42

4 1 0
                                    

"Benar-benar tidak dapat di percaya, farzan memang tidak pernah salah memilih. Aku sangat suka dengan senyumanmu an, sngat manis..."

"Benarkah? Bahkan aku sempat iri dengan kedua lesung pipimu.." keduanya tertawa, berbeda dengan yuna yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Mereka bertiga sedang berada di sebuah caffe, lihatlah baru tiga puluh menit mereka bertiga bersama tapi mereka sudah terlihat akrab, mungkin karena gwen yang mudah berbaur, anna yang bawel, dan yuna yang ramah hal itu yang membuat mereka cepat akrab.

"Yuna, sepenting itukah ponselmu hingga kamu melewatkan candaan bersama kami?" tanya gwen yang membuat yuna mendongak dan tersenyum.

"Maafkan aku gwen, ini sangat penting. Tapi jangan khawatir, akan segera ku selesaikan." jawabnya kembali fokus pada ponselnya.

"Dia memang seperti itu gwen, baiklah mari kita bicarakan hal yang lain."

Yuna mendengar itu hanya sesuatu di ponselnya lebih penting dan menarik perhatiannya, biarkan gwen dan anna berbaur lebih dalam agar memudahkan keduanya lebih terlihat dekta. "Wahh benarkah? Kalau begitu kita sama-sama memiliki hobi berbelanja, baiklah kalau begitu aku akan mengajakmu setiap kali ingin berbelanja, tapi bagaimana dengan yuna apa dia termasuk wanita yang gila belanja..?"

Anna melirik yuna yang masih fokus dengan benda persegi panjang tersebut. "Dia sedikit berbeda, yuna tidak terlalu menyukai berbelanja dan menghambur-hamburkan uang."

Gwen hanya ber'oh' ria. "Gwen, bagaimana dengan sekolahmu?" tanya anna.

"Heumm?" jeda beberapa saat. "Aku belum memikirkannya, tapi yang jelas aku akan mengambil sekolah di rumah saat kembali nanti karena mustahil bukan untuk kembali bersekolah."

"Ahahha itu benar, lalu kapan kau akan pulang?"

"Kau terlihat menginginkan aku untuk segera pulang?" candaa itu hanya bertujuan untuk membuat suasana mencair.

"Kau bercanda, tentu saja aku tidak ingin kamu pulang gwen!"

"Hahahaha, itu masih lama. Mungkin sekitar satu bulan lagi." jawabnya sambil mengetuk-ngetuk tangannya di atas meja.

"Waktu akan berjalan sangat cepat gwen, jika hari itu tiba aku pasti akan sangat sedih.."

Gwen tersenyum haru, sahabat yuna begitu manis. "Ya, aku berharap hari itu tidak akan pernah terjadi anna. Lalu kapan kelulusan kalian?"

Kini yuna mulai serius, wanita itu meletakkan ponselnya di atas meja lalu mengambil minuman yang di pesannya tadi. "Dua minggu lagi, wahh aku sungguh tidak percaya kelulusanku sudah di depan mata."

"Ooh benarkah, aku akan membawakan kalian bunga nanti."

"Yuna, maukah kau berjanji padaku." tatapan gwen mulai berubah, nampak lebih serius membuat yuna menelan ludahnya dengan susah payah.

"Maksutmu apa, gwen?" tanya yuna sambil meletakkan gelas di hadapannya.

"Apapun yang terjadi kedepannya, kau harus tetap percaya bahwa juna sangat-sangat mencintaimu."

Heumm? Kenapa tatapannya begitu serius, dan kenapa tatapan itu seolah-olah mengatakan bahwa ada sesuatu hal yang akan terjadi di masa depan. "Itu pasti gwen, tapi kenapa begitu serius?"

"Entahlah, aku hanya ingin menyampaikan apa yang ingin ku sampaikan."

Gwen nampak mengemasi barang-barangnya dan beranjak dari duduknya membuat yuna dan anna terbingung. "Maafkan aku, aku tidak bisa lebih lama bersama kalian. Mungkin lain kali aku bisa, tapi hari ini aku ada urusan lain.."

My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang