10

4 3 0
                                    


Pagi pukul 07.10
Kediaman mahendra

"KAK!!"

"KAK YUNA BURUAN, TELAT NANTI!!"

"TOK..TOK..TOK!!"

"Astagfiraulah, iya ryan ini gue udah siap ga sabaran banget sih!!" teriak yuna menjawab panggilan ryan yang menunggunya pergi ke sekolah.

Setelah mengambil tasnya yuna berlari kecil untuk membuka pintu.

'Klek'

pintu kamar yuna terbuka,bukannya tadi ada ryan, yuna segara turun ke bawah.

Semalam yuna tidur jam dua subuh alhasil yuna jadi terlambat bangun, terlebih tidak ada fani yang biasanya selalu membangunkannya, fani dan frans tidak ada di rumah karena harus pergi ke rumah oma dan opa dari pihak orang tua fani yang sedang sakit parah, pembantu rumah tangga keluarga mahendra atau lebih di kenal dengan nama bi ningsih biasanya baru sampai jam delapan pagi.

"Nihh lo aja yang nyetir, gue ngantuk berat!" yuna memberikan kunci mobilnya pada ryan.

Mobil berjalan meninggalkan pekarangan kediaman mahendra, ryan menjalankan mobil dengan kecepatan lumayan cepat karena harus mengejar waktu sedangkan yuna ia duduk di samping ryan menyetir dan terlihat kurang sehat mukanya pun sedikit pucat.

"Lo yakin mau tetep sekolah, muka lo pucet gitu" tanya ryan khawatir dengan melihat gerak-gerik kakaknya.

"Iya gue yakin, udah lo nyetir aja gue ga kenapa-napa" suara yuna sedikit melemah.

Lima belas menit kemudian mobil yuna dan ryan telah sampai di parkiran sekolah, ryan mencoba membantu kakaknya berjalan.

"Sana lo ke kelas aja, gue bisa sendiri kok!" ucap yuna mencoba menyingkirkan tangan ryan yang menuntunnya.

"Keras kepala banget, lo mening ke uks aja ya. Lo juga belum sarapan kak"

"Bjirr gue baik-baik aja ryan, udah sana lo ke kelas!" oke ryan mengalah, ia berpamit pergi ke kelasnya meninggalkan yuna yang berjalan sempoyong ke kelasnya.

Yuna terus berjalan menyusuri koridor dengan langkah sempoyongnya, tapi di ujung sana ia melihat juna dan aril, yuna mencoba menyipitkan matanya dan mendekati dua lelaki itu agar bisa memastikan apa yang di lihatnya itu benar.

Yuna tak memiliki gangguan penglihatan, apa yang ada di depannya itu benar. ia mencoba bersembunyi di balik tembok yang jaraknya lumayan dekat sehingga bisa mendengarkan apa yang sedang juna dan aril bicarakan.

"Emang apa salahnya kalo gue deketin yuna?" tanya juna dengan muka datarnya.

"Ga usah kepo, pokoknya jangan!"

"Emang lo siapanya yuna berani banget larang-larang gue buat deketin yuna"

"Kenapa,lo ga mau? Ohh, atau lo suka sama yuna?!" nada bicara aril sedikit meninggi tapi tidak sampai berteriak.

"Kalo iya emang kenapa?!" jawaban juna agak meninggkan suaranya tapi terkesan santai, berbeda dengan aril yang mukanya sudah merah dan tangannya yang mengepal.

"Juna suka sama gue? Gimana bisa? Engga, ga mungkin!"

Perut yuna mual, kepalanya sangat pusing dan kakinya sudah tak kuat untuk berdiri, tiba-tiba pandngannya mulai mengabur dan detik selanjutnya yuna terjatuh di atas lantai.

'Brukk!!'

Suara itu membuat juna dan aril menoleh dengan kompak ke arah yuna yang tergeletak pingsan tak sadarkan diri.

"Yuna!!" pekik juna berlari menghampiri yuna, begitu juga dengan aril yang terkaget.

"Yun...yuna bangun!" juna mencoba membangunkan yuna dengan mengguncang pipi yuna, tapi Nihil yuna tak kunjung bangun.

My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang