"Akhirnya gue nemuin lo!" seseorang detang dan langsung ikut duduk di samping juna.
Juna menengok melihat ayuna di sampingnya yang tersenyum kearahnya tapi wajahnya yang nampak khawatir tak bisa di tutupi. "Ayuna..." suara berat juna sangat menusuk bagi yuna, tersirat dari dalam mata juna menyimpan banyak masalah.
Juna kembali memejamkan matanya. "Kenapa harus di alam mimpi sii ketemunya?" mungkin juna mengira yuna adalah mimpi.
Yuna tertawa geli mendengar penuturan juna. "Ini asli lho padahal, coba nihh kalo ga percaya gue cubit."
'Aww'
Juna membuka matanya dan memegangi pipinya bekas cubitan maut yuna tadi, nampak bekas kemerahan tertinggal di atas pipi putih nan mulus milik juna. "Sakit. Itu berarti nyata dong?"
Satu kali lagi, juna kembali membuat perut yuna serasa di kelitiki. "Ya nyata dong!"
"Ohh nyata." juna kembali menyandarkan punggungnya pada penyangga bangku taman yang ia dan yuna duduki. "APA NYATA?!"
Tentu saja itu membuat ayuna terkejut, muka juna nampak terkejut. "Teriak aja terus, sampe gendang telinga gue pecah nanti."
Juna mengerjapkan matanya, masih belum percaya bahwa di hadapannya ini adalah yuna asli. Tuhan memang mengerti apa yang ia inginkan, dia kira yuna adalah mimpi tapi keberadaanya sangat nyata.
"Kok bisa ada di sini?"
Yuna mengangkat bahunya. "Tadi gue ngeliat cowo yang lagi bengong kaya orang gila akhirnya gue datengin aja tu orang." entahlah juna merasa orang yang di maksut yuna adalah dirinya.
"Maksutnya orang gila itu gue?"
Yuna tertawa, membuat juna mengangkat alisnya bingung. "Lo ngerasa?" mungkin keadaannya sekarang seperti orang gila, terserah apa kata orang yang juna butuhkan sekarang hanyalah ketenangan.
Juna meneguk minuman kaleng keduanya, hal itu memancing perhatiaan yuna.
Yuna merebut kaleng yang ada di tangan juna, ia nampak membaca tulisan kecil mungkin semacam petunjuk dan informasi tentang minuman apakah itu, yuna menutup mulutnya kaget lalu menatap juna. "Inikan minuman..."
Juna kembali merebut kaleng minuman itu dari tangan ayuna dan kembali meminumnya sampai habis. "Ga mengandung alkohol, cuma buat angetin tubuh doang." ucapnya seolah tau apa yang di fikirkan yuna.
'Bugh..'
Yuna memukul bahu juna. "Mata lo buta, Bisa baca ga? itu ada keterangannya kalo ini minuman mengandung alkohol."
Juna tersenyum tipis. "Cuma buat kali ini aja." juna meletakan kepalanya menyandar pada bahu yuna.
Ayuna terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepada juna saat ini, sengat jelas tersirat kalau juna sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. "Lo lagi ada masalah, kok tadi ga masuk sekolah?" tanya yuna lembut.
Entah kenapa yuna merasakan ada sebuah cairan hangat yang mendarat pada bahunya, ia menundukan wajahnya untuk bisa melihat keadaan juna.
Mata itu. Mata yang selalu membuat yura terpesona, mata yang selalu membuat yuna merasakan ketenangan, mata yang selalu memberi yuna semangat kini meneteskan air mata. Ini adalah kejadian langka, juna yang ia kenal adalah sosok yang kuat, juna yang ia kenal tidak serapuh ini.
Yuna menarik kepala juna lalu menangkup wajah juna dengan tangan mungilnya. "Kok nangis, coba cerita sama gue ada masalah apa?"
Juna tersenyum dan yuna menyadari bahwa ada luka di balik senyuman yang juna tampakkan. Juna menggeleng sebelum kembali memeluk yuna, hal itu cukup memberi tahu yuna bahwa yang di butuhkan juna adalah pelukan akhirnya ia membiarkan juna memeluk dirinya sepuasnya.
Hingga waktu berlalu cukup lama, yuna merasa bahwa badannya terasa berat. "Juna." yuna berusaha mengangkat tubuh juna yang ternyata sudah tak sadarkan diri.
Hal itu membuat yuna panik bukan main, ternyata sedari tadi juna pingsan. Atau mungkin karena pengaruh minuman kaleng yang beralkohol tadi. "Juna, bangun dong jangan buat gue khawatir." yuna mulai khawatir, ia melihat keadaan sekitar yang sepi tidak ada yang bisa ia panggil untuk meminta tolong.
Akhirnya yuna mengangkat tubuh besar juna dengan sekuat tenaga, dan untungnya lagi yuna membawa mobilnya tadi ia segera membawa juna pergi untuk pulang ke rumahnya.
Kediaman keluarga morgan (pukul 21.15)
Yuna mebopong tubuh juna keluar dari mobilnya, di bantu oleh salah satu ART di rumah juna saat pintu rumahnya dibuka lalu membawa juna ke dalam kamarnya.
"Ini teh kenapa den juna bisa pingsan gini?" tanya wanita setengah paruh baya itu dengan logat sundanya, wanita tampak khawatir dengan keadaan juna.
"Juna pingsan bi." jawab yuna yang sedang melepas sepatu juna. "Bi kalau tante yura sama viana kemana?" tanya yuna saat sadar bahwa tidak ada tanda-tanda kemunculan dari ayura ataupun viana.
Bisa di lihat kalau bi lastri nampak gelisah untuk menjawabnya, hal itu membuat yuna semakin penasaran. "Nyonya teh di rawat di rumah sakit neng.."
Jawaban itu membuat yuna menghentikan aktivitasnya yang sedang mencopoti sepatu juna lalu menoleh pada wanita yang kalau di tebak umurnya sekitar lima pulut tahun atau lebih. "Di rawat kenapa bi?"
"Bibi teh kurang tau atuh neng, tapi tadi teh nyonya di bawa sama den juna sama neng via terus banyak darah kitu." terangnya membuat yuna lagi-lagi terkejut.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada keluarga ini. Rasanya yura baru saja sembuh dari sakitnya tempo hari, sekarang wanita itu harus di larikan ke rumah sakit apakah penyebapnya masih sama, Karena suami dan anaknya yang masih bertengkar?
Yuna tersadar dari lamunanya dan menoleh pada seseorang yang terbaring di hadapannya. "Haus...aku mau air." hal itu membuat yuna langsung mengambil segelas air yang berada di atas nakas lalu membantu juna untuk minum air putih tersebut.
"Aduhh, aden teh kenapa bisa sampe pingsan atuh? Bibi kira teh aden ada di rumah sakit jagain nyonya." suara penuh kekhawatiran itu kembali terdengar, bi lastri berjalan memutari ranjang yang di pakai juna untuk beristirahat lalu duduk di tepi ranjang.
Tangan bi astri terulur ke arah dahi juna setelah selesai di bantu meminum air putih oleh ayuna. "Panas. aden teh kaya demam, Sebentar atuh neng bibi ambilin kompresan dulu." bi lastri pergi ke luar kamar sepertinya untuk mengambil kompresan seperti yang ia bilang tadi.
Setelah kepergian bi lastri, yuna kembali memperhatiran juna tangannya terulur untuk mengusap rambut juna.
Wajah damai juna saat tertidur bisa membuat siapa saja yang melihatnya tenang, wajah itu nampak lebih mempesona saat matanya terpejam. Sesaat yuna kembali memikirkan kejadiaan kemarin malam, ketika juna datang ke kamarnya dan membuat seluruh tenaganya terkuras habis, di mana kata-kata juna dan tatapan mata juna yang menghipnotis, dan keberadaannya yang sangat dekat itu semua kembali berputar di dalam ingatan yuna.
"Kenapa kamu harus pergi, gwen?"
Tbc
Halahh guys, mas juna nyebut nama siapa? Haloyooo masii menjadi misteriii, tunggi kelanjutannya ya guyss!!
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Teen FictionKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...