Ayuna, sedang berdiri di bawah teriknya matahari dengan kedua tangan yang menjewer telinganya sendiri.
Kesialan kembali melandanya, pagi ini ia harus datang terlambat karena ryan meninggalkannya di rumah sedangkan ayahnya sudah berangkat lagi ke luar kota karena harus mengurus lestorannya di sana, yuna hanya bisa meratapi nasib sambari berdoa agar hukumannya segera selsai.
Kakinya masih berdenyut karena tadi ia memanjat pagar untuk masuk ke sekolah, tapi aksinya gagal karena guru BK memergoki aksinya untung saja hukumannya hanya berupa berdiri di bawah sinar matahari sampai istirahat pertama jadi ia tidak perlu khawatir.
"Yuna!!" pekik seseorang menghampiri yuna.
Yuna melihat siapa seseorang tersebut. "Anna, ngapain lo disini?" tanya yuna bingung melihat kedatangan anna.
Anna terlihat menstabilkan nafasnya karena ia berlari begitu kencang untuk menghampiri yuna. "Hoss...hoss ini minum buat lo." anna menyodorkan air mineral pada yuna.
Yuna mengkerutkan keningnya bingung, sahabatnya ini rela lari-lari hanya untuk memberikan air mineral. "Yampun, gue kira ada apaan." ucapnya sambil menerima botol itu dari anna.
"Lo kenapa ga ke kantin sih?"
Yuna meminum airnya sampai setengah botol. "Gue kira belnya belum bunyi." yuna kembali meminum airnya kini sampai tandas tanpa sisa.
"Yaudah kalo gitu ke kantin yu,perut gue keroncongan nihh." ajaknya yang di angguki menandakan bahwa yuna setuju.
Lagian hukumannya sudah selesai toh? Di hukum berjemur selama dua jam membuatnya haus dan kelaparan untung ia tidak lupa sarapan pagi tadi walaupun hanya roti isi mentega saja. Di koridor ia melihat ada aril yang sedang mengobrol dengan salsa, tiba saatnya melewati keduanya yuna agak melirik ke arah aril dan salsa entah apa yang sedang mereka katakan tapi terlihat sangat serius.
Yuna mencoba mengalihkan kembali pandangannya, mencoba tidak perduli dengan pasangan itu. Tapi sebenrnya aril juga memperhatikan yuna saat lewat tadi.
"Ayuna lo ga lagi mikirin aril kan?" pertanyaan anna barusan membuatnya tersadar tadi lamunanya.
"Hah? Engga kok, gue ga lagi mikirin aril."
"Iya bagus deh, lagian ngapain juga lo mikirin si berengsek itu. Ahh gue ga suka sama dia!" ucapnya nampak sangat sangat geram kala mengucapkan kata terakhirnya.
Yuna tak terlalu menghiraukan ucapan sahabatnya tersebut, tapi seketika fikirannya terfokus pada seseorang yang sedari tadi pagi belum ia temui.
Siapa lagi jika bukan juna.
Kala yuna dan anna sudah duduk dengan pesanannya masing-masing yuna bertanya. "Tadi di kelas juna ada ga?" ucapnya sambil mengaduk teh manisnya menggunakan sedotan.
Anna menatap sahabatnya yang kini berada di hadapannya. "Ada, dia juga tadi nanyain lo, sebenernya ada hubungan apaan si lo sama dia? Gue semalem dapet kabar dari adek lo kalo lo pingsan dan di bawa pulang sama juna." yuna terdiam, selain menyebalkan ternyata adiknya itu memiliki mulut yang ember.
"Engga ada hubungan apapun, kita cuma sahabatan. Kalo soal pingsan emang bener tapi itu cuma keteledoran gue aja karena minum alkohol yang gue kira minuman biasa." ucap yuna menyuapkan suapan batagor yang ia beli di warung kantin tadi.
"Apa?!" teriak anna membuat beberapa siswa menatapnya aneh.
"Jangan teriak juga an, malu tuh di liatin." anna tak menghiraukan ucapan yuna, ia masih syok mendengar kalau yuna meminum alkohol.
"Pokoknya lo punya utang sama gue!"
Yuna mengkerutkan keningnya, tolong ingatkan yuna kapan ia meminjam sesuatu pada anna. "Utang apaan sii?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Fiksi RemajaKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...