Kediaman mahendra.
Seperti sebuah ritual, sarapan pagi adalah kewajiban keluarga mahendra. fani sebagai ibu hanya menyiapkan nasi goreng untuk kedua anaknya yang akan pergi ke sekolah untuk menempuh pedidikan.
Pagi ini keluarga mahendra sarapan tanpa sang ayah, karna frans harus pergi ke luar kota subuh tadi untuk mengurus pembukaan cabang lestoran barunya di sana. Fani tidak bisa ikut karena harus menjaga dua buah hatinya sedangkan yuna dan ryan juga harus sekolah jadi frans sendiri yang hadir.
"Bu ryan berangkat ya, kak cepet makannya gue tunggu di mobil" pamit ryan berdiri dari tempat duduknya tapi sebelum itu ia menyalami tangan ibunya lalu melangkah keluar.
"Ibu yuna juga pamit ya, hati hati di rumah mbok ningsih ada kan?" kini giliran yuna yang pamit sama halnya dengan yang di lakukan oleh ryan ia pun menyalami tangan ibunya.
"Iya ada kok, kamu juga hati hati jangan ngebut ngebut bawa mobilnya"
"Siap bu" sahut yuna sambil mengacungkan jempolnya lalu melangkah keluar rumah menyusul ryan yang sudah ada di dalam mobil.
Baru saja yuna masuk ke dalam mobil, ryan sudah bicara ketus kepadanya.
"Lama banget sih, cepet jalanin mobilnya" ketus ryan menatap yuna sinis.
"Dasar adek durhaka, kenapa duduknya di belakang? Emang gue supir lo apa, pindah cepet!!"
"Suka suka gue lah, cepet aja lo jalanin bangsat terlambat nanti..."
"Yaawlah punya adek kok ngegas mulu si..." ucap yuna mengelus dadanya, lalu mulai menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan kediaman mahendra.
Di dalam mobil keadaannya sangat hening, ryan yang hanya fokus menatap luar melihat jalanan ibu kota yang mulai ramai wajar lah orang hari senin, dan yuna yang hanya fokus dengan jalanan.
"Ehh..kak,kak berenti berentii....!!!" pekik ryan membuat yuna kaget dan langsung menghentikan mobilnya.
Yuna mencoba menarik nafasnya, ingin rasanya menjotos ryan.
"Ngapain sii ryan astagaaaa....coba kalo tadi ada mobil di belakang kita bisa kena marah bego!" marah yuna frustasi.
"Kata lo suruh cepetan tapi lo yang menghambat waktu, mau lo apa sii kesel deh gue, gue lanju...-" belum sempat yuna melanjutkan omongannya ryan sudah keluar mobil membuat yuna bingung bukan main.
Di lihatnya dari jendela ryan menghampiri seorang wanita.
Pantesan turun, bangsat emang ni anak. Batin yuna murka
Di lihatnya ryan membawa wanita itu mendekati mobil, awalnya wanita itu menolak tapi karena ryan memaksa jadi wanita itu tak bisa menolak.
"Klek..."
Pintu mobil penumpang di buka oleh ryan.
"Udah ra gapapa kakak gue baik kok, masuk aja"
"Kak yuna dara boleh ikut?" tanya wanita yang di bawa ryan tersebut sebelum benar-benar masuk.
Yuna terdiam lalu menghelai nafasnya.
"Iye masuk aje..." jawab yuna tanpa melihat sang lawab bicara.
Setelah wanita tersebut masuk,mobil kembali jalan, yuna bagaikan supir dia terkucilkan.
Ryan terus menggoda dara membuat wanita itu tersipu, sedangkan yuna di depan hanya diam sesekali melirik dari kaca yang ada di atas mengarah langsung ke belakang.
Ryan sialan, dikira gue sopirnya? Awas lo!. Batin yuna.
"Anjirr kok gue kaya sopir ya?"
"Yeuhh...lu sirik ae, udah pokus aja sama jalanan jangan ganggu gue..." ketus ryan membuat yuna geram dan murka awas aja nanti di rumah akan ia cincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...