21

2 0 0
                                    

Yuna sudah terbangun dari tidurnya, ia mencoba mengumpulkan nyawa dengan mengucek matanya. Lalu Melihat sofa yang seharsnya menjadi tempat tidur seseorang tapi sudah kosong.

Ia kembali melihat sekitar ruangan kamarnya, mencoba mencari seseorang yang semalam membuatnya merasa di hipnotis sampai selurua kekuatannya terkuras habis hanya dengan perlakuannya, tatapannya, dan kata kata manisnya.

Sepertinya orang tersebut sudah pergi saat dirinya belum terbangun, melihat pintu balkon yang sudah terbuka dan jendelanya yang semula tertutup kini terbuka ia yakin kalau orang yang ia cari sudah pulang dengan cara loncat dari balkonnya seperti akhsinya semalam.

Yuna terbangun dari ranjangnya, ia segera melangkankan kakinya menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritualnya pagi hari sebelum berangkat sekolah.

Tidak sampai sepuluh menit yuna sudah siap dengan pakaian sekolahnya, ia mengambil tas gandongnya lalu berjalan keluar kamar untuk bergabung sarapan bersama ayahnya frans dan adiknya ryan lagi-lagi sarapan kali ini tidal ada sang ibu karena beliau belum juga pulang dari rumah orang tua yang sedang sakit parah.

"Selamat pagi." sapa yuna menarik kursi meja makan dan mendudukan dirinya di sana.

Frans tersenyum menatap putri sulungnya. "Are you okay?" tanya sang ayah membuatnya mengangguk.

"I'm ok, ayah yuna kangen ibu." ucapnya sedih sambil memoleskan mentega di atas roti sebagai menu sarapannya hari ini.

Frans menatap putri sulungnya itu, terkadang yuna bisa menjelma menjadi sosok yang dewasa dan sosok yang manja seperti anak kecil, tapi bagaimana pun putrinya ia tetap menganggap yuna adalah putri kecilnya. "Ayah juga kangen, minggu ini ibu pasti pulang kok." frans mengusap lembut surai hitam yuna.

Ryan yang sedari tadi fokus dengan sarapannya dengan ponsel di tangan kirinya tidak ikut nimbrung percakapan antara ayah dan kakanya pun sekarang ikut menyimak sebentar. "Ryan selesai sarapannya, ayo berangkat." ucap ryan bangkit dari duduknya.

Yuna menatap ryan yang bangkit dari duduknya dan berjalan untuk menyalami tangan frans. "Lah gue kan baru aja mulai sarapannya." perotes yuna.

"Ya lagian kata siapa coba lelet banget, gue tunggu di luar deh." setelah mengatakan itu ryan berjalan keluar tak perduli dengan yuna yang berdecak sebal.

Frans tersenyum geli melihat tingka laku kedua anaknya yang kadang tak akur, ada kalanya ia merindukan hal seperti ini di mana ia yang akan menjadi menghalang terjadinya pertengkaran di antara kedua anaknya. Suatu saat ia pasti akan merindukan momen momen ini, jadi ia berusaha sebisa mungkin untuk membagi waktu kerjanya dan waktu kumpul bersama keluarga kecilnya.

***

Suara guru di depan yang sedang menerangkan materi hari ini tidak di simak dengan jelas seperti biasanya oleh ayuna, ia nampak termenung memikirkan seseorang yang semalam membuatnya terhipnotis. Yuna tidak menemukan juna dari pagi sampai jam pelajaran di mulai, bangkunya pun kosong tidak di tempati oleh sang pemilik seperti biasanya.

"Ayuna!" bentakan keras sang guru membuat yuna terkaget dan tersadar dari lamunanya.

"Eeh...iya bu, ada apa?" tanya yuna gugup.

Guru itu menggelengkan kepalanya. "Coba jelaskan kembali materi yang baru saja saya sampaikam tadi!"

Rip yuna. Ia tidak menyimak apa yang di jelaskan sang guru tadi, apa yang harus ia lakukan sekarang. "Emm.." yuna berdiri dengan perasaan gugup, di tambah dengan tatapan temn sekelasnya yang nampak menghakimi, yuna masih berdiri dengan perasaan gugup ia membatu tidak berbicara apapun.

My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang