sejatinya, tetapi lama kelamaan makin terdengar lagi dan lagi, akhirnya Pelangi mengecek ponsel nya.

From: +62××××××××××××
-Hai, Pelangi
-Lo lagi mikirin gue ya?
-udah gue tebak dah. Kalo ketemu aja sok ketus. Padahal mah gue dipikirin terus.

"Siapa sih ini, nomor asing sok kenal banget!" gumam Pelangi.
Jarinya mulai mengetik papan keyboard dan menekan tombol kirim.

From: Pelangi Maharani.
-Siapa sih gak jelas banget.

From: +62×××××××××
-Masa gak kenal sih? Masa depan lo ini!

From: Pelangi Maharani.
- Sok kenal bgt!

From: +62×××××××××
-Ini gue Bintang Angkasa, gitu aja gak tau.

Pelangi memilih tak membalas, baru saja dipuji dalam pikirannya karena baik hati. Tau tau sifatnya udah balik lagi.
Ia pun mulai mengantuk dan memejamkan matanya.

-------------- ---------- ----------- ------------

°See you next story


BINTANG (GOLDEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang