Di perjalanan pulang juna tidak hentinya menciumi punggung tangan yuna yang sudah terlelap di samping juna, nampaknya wanita itu sangat kelelahan sampai berkeringat padahal AC mobil juna tidak rusak.
Sejenak juna mengaggumi wajah cantik dan tenang yuna saat tertidur, wanita itu sungguh menggemaskan di posisinya sekarang, juna berharap tidak akan ada lagi masalah dan penghalang yang akan terjadi di dalam hubungan mereka, juna benar-benar serius dengan yuna, sebisa mungkin ia akan mempertahankan yuna sampai titik darah penghabisan.
Sebisa mungkin juna menjadikan yuna yang pertama dan terakhir, entah apa yang akan terjadi apabila yuna tidak akan pernah datang di kehidupannya.
Juna adalah seseorang yang beruntung bisa memiliki yuna, dia adalah pria yang paling bahagia malam ini.
Saat sudah sampai di halaman kediaman keluarga mahendra, juna membuka sabuk pengamannya dan menghadap ke arah yuna yang masih tertidur pulas, haruskah ia membangunkannya tapi sepertinya hal itu tidak mungkin, karena juna sangat tidak tega apabila tidur pulas yuna terganggu.
Akhirnya juna turun memutari mobilnya, membuka pintu mobil yang di tempati oleh yuna, mengangkat gadis yang tengah berada di alam mimpinya, juna menutup pintu mobilnya berjalan sambil menggendong yuna ala bridal style.
Saat pintu di ketuk sampai tiga kali karena tangan juna tidak sampai untuk memencet bel, bukan tidak sampai hanya saja tangannya di gunakan untuk menggendong yuna akhirnya pintu terbuka menampakkan seorang lelaki yang tak lain adalah ryan dengan pakaian tidurnya terlihat dari wajahnya bahwa lelaki itu baru saja terbangun dari tidurnya, nampaknya lelaki itu terganggu oleh kedatangannya dan yuna, ia baru ingat bahwa ini sudah pukul sebelas malam, perjalanan yang cukup panjang yang memakan banyak waktu.
"Bang juna?" pandangan ryan teralih pada seseorang yang ada di gendongan juna. "Lho bang, itu kakak gue lo apain?"
Juna tidak menggubris ucapan ryan, ia melangkah masuk tanpa di persilahkan. "Kamar yuna di mana?"
Ryan berlari mendahului juna, berniat menghantar juna ke kamar yuna. "Ini bang." ucapnya sambil membuka pintu kamar juna.
Juna tidak sempat mengamati keadaan kamar yuna, ia segera meletakkan tubuh yuna di atas ranjangnya dengan perlahan dan menyelimutinya lalu pergi keluar di hantar oleh ryan. "Kaka gue kenapa bang?" pertanyaan ryan sebelum lelaki itu benar-benar pergi.
"Gapapa, dia cuma kecapean aja. Titip salam buat om sama tante ya, gue pamit.
Setelah mengatakan itu juna pergi, kepalanya benar-benar pusing mungkin karena ia juga kecapean karena perjalanan yang memakan waktu sekitar satu jam, juna melanjukan mobilnya untuk pulang ke rumah yang sesungguhnya yang berada tepat di samping rumah yuna.
***
Lima hari kemudia.
Di hari kelulusan angkatan tahun ini melepas statusnya sebagai murid SMA kebangsaan, kini mereka semua telah lulus dari masa putih abu abunya, banyak tangis pilu dan juga ada yang tertawa karena merasa bahagia di hari kelulusan mereka.
Berbagai macam mereka lakukan untuk merayakan hari kelulusan ini.
Sedangkan di posisi yuna, juna dan anna kini tengah berfoto bersama, tidak-tidak sedari tadi hanya anna dan yuna yang berfoto sedangkan juna sebagai photograpernya, tapi juna sama sekali tidak keberatan jika hal itu bisa membuat yuna tersenyum lebar.
Wanita itu dengan baju wisudanya terlihat ceria, yuna juga sama halnya dengan yang lain, yang bahagia atas kelulusannya setelah sekian lamanya ia menanti hari ini akhirnya ini semua terjadi, ada rasa sedih karena tiga tahun berjalan begitu cepat bersama kenangannya tapi ada juga rasa bahagia karena akhirnya yuna terbebas dari masa putih abu abu yang sempat membuatnya kesulitan.
Berbada dengan anna, wanita itu sudah tiga kali menangis karena tidak mau berpisah dengan sekolah yang menjadi rumah keduanya, terutama yuna pasti ia akan sangat jarang bertemu dengan yuna.
Sesi foto-foto mereka sudah selesai begitu juga pembagian rapot, kini mereka sedang merayakan kelulusannya di sebuah caffe, bukan hanya yuna, juna dan anna. Tapi ada farzan, darrel, dan gwen.
Sesuai janji gwen, ia memberikan sebuah bucket bunga mawar merah untuk anna dan bunga lavender yang menjadi kesukaan yuna, mereka semua begitu bahagia, anna juga nampaknya sudah tidak menangis lagi seperti tadi karena mungkin ada farzan.
Gwen melihat juna yang nampak bahagia di samping yuna, dia ikut senang ternyata juna lebih bahagia dengan yuna sekarang, tak heran hal itu terjadi karena yuna adalah sosok yang baik hati dan sangat cantik.
Sebenarnya masih ada rasa tidak rela tapi ia mencoba membohongi perasaanya sendiri bahwa kini ia sudah sangat-sangat merelakannya walaupun itu sakit tapi akan lebih sakit saat melihat seseorang yang ia sayang malah sedih karena keserakahannya.
Sampai di situ, juna mengajak yuna untuk pergi berdua. Hal itu di iyakan oleh semuanya.
Hingga mereka berdua sampai di sebuah taman kota yang pernah mereka datangi waktu itu, namun di perjalanan yuna menginginkan es krim dengan senang hati juna membelikannya menurutnya jika itu mampu membuat yuna bahagia maka ia akan menurutinya.
Keduanya duduk di salah satu bangku khas taman, yuna yang asik dengan es krimnya dan juna yang asik memandangi wajah yuna yang tengah memakan es krim dengan lahap. "Kalo makan es krim jangan belepotam gini." juna mengelap sisi bibir yuna yang belepotan karena es krim rasa coklatnya. "Kaya anak kecil aja." yuna hanya nyengir dan kembali melanjutkan makan es krimnya.
"Yun.." panggil juna, pria itu memeluk tubuh mungil yuna dari samping.
"Heumm..?" dehem yuna yang tengah asik dengan es krimnya.
"Gue sayang banget sama lo.." ucap juna sambil mengeratkan pelukannya.
Hal itu justru membuat jantung yuna berdetak melewati batas normal, rasanya seperti ada yang menggelitiki perutnya kencang, es krim yang di makan yuna sudah habis ia menatap juna yang tengah memeluknya, untung saja keberadaanya berjauhan dari keramaian, jika tidak mereka akan di jadikan tontoan oleh banyak orang.
"Jangan terlalu sayang, nanti susah ngelepasnya.."
Juna mendongak agar bisa melihat wajah yuna. "Emangnya lo mau ke mana?"
Yuna menarik kedua tangan juna yang melingkar di perutnya, mengenggam tangan itu lalu menatap juna. "Gue ga kemana-mana Na..gue cuman ga pengen lo terlalu bergantungan sama cinta karena gue bisa aja pergi suatu saat.."
"Lo kok ngomongnya kaya mau pergi beneran dari gue sih? Lo ga akan tinggalin gue kan?"
Yuna melepaskan genggaman itu kembali menyandarkan dirinya pada bangku dan menggeleng tanda tak tahu. "Kita ga tau apa rencana tuhan selanjutnya, ga ada yang pengen perpisahan terjadi di suatu hubungan begitu juga ga mau, tapi kalau itu udah terjadi kita bisa apa?"
Juna ikut menyandarkan dirinya mengikuti hal yang di lakukan yuna, sambil menatap langit yang mulai berubah warna. "Gue ga mau pergi dari lo na, gue juga sayang banget sama lo.." ucap yuna sambil memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang mendominasi suasana melow sore hari ini.
"Gue lebih sayang sama lo yun..." jawab juna.
Tbc
Hikdd sedihh author jadinya:'(
Semoga menghibur and see you.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Novela JuvenilKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...