"Ehemm...."
Deheman seseorang membuat yuna tersentak dari lamunanya, yuna penasaran lalu melihat sosok dari pemilik deheman tersebut.
"Katanya mau berusaha buat mengikhlaskan, tapi kok masih sempet-sempetnya stalker"
"Lho juna kok lo ada di situ?"
Iya, seseorang yang berdehem tersebut adalah juna, yuna bingung kenapa juna bisa ada di sana.
"Ya bisa lah orang ini kamar gue" jawab juna mengalihkan pandangannya kepada yuna yang masih terdiam di tempat.
"Berarti kamar lo deket dong sama kamar gue?"
"Iya emang nape?"
"Ya..ya engga cuma kaget aja gitu" jawab yuna gugup lalu mengalihkan pandangannya kedepan.
Yuna mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
"Yun lo suka sama bintang ga?" tanya juna dengan mendongakan kepalanya sehingga bisa melihat langit malam yang di hiasi dengan kerlipan bintang dan cahaya bulan.
"Suka,banget malahan"
"Tapi gue ga suka tuh"
"Idih kenapa? Mereka kan indah".
"Karena bintang udah ngambil kebahagiaan keluarga gue" jawab juna terlihat sedih, yuna menengok ke arah juna.
Wajah datarnya juna rasanya tidak menutupi bahwa di sana menyimpan beribu-ribu kesedihan, yuna penasaran.
"Pas pertama kali gue ketemu sama lo waktu siang itu, pas kita tatapan gue kaya ngeliat sebuah kesedihan yang teramat dalam di mata lo, emangnya seberat itu ya?" tanya yuna sambil menopang dagu pada besi panghalang balkon kamarnya.
"Lo pikir, ada sesuatu yang udah terbiasa ada menemani kita dalam segala kondisi tiba-tiba pergi meninggalakan kita, lo pasti bakalan rasain gimana rasanya kehilangan..." jelas juna tanpa mengalihkan pandangannya dari langit.
"Gue tau pasti susah banget buat mengikhlaskan tapi lo tetep harus semangat, jangan nyerah okay!!"
Jika tadi yuna menangis kini ia kembali tersenyum, juna senang melihat yuna tersenyum karena yuna memiliki lesung pipi di kedua pipinya, senyum yuna membuatnya teringat akan masa lalunya yang sudah 2 tahun pergi meninggalkannya.
"Na.." panggil yuna pada juna yang di balasi deheman oleh juna.
"Lo pasti kuat!!" juna tersenyum, lagi-lagi juna terpana akan pesona gadis di depannya itu.
Dimple di kedua pipinya saat tersenyum, membuatnya terasa tenang.
"Gue kedalem dulu ya mau tidur" pamit yuna di angguki oleh juna.
"Iya sana tidur, awas lho ya jangan nangis lagi..." ancam juna yang di acungi jempol oleh yuna setelahnya juna juga ikut masuk ke dalam kamarnya untuk tidur.
"Lo kalo senyum manis banget yun" gumam juna setelah kepergian yuna.
***
Pagi yang indah ini harus rusak lagi karena si bocah ingusan.
siapa lagi kalau bukan ryan, tega sekali dia meninggalkan yuna di tengah jalan hanya karena ingin menjeput gebetannya, awas saja kalau ayahnya pulang nanti akan ia adukan.
Lalu begaimana nasibnya sekarang, waktu sudah menunjukan pukul 07:15 yang artinya lima belas menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.
Yuna sedari tadi mencari kendaraan umum tapi tidak ada, yuna benar-benar murka sekarang bagaimana bisa ia ke sekolah jika harus berjalan kaki dalam waktu lima belas menit? Ingin berteriak rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
Ficção AdolescenteKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...