Yuna tengah merenungkan sesuatu di atas ranjangnya sambil menatap dengan tatapan kosong.
Ia teringat dengan aril yang tiba-tiba saja mendekatinya padahal semenjak salsa dan aril berpacaran aril sudah sangat jarang bertemu atau sekedar menyapa yuna, tapi kenapa tiba-tiba aril kembali mendekatinya apalagi kejadian tempo lalu di hari H ulang tahun sekolah saat ia keluar dari toilet dan di seret oleh aril ke gudang sekolah.
Di mana aril membentaknya dan menyuruh yuna untuk mengakui bahwa yuna menyukainya, apa dia sudah kehilangan akal sehatnya? Bagaimana jika pacarnya tahu, bisa-bisa habis ia.
Aril hanyalah masa lalu, masa lalu yuna yang tidak seharusnya ia bawa kembali ke masa sekarang. Lalu apa yang akan terjadi bila besok, lusa bahkan kedepannya aril masih saja menganggunya? Apakah yuna akan bisa merelakan aril, atau bahkan aril yang tidak bisa merelakannya.
'Brukk'
Yuna terkejut mendengar suara seperti benda jatuh dari arah luar balkonnya, membuat yuna tersadar dari lamunanya.
Yuna yang penasaran pun akhirnya berdiri dari atas ranjangnya tampatnya tadi merenung, perlahan-lahan ia berjalan ke luar balkon karena merasa takut dan was-was jika suara itu adalah setan atau maling.
Yuna mengambil sapu yang bersandar pada pintu, untuk berjaga-jaga apabila suara itu benar maling atau setan yang mengancam keselamatannya.
Yuna mencodongkan sapunya kala ia sudah mulai sampai di luar balkon.
"KYAA!! PERGI KAMU SETAN! MALING! PISIKOPAT! OM OM PEDOFIL! PEGRII-!!" pekik yuna sambil melayangkan sapunya bersiap untuk menyerang, sambil menutup matanya.
"Heh! Heh! Heh! Ini gue." suara itu menghengikan layangan sapu yang yuna pegang, perlahan ia membuka matanya.
Yuna mebelakakkan matanya kaget, kala melihat juna di hadapannya. "Kok lo?"
Juna berjalan mendekati yuna. "Iya gue. enak aja ganteng gini di bilang setan, maling, pisikopat, sampe om om pedofil lagi." juna menatap yuna kesal.
Yuna menggaruk lehernya yang tidak gatal, meretuki perbuatannya yang mengakibatkan ia jadi berburuk sangka tadi. "Ya abis salah lo juga, malem malem manjat, ehh!!" yuna menjeda ucapannya lalu berjalan ke arah pembatan besi yang di samping tempat juna loncat dari balkonnya ke balkon kamar yuna.
"Buset! Jadi tadi lo loncat lagi?" ucap yuna tidak habis fikir.
Juna memutar bola matanya malas. "Iya lah, gue nginep di tempat lo ya?" juna melangkah masuk ke dalam kamar yuna, meninggalkan yuna yang menatapnya dari luar dan tersadar saat juna sudah melesat memasuki kamarnya.
"Apaan sii, gimana kalo bokap gue tau? Lagian kan lo punya kamar, bahkan kamar lo lebih luas sama lebih nyaman dari kamar gue kenapa milih tidur di kamar gue coba?" ucap yuna mengomeli juna seraya ikut masuk menyusul juna yang ternyata sudah berbaring terletang di atas ranjang yuna.
"Di sini lebih nyaman, karena ada lo." hampir seperti gumaman tapi telinga yuna tidak tuli jadi ia bisa mendengar apapun yang di katakan oleh juna, yuna membalikan tubuhnya memunggungi juna lalu memegangi pipinya yang terasa panas.
"Maksutnya juna apaan sii?" batin yuna.
"Engga, lo ga boleh baper. Juna tuh sahabat lo!" batin yuna.
Yuna menggelengkan kepalanya mencoba menyingkirkan semua fikiran-fikiran negatif. yuna menarik nafas dan menghembuskan kembali nafasnya, lalu berbalik melihat juna.
"Laki-laki ga baik ada di kamar cewek, mending lo balik ke kamar lo sebelum nanti ada warga yang liat dan nuduh yang engga-engga." tidak ada jawaban dari juna, membuat yuna penasaran lalu berjalan mendekatinya.
Perlahan yuna menyingkirkan tangan juna yang di pakainya untuk menutup mukanya sendiri. "Ehh udah ngebo ternyata, lahh terus gue tidur di mana coba?"
"Na bangun, juna bangun!" yuna mencoba membangunkan juna dengan cara menggoyangkan tubuhnya, tidak ada reaksi atau tanda-tanda bahwa juna terbangun dan terusik karena tidurnya terganggu membuat yuna lagi-lagi melakukan hal yang sama sampai pada akhirnya ia menyerah, dan memutuskan tidur di sofa. Tapi.
"Akh..!" pekikan yuna tertahan karena saat hendak berbalik tangannya di tarik oleh juna yang ternyata berpura-pura tidur, tarikan juna tersebut membuat tubuh yuna terpengal ke ranjang samping juna tertidur.
Yuna masih terkaget dan masih menetralkan jantungnya yang berdetak kencang di tambah posisinya yang langsung mendekatkan mukanya dengan muka juna tak lupa tatapan mereka berdua yang bertemu satu sama lain.
"Kamu yang membuatku kembali merasakan getaran-getaran aneh semenjak dia pergi dari hidupku, kamu yang membuatku kembali mengenal sebuah rasa yang di namakan cinta hal itu membuatku terkadang ragu, ragu jika suatu saat aku akan kembali terluka."
Yuna. Tersadar dari posisi mereka sekarang, ia sendak terbangun tapi segera di hadang oleh lengan juna pada lehernya hal itu membuat yuna kembali tertidur seperti semula, ia menatap juna seolah-olah mengatakan mengapa.
Juna tersenyum tipis, tubuhnya yang ia hadapkan ke arah yuna dengan tangan kirinya sebagai bantal. Tatapan mereka kembali bertemu, jangan tanyakan bagaimana keadaan hati yuna sekarang, sedari tadi kecepatan bedetaknya tidak normal ia dari khawatir bila suatu saat jantungnya bisa copot karena terus menerus berada di dekat juna.
"Kalo kasur aja cukup buat kita nyaman lalu buat apa harus ada kamu, tapi aku mengerti sekarang, kamu datang ke dalam hidupku untuk menghapus semua rasa raguku akan sebuah trauma masa lalu, menumbuhkan kembali benih cinta di dalam sini." ucap juna sambil menunjuk dadanya menggunakan jemari telunjuknya.
Yuna mengerjap-ngerjapkan matanya, ia masih belum bisa mencerna dengan baik perkataan juna berusan, jantungnya tidak karuan, fikirannya melayang-layang ke mana-mana. Tubuh membantu di tempat sambil menatap juna yang sama-sama menatapnya. "Mm..maksut lo apa?" akhirnya bibirnya bisa juga di ajak bekerja sama, walau dengan gugup setidaknya ia masih bisa berucap menyelamatkan dirinya dari kelemotan.
Lagi-lagi juna tersenyum tipis. "Jika boleh menawarkan tempat, maukah kamu mengisi ruang yang kosong di dalam sini." jari telunjuk juna kembali mengarah pada dadanya, dengan tatapan yang tidak bisa di artikan oleh yuna seolah-olah tatapan itu memberikan hipnotis yang menghanyutkan yuna. "Memberikan semua hidupmu untukku, mencintai semua kekurangan dan kelebihanku, mewarnai segala sisi gelap dari hidupku, semuanya datang dan pergi tanpa memikirkan perasaanku tapi aku berharap kamu adalah satu-satunya orang yang tidak akan mengkhianati dan menghancurkan perasaanku." setelah mengatakan itu juna bangkit dari posisinya, membuat kontak mata di antara keduanya terputus.
Yuna ikut terbangun menatap juna bingung. "Tadi lo lagi bacain puisi atau pidato buat gue, kan?" tanya yuna polos karena semua perlakuan,tatapan, dan perkataan juna tadi seolah-olah menguras habis fikiran dan kekuatannya.
"Lo tidur di sini aja, gue tidur di sofa." bukannya menjawab juna malah mengalihkan pembicaraan dan bangkit dari ranjang berjalan menuju sofa yang lumayan panjang terletak tidak begitu jauh dari ranjang yang di tempati yuna.
Sebelum berbaring, juna menatap yuna yang sedang menatapnya seraya melayangkan senyuman manis dan tatapan tak terbaca. "Selamat malam, mimpi indah." setelah mengatakan itu juna merebahkan dirinya di atas sofa untuk pergi ke alam mimpinya.
"Selamat malam juna." jawab juna lirih nyaris tidak terdengar, lalu ia merebahkan kembali dirinya untuk menyusul juna yang sudah tertidur.
Tbc
Nahkann yuna sok polos gitu wkwkkw, juna juga tiba-tiba nonghol ke kamar orang pake acara loncat segala huftt dasar.
Sekian ya buat malam ini, semoga menghibur.
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...