51

5 2 1
                                    

Orang yang berteriak itu adalah frans, yang sedari tadi diam menonton kejadian ini semua, kini amarahnya sudah tidak dapat di bendung apalagi ketika melihat mata yuna yang sedari tadi meneteskan air mata.

Frans dengan amarahnya menghampiri yuna. "Ayo pulang..!!" frans menarik tangan yuna, bersamaan dengan itu ia juga menarik tangan fani keluar dari gedung tersebut.

"Engga!! Yuna jangan tinggalin gue!!" teriak juna yang hendak mengejar yuna yang mulai menjauh, yuna pergi sambil menatap juna dengan tatapan penuh kekecewaan, sungguh ia tidak pernah mengira bahwa ini semua akan berujung seperti ini.

Juna menjatuhkan dirinya, kakinya tidak kuat lagi untuk berdiri, hatinya ikut terluka saat melihat mata yuna yang tetap berusaha kuat dengan tersenyum waulaupun jauh di dalam sana hatinya sangat terluka, ia memang pria yang bodoh, ia sudah membuat banyak orang kecewa, bahkan karena kesalahannya sendiri kini semua orang manatapnya dengan pandangan yang tidak bisa di artikan.

Satu persatu tamu mulai pergi, farzan dan anna sudah pergi begitu juga ryan, menyisakan juna yang masih terduduk di lantai, gwen yang menundukkan kepalanya di samping juna, sedangkan kedua orang tua juna beserta viana hanya berdiri menatap anaknya yang malang.

Aksan sebagai kepala keluarga pun menghampiri juna, sedangkan viana sudah membawa yura yang terlihat syok keluar untuk pulang duluan.
Aksan mengangkat tubuh juna yang tidak bersemangat itu. "Ayo pulang nak.."

Juna menatap aksan, lalu memeluknya. "Pa, juna udah ngecewai yuna.." ucapnya sambil terisak.

"Kita bisa menyelesaikan ini dengan baik-baik, ayo pulang jun, gwen kamu ikut om ya?" aksan mencoba menuntun keduanya dengan aksan yang berada di tengah-tengah juna dan gwen.

Malam ini keluarga yuna dan juna berkumpul di rumah juna untuk membicarakan acara pertunangan yang di batalkan karena fakta yang mengatakan bahwa gwen mengandung anak juna, tentu saja kabar itu membuat semuanya terkejut.

"Yuna sudah mengambil keputusan, yuna tidak ingin memperpanjang semuanya, yuna sudah mengakhiri hubungan yuna bersama juna.." ucapnya dengan begitu yakin walau jauh di dalam sana hatinya bertolak belakang.

Juna yang mendengar itu sungguh tidak terima, ia menghampiri yuna dan berlutut di hadapan yuna. "Yuna, gue mohon maafin gue yun, gue sayang sama lo. Gue tau gue salah, tapi waktu itu gue lagi mabuk dan gue ga bisa ngapa-ngapain.."

Juna mengalihkan pandangannya pada sosok gwen yang sedari tadi tidak berhenti menangis. "Gwen, lo tau kan kalau gue mabuk, gwen gue mohon jelasin sama yuna kalau gue waktu itu mabuk biar dia ga salah paham.."

Fani dan yura menangis melihat masalah anaknya yang begitu besar, lalu langkah apa yang harus mereka ambil, tidak mungkin bukan bahwa mereka harus membiarkan gwen hamil dalam keadaan tidak memiliki suami tapi di sisi lain ada juna dan yuna yang saling mencintai.

"Cukup Na..!" yuna berdiri dari sofa yang ia duduki, semua mata menghadap padanya, juna masih terduduk di hadapannya akhirnya yuna pun membantu juna untuk berdiri.

Mentap mata juna dalam, tersirat bahwa ada kesedihan yang sangat mendalam. "Gue kecewa bukan karena kesalah pahaman, gue tau ini semua bukan kemauan lo tapi ini semua udah terjadi na.." tangan yuna mengelus pipi sebelah kanan juna yang sedikit basah karena lelaki itu juga menangis.

"Gue kecewa karena lo nyembunyiin semua ini dari gue. Gue udah relain ini semua, lo harus bisa jadi suami dan ayah yang baik buat gwen dan anaknya, bukannya dia cinta pertama lo jun, seharusnya lo bahagia. Dan ingat, jangan pernah benci sama anak lo dia ga punya salah apapun. Ini semua udah berakhir untuk kita dan Gue harap lo bahagia.." usapan itu berhenti saat yuna mulai melangkah pergi, langkah yang di awali dengan air mata, langkah yang dengan berat hati meninggalkan juna, langkah yang entah akan membawanya ke mana.

My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang