41

6 1 0
                                    

Pagi pun tiba, sinar matahari di pagi ini sungguh bersinar sangat cerah dan menyengat. Gadis bernama yuna itu sedang membuat sesuatu di dapur rumahnya.

"Yuna?" suara itu membuatnya sedikit terkaget karena terlalu fokus dengan masakannya sampai tidak sadar ada fani di sampingnya. "Kamu lagi apa yun?" tanya fani sambil melirik sesutu yang sedang di masak oleh yuna.

"Lagi masak bu, masa lagi nyuci." candanya sambil tersenyum tipis.

"Tumben banget." fani nampaknya akan membuatkan teh hangat untuk frans, sudah kebiasaan untuk frans meminum teh di pagi hari.

"Yuna buat ini buat orang yang spesial."

"Heum?" fani terherah siapa orang spesial yang di maksut anak perempuannya itu, jarang sekali anaknya membuat sesuatu untuk orang spesial, meskipun bisa masak tapi yuna jarang sekali untuk pergi ke dapur kecuali yuna sedang tidak malas dan ketika fani tidak ada di rumah baru ia akan memasak sendiri.

"Hahahaha, yuna bercanda bu.."

Fani percaya pasti ada yang di sembunyikan darinya tapi biarlah itu menjadi urusah yuna, jika sudah waktunya pasti yuna akan bercerita dia tidak akan memaksa yuna untuk bercerita walau ia sangat penasaran tapi yuna juga punya privasi.

"Dasar anak remaja..." fani membawa nampan yang berisi teh hangat untuk frans sedangkan yuna ia kembali memasak makanan yang katanya untuk orang spesial.

Setelah mengemasnya ke dalam kotak makan yuna pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan rok di atas lutut dan kaos berwarna hitam, rambut sebahunya di biarkan bergantung bebas dengan bando pink yang membuat yuna terlihat menggemaskan.

Yuna berjalan ke luar pintu tapi sebelum itu ia menghampiri frans dan fani di ruang tv. "Yah, bu yuna pergi dulu ya!" pamit yuna sambil mencium tangan kedua orang tuanya itu.

"Tumben pagi-pagi udah rapi, mau ke mana?" tanya frans yang mengalihkan pandangannya dari koran yang tengah di baca kepada yuna.

"Putri kita ini mau ketemu orang spesial katanya.." fani yang sedang asik menonton tv itu menggoda anaknya.

"Apaan sii bu, orang yuna mau ketemu jun..."

"Ehh.." yuna merutuki bibirnya yang tidak bisa di ajak berkerja sama, bagaimana jika orang tuanya curiga.

"Juna anaknya aksan maksut kamu..?" tanya frans yang mulai penasaran.

Yuna mati kutu, seluruh badannya menegang ketika ayahnya mulai menyadari hal yang ia sembunyikan. "Eumm..yuna terlambat banget niih yah,bu. Yuna berangkat ya!" segera yuna membalikan badannya dan berlari kecil untuk memasuki mobil sebelum frans bertanya lebih dan fani yang akan terus membuat keadaan jadi tambah runyem.

Yuna menghelai nafas ketika mobilnya sudah keluar dari pekarangan rumahnya, mobilnya berjalan dengan kecepatan sedang yuna memiliki janji dengan seseorang.

Melirik jam tangan yang melingkar di lengannya, menunjukan pukul 07.55 sungguh tidak biasa yuna bangun pagi-pagi sekali hanya untuk membuat makanan untuk seseorang.

Lima belas menit kemudian yuna sampai di tempat tujuan, ia melihat gedung yang menjulang tinggi di hadapannya, dengan percaya diri yuna melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut dengan tote bag di tangan kanannya.

Harum khas kantoran tercium oleh hidung yuna, ia berjalan ke arah meja resepsionis yang terdapat seorang wanita cantik dengan pakaian rapinya berdiri menanyakan untuk apa kedatangannya kesini dengan sopan.

"Selamat pagi nona, ada yang bisa saya bantu?" sapanya ramah di sertai senyum manis.

"Anak bapak aksan, atas nama aditya juna morgan apa ada di sini?" tanya yuna dengan ramah.

"Tapi maaf sebelumnya, mbak ini siapanya?"

Yuna tersenyum tipis. "Saya sahabatnya mbak."

"Apa sebelumnya memiliki janji temu dengan mas juna?"

"Tidak, saya hanya ingin memberi kejutan untukknya dan memberikan ini." yuna meletakkan tote bag di atas meja resepsionis. "Saya titip ini untuk juna ya mbak."

"Baiklah." setelah itu yuna berpamitan dan keluar dengan wajah berseri-seri, membayangkan bagaimana reaksi juna dan bagaimana senangnya juna saat mengetahui ia memasakan makanan kesukaannya.

Yuna tidak langsung pulang melainkan berjanjian dengan anna, wanita itu ingin pergi berbelanja untuk acara makan malam dengan keluaranya dan keluaraga farzan.

Wanita itu sangat beruntung bisa mendapatkan pria seperti farzan yang humoris yang cocok dengan anna yang bawel, selain itu kedua keluarga sangat merestui hubungan keduanya, bahkan rencananya setelah lulus sekolah keduanya akan bertunangan, yuna sangat iri tapi sisi lain ia juga beruntung, sangat beruntung bisa memiliki juna yang mau mengerti kemauannya dan posisinya.

Bukannya tidak mau bicara kepada kedua orang tuanya dan di ketahui oleh semua orang bahwa ia berpacaran dengan juna, namun ia tidak mau jika hubungannya di umbar-umbar, selain itu entah kenapa yuna memiliki firasat aneh tentang hubungannya dengan juna.

"Hey! Ayuna!!" suara anna mengagetkannya. "Yaampun, lo lagi banyak fikiran ya? Ini dari tadi gue ngomong ga di dengerin, astagaa yuna."

Yuna tersadar, hanya menyengir. "Maaf an, apa lo ngomong apa tadi?"

"Engga ga jadi." jawab anna cuek lalu mulai memilih baju yang akan ia kenakan malam ini.

"Gitu aja ngambek, sini gue pilihin aja. Gue ahlinya nihh..." ucap yuna membanggakan diri. "Cihh.." decih anna saat yuna mulai sibuk mencari-cari baju yang cocok dengan anna.

Banyak baju yang di pilihkan oleh yuna tapi belum ada satupun baju yang cocok menurut anna, sudah tiga toko yang di kunjunginya tapi anna belum juga mendapatkan apa yang ia mau.

Ketika melangkah masuk toko ke empat yuna dan anna mulai beraksi lagi untuk mencarikan apa yang anna mau, dari pada anna ngambek lagi kan jadi yuna yang repot.

Pandangan yuna terhenti ketika melihat dress bermerek gucci berwarna hitam di atas lutut yang begitu indah dan mewah di hadapannya, ketika hendak mengambil ada sebuah tangan yang juga mengambil baju tersebut.

Yuna mendongak melihat siapa pemilik tangan tersebut. "Lho, gwen?" ucap yuna, anna yang mendengar itu langsung menghampiri yuna.

"Yuna, kamu lagi apa di sini?" tanya gwen yang melihat yuna dan anna ada di tempat yang sama dengannya.

"Kita lagi cari baju buat acara dinner anna sama farzan, kamu sendiri?"

Nampaknya gwen terkejut terlihat dari raut wajahnya. "Ohh, jadi pacarnya farzan ini namanya anna. Wahh tipe farzan memang selalu sempurna, dia nampak cantik." puji gwen, anna yang mendengar itu hanya tersenyum tipis. "Baiklah, sepertinya baju ini cocok untukmu anna."

Baju yang masih di pegang oleh gwen dan yuna itu memang sangat cocok untuk anna, anna mengambilnya karena menurutnya warna hitam sangat cocok dengan permata yang menghiasi kerahnya. "Baiklah gwen, aku ambil yang ini."

"Anna lo udahkan belanjanya?" anna mendengar itu hanya mengangguk. "Bagaimana kalau gwen bergabung dengan kita?" tanya yuna.

"Heumm?" gwen berdehem. "Bolehkah?" tanya gwen yang nampak tidak enak.

"Tentu saja boleh, kita sekarang teman. Iya kan an?" tanya yuna sambil melirik anna. "Hh-ahh iya."

Mungkin terdengat aneh, tapi anna nampak kikuk mungkin karena ia belum terlalu kenal dengan gwen, tapi wanita itu terlihat baik dan friendly menurutnya, selain itu wanita itu juga cantik dengan lesung pipi yang dalam di kedua pipinya, hampir sama dengan yuna hanya saja wajah yuna terlihat lebih ke korea'an.
















Tbc

Selamat pagii para pembaca setiap MY DIMPLE GIRL. gimana chapter kali ini? Membosankan ya? Hahaha author tau kok, ToT.

Semoga menghibur and see you.


My Dimple Girl (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang