34

1 1 0
                                    

Setengah tujuh malam yuna dan anna sudah sampai di tempat tujuan, ternyata anna membawa ke sebuah lestoran berbintang dan memesan sebuah ruangan private, siapa lagi yang memesannya kalau bukan farzan yang punya acarakan dia.

Yuna sebenarnya masih malas dan juga masih terlihat lelah, tapi ia sudah berjanji kepada anna dan juga ia tidak bisa membatalkan janji itu karena tidak ada alasan penting lainnya, yuna dengan dress selutut berwana merah jambu tampil cantik dan tak lupa rambut sebahunya yang di biarkan tegerai membuatnya terlihat lebih dewasa dan manis.

Ternyata di dalam ruangan sudah ada farzan dan darrel. "Selamat malam!" sambut farzan yang langsung tersenyum lebar saat melihat kedatangan yuna dan anna, terlebih ia sangat bahagia melihat anna yang begitu mempesona malam ini.

Darrel hanya tersenyum tipis, pria itu hampir sama seperti kulkas ketika pertama bertemu dan akan sepanas kompor jika sudah sangat dekat. "Kalian mau pesan sesuatu?" tanya farzan.

"Hazzelnut satu.." ucap yuna sambil mendudukan dirinya di sofa berwarna merah tersebut.

Ruangan berbintang ini sungguh glamor, segagala isinya pasti mengkilat dan penuh blik-blik yuna tidak terlalu suka dengan dekorasinya, tapi tidak apalah ini kan acara orang bukan acaranya, ia hanya menghadiri acara ini untuk merayakan hari jadi hubungan atara sahabatnya dan sahabat juna.

Ngomong-ngomong soal juna, ia jadi teringat kejadian tadi pagi saat di kelas. Juna masuk tanpa sekalipun meliriknya, kenapa sikapnya semakin buruk? Sebenarnya siapa yang sepatutnya marah? Kok malah yuna yang kena imbasnya.

Heh! Lagian buat apa yuna marah? Dia tidak memiliki sangkut paut dengan kejadian di hari minggu pagi saat itu.

Ahh sudahlah, mood yuna akan kembali kacau jika memikirkannya, akhirnya ia kembali bergabung dengan perbincangan hangat bersama ketiga sahabatnya.

"Gimana, enak ga makananya?" tanya farzan.

"Enak kok sayang, makasih ya udah mau nyewa room private buat acara kecil kita."

Darrel menatap jijik dua sejoli yang tengah di mabuk asmara di hadapannya itu. "Kenpa lo, sirik?!" tanya farzan yang menyadari tatapan aneh dari darrel. "Makanya cepet punya pacar!"

"Yee..mening jomblo gue dari pada harus punya pacar, menghindari dari yang namanya zinah..."

"Cihh...bilang aja lo mau kan, tapi lo ga laku karena sikap kulkas lo." semuanya tertawa mendengar itu terlebih melihat reaksi darrel yang menatap farzan ga suka, yuna pun samapai tak bisa menghentikan tawanya karena sedari tadi farzan terus mem-bully darrel

"Terus aja bully gue, awas kalo lo butuh bantuan ga sudi gue bantuin lo."

"Baperann lu, gitu aja ngambek dasar baperan..."

"Yang udah dong, kasihan darrel." ucap anna melerai farzan dan darrel yang saling singgung, ini memang mengasikkan tapi bisa berujung fatal.

"Udah biasa gue di bully gini, udahlah cogans mah ngalah.."

"Ngaku cogan tapi ga laku hahahha!"

Kembali ruangan ini terdengar gelak tawa yang cukup keras. "Udah zan udah, sakit perut gue.." ucap yuna yang sedari tadi menyimak dan tertawa.

"Cihh, tertawa di atas penderitaan orang. Katanya sahabat ternyata kalian jahat!" tuhkan, terkuak sudah sikap asli darrel yang sangat-sangat berbakat untuk menjadi aktor.

Yuna melemparkan bantal dan tepat sasarannya, bantal itu tepat mengenai muka darrel. "Makan tuh! Diem lu, sakit perut nihh!" ucapnya yang terlihat ngos-ngosan karena tidak berhenti tertawa.

My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang