Juna membuka matanya kala sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamarnya, dengan kepala yang masih pusing juna membangunkan dirinya untuk berduduk sambil bersandar pada penyangga ranjangnya.
Pandangan juna terhenti kala melihat ada seseorang yang tertidur di lantai sambil bersandar pada sisi ranjang yang sedang ia tempati saat ini, juna mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi kemarin malam tapi yang ia dapatkan hanyalah kepalanya yang kembali merasakan pusing.
Akhirnya ia memutuskan untuk membangunkan seseorang yang tertidur di dahapannya itu. "Yuna, ayuna bangun." ucapnya lembut sambil mengguncang-guncang tubuh yuna pelan.
Taklama yuna bangun dan melihat juna yang tersenyum ke arahnya. "Lo kok malah tidur di bawah sih?" suara serak milik juna membuat yuna terbangun dan langsung mendudukan diri di sepi ranjang.
Tangan yuna terulur kearah dahi juna untuk mengecek suhu tubuhnya. "Lo udah ga panas, masih ngerasa sakit ga?" juna terkekeh melihat tingkah yuna yang khawatir padanya, padahal yuna baru saja terbangun dari tidurnya.
"Gue udah gapapa kok, mening sekarang pulang terus siap-siap buat sekolah. gue yang anter mau?"
Yuna mencekal tubuh juna yang hendak turun dari ranjang. "Gue bisa sendiri, pokoknya hari ini lo harus istirahat penuh Biar nanti gue izinin ke wali kelas!" ucapnya sambil kembali menuntun juna agar dirinya kembali tertidur.
"Tap-.."
Yuna memotong protes juna dengan telunjuk tangannya yang ada di hadapan bibir juna. "Lo harus istirahat jun, ga kasihan apa sama mama lo yang lagi sakit?"
"Kok ayuna tau mama sakit?" batinnya.
Yuna bangkit dari duduknya setelah ia menutupi setengah badan juna menggunakan selimut. "Gue tau dari bi lastri kalo tante yura di rawat, lo gausah khawatir pentingin kesehatan lo dulu, kalau ada apa-apa lo bisa nelpon gue atau panggil bi lastri." setelah mengatakan itu yuna pamit pulang, meninggalkan juna yang mencoba kembali terdiam kembali mengingat apa yang sebenarnya terjadi kamarin malam.
***
Seperti biasa Yuna dan ryan pergi ke sekolah bersama, hari ini tidak ada kesialan untuk yuna, ryan yang biasanya usil pun terdiam entah karena apa wajahnya nampak masam dan murung.
Karena sedang tidak mood untuk berbicara akhirnya yuna memilih untuk terdiam dari pada nanti malah bertengkar.
Keduanya berpisah saat sudah sampai di sekolah. yuna berjalan tanpa semangat menuju kelasnya, ingatan yuna kembali berputar tentang kejadian semalam di mana juna mungkin bermimpi dan mengigo memanggil nama perempuan.
'Kenapa kamu harus pergi, gwen?'
Nada bicara juna waktu itu nampak seperti orang yang sedang menangis, sebenarnya siapa orang pemilik nama gwen tersebut, apakah pacar juna? Tapi setahunya juna itu jomblo, atau mungkin mantannya?
Siapa yang bisa memberinya jawaban mengenai nama tersebut, jika ia tanyakan langsung pada juna itu pasti tidak akan di jawab. Siapa sekiranya yang kenal dengan nama itu, ehh...tapi kenapa yuna jadi sepenasaran ini, kenapa yuna sampai harus mencari seseorang yang tau akan nama ini, kenapa pula yuna memikirkan hal itu.
Sampai suara anna mengejutkannya dan tersadar dari lamunan. "Lo budek ya? Gue udah teriak-teriak masih aja ga nyaut, mikir apa sii boneng?"
"Dateng-dateng ngagetin aja." ucap yuna menatap anna yang ada di sampingnya.
"Lo aja yang budek dari tadi di panggil ga nyahut, bengong aja terus kesambet baru tau rasa lo!"
"Astagfiraullah, doain tuh yang baik dong." ucap yuna sambil menggelengkan kepalanya.
"Alah udah! Sekarang gue tanya, kemarin kenapa lo ninggalin gue?" keduanya menghentikan langkahnya.
Yuna menggaruk lehernya yang tidak merasakan gatal sedikit pun. "Kan kemarin ada farzan."
"Gausah ngelak lu, gue tanya kemarin lo kemana?" nahkan kalau udah kaya gini anna seremnya melebihi preman, yuna saja sampai gelagapan.
"Anna!! Rempong banget siih jadi orang, sabar kenapa ga liat apa di sini banyak orang." kesal yuna melirik anna yang menatapnya garang.
"Yaa abisnya lo ninggalin gitu aja, ga tau apa kalo gue khawatir?!"
Yuna memutar bola matanya malas, padahal kemarin ada farzan yuna kira anna tidak akan mengkhawatirkannya karena sudah berdua dengan farzan.
Yuna dan anna memutuskan untuk melanjutkan jalannya menuju kelas, anna tidak sabaran untuk mendengarkan penjelasan dari yuna sampai-sampai yuna di seret seret masuk kelas, demi apapun anna kalau sudah kepo ga bisa diem aja dia punya seribu satu cara buat ngorek ngorek sampe akarnya, hampir semua maslah dan kenangan masa lalu yuna di ketahui oleh anna begitu juga sebaliknya.
Hubungan persahabatan mereka sangat kuat, sudah tiga tahun mereka bersahabat dari semenjak masa MOS sampai sekarang mereka tetap berteman baik, walau sering ada pertengkaran-pertengkaran kecil tapi hal itu tidak memutuskan ikatan persahabatan antara yuna dan anna, keduanya terbuka satu sama lain dan saling percaya.
Sambil meletakkan piring berisikan bakso dan tangan satunya lagi yang membawa es teh manis, anna mendaratkan bokongnya di sebuah bangku kantin berhadapan langsung dengan yuna. "Ohh gue ngerti, jadi si juna ini lagi ada masalah makanya dia ga sekolah gitu?"
Yuna mengangguk mengiyakan pertanyaan anna, sambil mengaduk-aduk es teh manis miliknya dan tangan kanannya yang di gunakan untuk menopang dagunya terlihat dari muka masam yuna bahwa ia sedang terlihat lelah.
"Terus nama yang di sebut juna itu siapa?" anna sudah mendengar semua dari yuna, ia berhasil mengorek semua hal yang membuatnya merasa penasaran benar bukan anna adalah ratu kepo ia mempunyai seribu satu cara untuk menghapus rasa keponya.
Yuna mengkempotkan bibirnya, menggeleng tanda ia tidak tahu. "Gue juga bingung an, selama ini juna udah baik sama gue tinggal sekarang gue pengen bantu dia."
"Kenapa ga lo coba tanya farzan, di kan sahabatnya juna?"
Hal itu membuat yuna mendongak menatap anna. "Heh! Iya juga ya." senyuman terpancar di bibir yuna, kenapa ia tidak memikirkan hal ini sedari tadi.
"Gue minta nomer farzan sama lo boleh ga?"
"Iya nanti gue kasih, emang apa rencana lo?" tanya anna mengalihkan pandanganya yang semula fokus dengan bakso kini menatap yuna yang mukanya nampak lebih berseri dari pada tadi.
"Engga ada, cuman gue pengen nanya-nanya aja sama farzan siapa tau dia bisa bantu." anna hanya ber'oh' ria sambil menganggukkan kepalanya.
Mereka kembali menyantap makanannya sesekali berbincang tentang hal apapun dari yang penting hingga tidak penting mereka bahas sampai bel masuk mengharuskan mereka berdua kembali masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran sampai bel kembali berbunyi kali ini menandakan bahwa jam pulang sekolah tiba.
Tidak hanya satu atau dua orang, tapi seluruh penghuni sekolah berbondong-bondong bersorak senang ketika bel pulang berbunyi.
Yuna pulang bersama ryan, tapi tidak sampai rumah ia meminta ryan untuk mengantarkannya ke sebuah kafe yang terletak tak jauh dari lokasi sekolahnya tapi lumayan jauh jika harus berjalan kaki, setelahnya ia hanya menyuruh ryan untuk pulang dan meninggalkannya soal pulang biar nanti ia naik angkutan umum atau taksi.
Sengaja yuna pergi ke sini karena ada janji temu dengan seseorang, yuna berharap seseorang tersebut bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah juna. Saat memasuki kafe tersebut yuna mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan kafe tersebut, mencari sosok yang memiliki janji temu dengannya.
Pandangannya terhenti pada sosok yang melambai di ujung sana posisinya dekat dengan jendela, tanpa fikir panjang yuna segera menghampiri sosok tersebut lalu duduk.
"Kalian lama ga nunggunya?" tanya yuna sambil duduk di hadapan dua lelaki tersebut.
Tbc
Hai Gengs! Gimana-gimanaaa? Ada yang kurang ga, kalo ada komen ya gengs. Semoga menghibur:)
See you.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Roman pour AdolescentsKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...