Ayuna menghentikan kegiatannya saat fani memanggilnya. Yuna menghampiri fani yang tengah berdiri di teras rumahnya dengan sebuah rantang kecil berwarna biru di tangannya.
"Kenapa, bu?" tanya yuna sembari mengelap keringatnya yang bercucuran di keningnya.
"Ibu minta tolong, anterin ini ke rumah tante yura, mau kan?"
Jujur yuna sangat malas untuk pergi ke sana, alasannya ia tidak ingin bertemu dengan juna, tapi ini adalah perintah fani masa iya sebagai anak ia tidak bisa mematuhi perintah yang sangat kecil ini.
Akhirnya dengan berat hati ia mengangguk. "Yaudah sana hati-hati ya, langsung pulang ibu udah bikin sarapan buat kamu." pekiknya saat yuna mulai menjauh.
Di perjalanan yuna tengah memikirkan bagaimana reaksinya saat bertemu dengan juna, apakah harus tersenyum atau malah biasa saja tapi kelihatannya itu tidak baik, apalagi di hadapan yura sangat tidak sopan bukan.
Saat hendak membelokan langkahnya untuk memasuki area halaman rumah juna yang luas, tiba-tiba langkahnya terhenti.
Yuna terdiam, matanya tidak salah lihat bukan. Itu benar juna tapi siapa wanita itu, kaki yuna bergetar sesuatu di dalam sana rasanya menjerit menahan sesuatu yang seperti terpecah.
Apa yang di rasakannya sangat menyakitkan, di sana juna tengah berpelukan dengan seseorang wanita yang bahkan belum yuna kenali siapa orang tersebut, lalu apa yang harus ia lakukan berputar balik dan tidak jadi memberikan makanan yang di titipkan fani untuk yura, atau malah tetap masuk dan menjalankan perintah fani, dan berpura-pura tidak melihat adegan di hadapan matanya saat ini.
Apa yang harus ia pilih, dengan sangat sangat sangat berat hati yuna melangkah ragu memasuki lebih dalam area rumah juna. Menundukan pandangannya dan berjalan perlahan agar tidak mengganggu adegan antara juna dan wanita itu.
Tapi nyatanya keberadaannya di sadari oleh juna.
Pria itu memanggil yuna. "Ayuna."
Yuna yang merasa namanya terpanggil pun mendongakkan kepalanya, dengan berat ia tersenyum tipis dan nyaris tidak terlihat ke arah juna.
Yuna tidak menjawab ia malah terus berjalan maju seolah kejadian itu tidak ada hubungan apapun dengannya. Tapi memang tidak ada hubungan apapun kan dengan yuna, memang yuna siapanya pacar saja bukan lalu atas dasar apa yuna harus melarang dan harus cemburu melihat juna berpelukan dengan wanita lain.
Juna melepaskan pelukannya saat menyadari yuna malah pergi. "Yuna!!" saat hendak mengejarnya gwen malah menarik lengan juna.
"Jun, dia siapa?"
Juna menatap gwen. "Arghh.." teriaknya frustasi.
Setelah selesai mengantarkan makanan dan dapat dua kali sambutan yang sangat, sangat, sangat ramah oleh sang pemilik rumah akhirnya yuna segara pergi untuk pulang ke rumahnya. Memang sempat bertemu kembali dengan juna tapi ia sudah tidak melihat sosok wanita yang memeluk juna tadi, juna sempat berkata ingin menjelaskan sesuatu tapi yuna menepis itu semua dan segera berlari menuju rumahnya.
Sesampai di rumah fani juga di buat kaget dengan tingkah anak gadisnya itu, tiba-tiba berlari masuk kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras tak lupa untuk menguncinya.
Fani yang khawatir akhirnya menghampiri yuna, tapi ia tak mendapat balasan apapun dari sang pemilik kamar, mungkin anaknya yang satu ini memang lagi butuh sendiri fikirnya. Meskipun khawatir tapi tetap saja ia tidak bisa memaksa yuna saat dengan membutuhkan waktu untuk sendiri.
Yuna membanting tubuhnya ke atas ranjangnya yang sudah tersusun rapi, ia tidak memperdulikan panggilan dari sang ibu di luar sana, yang sedang ia rasakan sangat sakit, hatinya berulah kembali hal ini membingungkan untuk yuna.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...