Selepas kepergian ayuna tadi, ryan masih belum bisa tenang ingin pergi menyusul tapi tidak ada kendaraan yang ia bawa selain mobil, ryan sangat khwatir apabila terjadi sesuatu kepada kakaknya.
Akhirnya ryan berusaha mencari seseorang.
Di sepanjang koridor ia berlari, mencari tempat-tempat yang sekiranya pernah di kunjungi seseorang yang sedang di cari ryan.
Hingga ryan sampai di halaman kantin, ia melihat seseorang yang sedang ia cari tengah menikmati minumannya.
"Bang!! Hoss...hoss...hoss!" ryan memegang lututnya, mencoba menarik nafas saat sudah sampai di hadapan seseorang yang ia cari.
"Ryan, lo kenapa?" orng tersebut aneh melihat tingkah ryan.
"Kak yuna bang." mendengar nama yuna di sebut membuat lelaki itu langsung memiliki feling ga enak.
"Iya, kenapa sama yuna?"
"Dia-..." ryan menjelaskan kejadian di parkir tadi, saat setengah cerita ryan langsung di tinggal pergi oleh lelaki tersebut.
***
"Butuh tissu?" ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di samping ayuna. Ayuna menengok melihat siapa orang dari pemilik suara tersebut.
"Lo ngapain di sini?" tanya yuna yang masih sesenggukan.
"Inikan tempat umum, emangnya salah kalo gue kesini?"
Yuna diam tidak menanggapi jawaban sekaligus pertanyaan lelaki tersebut kembali menundukan kepalanya. "Pasti ryan yang nyuruh lo kesini?" tebak yuna.
"Adek lo khawatir, gue apalagi." mata keduanya bertemu, mereka saling tatap. Mata sembab agak kemerahan yuna yang mengeluarkan air mata di seka oleh tangan lelaki tersebut.
"Lo mau cerita sama gue?" yuna menarik nafas sebelum menceritakan semuanya kepada lelaki tersebut.
Ayuna mulai menceritaka kenapa ia bisa menangis, apa penyebabnya, siapa pelakunya. Lelaki tersebut menyimak dengan raut wajah serius sambil sesekali menyeka tetesan air mata yang keluar dari mata yuna mengalir hingga pipi yuna. Mata merah itu, sungguh lelaki itu tak henti-hentinya memaki di dalam hatinya siapa penyebab ayuna menangis.
"Tindakan lo ga salah kok, udah jangan nangis lagi sekarang lo harus bisa ikhlasin dia, lo harus yakin suatu saat pasti ada yang lebih baik dari aril." setelah menceritakan semuanya, yuna di tarik masuk ke dalam pelukan lelaki tersebut tentu yuna tidak menolak karena ia sangat butuh pelukan seseorang.
"Na, makasih ya." ucap yuna mendongak agar bisa melihat wajah lelaki tersebut, yang tak lain adalah juna.
Orang yang di cari ryan tadi adalah juna, orang yang langsung lari pas tau yuna nangis dan langsung pergi ga tau kemana, orang yang nawarin tissu terus duduk di samping yuna, orang yang semangatin yuna, orang yang kasih ketenangan dan kasih kenyamanan buat yuna, itu semua adalah juna.
Juna sangat-sangat khawatir dan entah kenapa hatinya sangat sakit, Ketika melihat mata yang selalu memancarkan keceriaan itu meneteskan air mata, juna juga terlihat senang saat yuna bercerita bahwa ia telah menyuruh aril tuk berhenti mencintainya.
Juna bahagia bisa memeluk dan memberi ketenangan untuk yuna.
"Mau jalan-jalan ga?" tawar juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...