"Lo gila ya?!!" teriak yuna tepat di hadapan juna.
Ya, juna nekat berjalan ke tengah jalan yang pas-pasan ada sebuah truk besar dan jika saja yuna tidak segera menarik tubuh juna untuk menepi maka di yakini tubuh juga sudah tertabrak dengan penuh darah.
"Iya gue gila karna lo yun, gue berani lakuin hal apapun demi lo meskipun taruhannya nyawa gue, gue bakal lakuin apapun itu."
"Lo gila! Berengsek, bajingan, gue benci sama lo, gue ga pengen lo ada di hidup gue hikss..." tidak hentinya yuna memukuli dada juna sambil terisak.
"Lo boleh katain gue, pukul gue, dan bunuh gue sekalipun kalau itu bikin lo bahagia dan tenang yun, gue rela." yuna masih memukuli dada juna tapi pukulannya mulai memelan, juna menarik yuna masuk ke dalam dekapannya.
Yuna tidak menolak karena tenaganya cukup terkuras, apalagi saat melihat juna yang nekat berdiri di tengah jalan yang hampir tertabrak oleh truk.
"Lo gila, lo bikin gue jantungan, gue ga benci sama lo, gue sayang sama lo, gue pengen lo selalu ada di dalam hidup gue." nyaris berbisik karena dan tiba-tiba saja tubuh yuna mendadak menjadi berat.
Saat menarik tubuh yuna, matanya sudah terpejam. "Yun!" juna mengguncangkan tubuh yuna pelan. "Yuna, yuna bangun!" juna mulai cemas dan dengan cepat juna segera mengangkat tubuh yuna ala bridal style dan memasukan ke jok mobil penumpang.
Dengan gerakan cepat juna segera membawa yuna pergi.
***
"Eughhh..." ayuna membuka matanya terbangun dari tidurnya, posisinya menyamping dan saat sepenuhnya sadar ia baru engeh, kalau ada sosok yang lain terbaring di sampingnya.
Yuna terkejut dan mulai mengingat kembali apa yang terjadi sehingga membuatnya terbaring di kamar apartemen milik juna, fikirannya berputar pada kejadian kemarin sore di mana kelakuan juna yang nekat dan nyaris melayangkan nyawanya hal itu membuat tenaga yuna terkuras habis karena syok.
Yuna melipat tangan kanannya menjadi bantalan untuk kepalanya, posisinya menghadap sosok yang terngah tertidur di sampingnya. Mengamati setiap lekuk wajahnya, mulus tanpa ada bekas apapun di sana, ia harus menanyakan skincare apa yang di pakai oleh pria itu sehingga wajahnya melebihi mulusnya pantat bayi.
Dalam hati yuna sungguh bahagia bisa melihat wajah sosok yang membuatnya bertingkah aneh belakangan ini, mungkin benar ia sedang jatuh cinta dan rupanya hal itulah yang membuatnya merasa sesuatu yang ganjal selama ini, sungguh anugrah bagi yuna bisa manatap wajah juna saat terbangun dari tidurnya.
"Udah liatinnya, nanti gabisa lupa kan berabe." juna membuka matanya dan tersenyum melihat reaksi yuna saat mengetahui dirinya yang ternyata sudah terbangun.
Yuna membangunkan dirinya untuk menghindari tatapan juna yang membuatnya salah tingkah. "Eum..gue mau sekolah!" hendak terbangun namun tangan juna menariknya hingga kembali tertidur, tangan yang di pakai untuk menarik yuna kini sudah melingkar di tubuh yuna.
Yuna terdiam dengan posisinya sekarang, rasanya sangat aneh, sensasi-sensasi geli terasa menggelitiki perutnya. "Yakin mau sekolah, udah siang gini."
Yuna bergerak gelisan dalam pelukan juna. "Kok ga bangunin, lo sengaja mau bikin gue bolos?!" tanya yuna sewot.
"Tidurnya pules gitu, di bilang mayat tapi masih bisa nafas,pake segala pengen sekolah." juna menenggelamkan wajahnya tepat pada leher yuna, membuat yuna bergerak kegelian.
"Lepasin!"
Bukannya menuruti kemauan yuna, juna malam mempererat pelukannya dan menambah kakinya yang memeluk tubuh yuna dan sama-sama mengunci tubuh yuna. "Biarin kaya gini dulu, selama ini gue cuman bisa natap punggung lo dari jauh jadi biarin gue ngilangin rasa rindu yang gue pendem selama ini."
Rasa aneh itu menjadi-jadi, yuna tidak pernah merasakan ini sebelumnya, yuna mati kutu saja rasanya. "Yun.."
"Heem..?"
"I love you..." bisik juna tepat pada telinga yuna.
Hati yuna menghangat mendengar itu rasanya yuna seperti terbang ke langit, rasanya yuna ingin menghentikan waktu untuk mengenang kejadian ini.
"I love you to.." gumam yuna seperti berbisik tapi karena jarak yang dekat ini membuat juna juga bisa mendengarnya dengan sangat jelas karena telinganya tidak tuli.
Pelukannya semakin erat. "J-jun, sesek.."
Juna menatap wajah yuna lalu tertawa. "Iya maaf.." pelukannya sedikit mengendur.
Sekitar lima belas menit kemudian yuna mulai medengarkan dengkuran-dengkuran halus dari juna itu berarti juna sudah tertidur, yuna mencoba bergerak untuk bangun dan menyingkirkan dengan perlahan tangan dan kaki juna yang melingkar di tubuhnya.
Setelah terlepas yuna bisa bernafas dengan lega, yuna keluar dari kamar ia melihat ruangan yang lumayan berantakan ini jadi ia berniat untuk membereskannya dan membuat makanan untuk dirinya dan juna.
Setelah sekiranya selesai yuna akhirnya pergi untuk mandi karena ternyata sepulang sekolah kemarin dia tidak mandi membuat badannya lengket tapi untungnya tidak bau badan, jika bau mungkin ia akan malu saat juna menyadari hal itu.
Tunggu-tunggu jadi hal ini tidak bermimpi, jadi hal ini kejadian sungguhan, yuna sungguh tidak berfikir bahwa perasaannya akan terbalas, yuna kira perasaan selamanya akan bertepuk sebelah tangan nyatanya ini semua nyata, tapi apakah juna benar-benar mencintainya, lalu ada hubungan apa juna dengan gwen bahkan ia memergoki juna pulang bersama gwen dari lestoran malam itu, tapi jika hubungannya adalah sebuah permainan lalu apa yang harus ia lakukan.
Tapi jika benar, maka yuna akan menganggap hubungan ini juga sebagai main main dan tidak akan melibatkan perasaan di dalamnya. Tapi yasudahlah, sekarang jalani dan nikmati saja dulu dan jangan berfikiran negatif tentang juna ia harus percaya bahwa juna benar-benar mencintainya dan tidak akan mungkin bermain-main karena setahunya juna adalah sosok yang setia dan bisa di percaya.
Yuna melanjutkan mandinya dengan berendam di bath up menggunakan air hangat membuatnya merasa rilax dan tenang.
Tbc
Wahh part ini pendek ya? Wkwkw iya sengaja soalnya bingung mau nulis apa lagi hahaha. Tapi jangan khawatir selanjutnya ada chapter yang di nunggu kalian buat baca.
Semoga menghibur dan see you.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...