Yuna membanting keras pintu kamarnya tak lupa ia mengunci sebanyak dua kali putaran, sebelum itu yuna juga mentutup semua jendela dan pintu balkonnya, setelah itu yuna duduk di atas lantai ia memeluk lututnya sambil menenggelamkan mukanya dalam tumpukan kedua tangan di hadapannya, menyandar pada bagian sisi ranjanya.
Yuna menangis sejadi-jadinya, hatinya sangat kacau baru saja ia kembali percaya kepada cinta, baru saja ia kembali mengenal yang namanya cinta, baru saja yuna merasakan bahagianya cinta tapi yuna kembai di buat kecewa karena cinta, hubungannya dengan juna memang belum lama tapi perasaannya sudah begitu besar dan tidak akan pernah padam.
Yuna memukul dadanya yang terasa nyeri dan berdenyut di dalam sana, bagaikan kaca yang akan pecah jika di jatuh ke alas yang keras. Seperti hati yuna yang sudah terbang tinggi dan dengan sangat cepat kembali di jatuhkan. "Arghhh...!!!" teriak yuna sangat kencang karena tak kuasa menahan danyutan perih di dalam sana.
Gedoran dari arah pintunya terdengar, memanggil-manggil nama yuna dengan nada khawatir dari keluarganya terdengar di luar sana terutama fani yang paling keras. "YUNA BUTUH WAKTU SENDIRI, TOLONG PERGI!!" yuna berteriak sangat kencang, berharap keluarganya bisa mengerti keadaannya yang sedang membutuhkah waktu sendiri.
Setelah yuna berteriak tidak ada lagi suara yang terdengar, syukurlah nampaknya mereka sudah mengerti bagaimana posisi yuna saat ini. Tangisnya kembali pecah, ingatannya berputar pada kata-kata manis juna apakah semua itu hanya tipuan.
Lalu janji-janji juna apakan semua itu hanya untuk membuat yuna terbuai, dan rencana-rencana juna tentang masa depannya apakah semua itu hanyalah akal-akalan juna supaya yuna tetap di sisinya dan dengan teganya juna mengkhianati cintanya.
Benar bukan, cinta juna selama ini hanya untuk bermain-main, apakah pria itu tidak memikirkan perasaan yuna, coba jelaskan di mana titik salah yuna saat ini.
Ia hanyalah korban, korban dari cinta yang sudah mengkhianatinya.
Lalu mengapa juna tidak menghentikan acara pertunangannya, ia yakin juna lebih tau dari jauh-jauh hari darinya, ini semua terwujud yang ia takutkan kini menjadi nyata.
Yuna tidak bisa egois untuk tetap melaksanakan acara pertunangan ini, bahkan ia sangat bahagia bahwa rencana tunangannya bersama juna, tapi sepertinya semua itu harus batal yuna tidak mau berbahagia di atas penderitaan orang lain, terlebih gwen juga wanita yang sangat baik, dia tidak tau apa-apa jadi sudah semestinya gwen mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan.
Yuna merogo saku celananya yang terdapat ponsel miliknya di sana, membuka layar chat seseorang lalu. Mengetik sesuatu di sana.
Ayuna.Muts
17.30
Gue terima tawaran lo, minggu gue berangkat, jangan lupa jemput gue.Setelah mengirip pesan itu, yuna mematikan ponselnya. Ia beranjak untuk merebahkan dirinya di atas ranjang, matanya masih mengeluarkan air mata, lusa adalah acara tunangannya bersama juna ia akan pastikan suatu keadilan terjadi, ia akan pastikan dirinya benar-benar hilang dari hadapan pria yang sudah mengecewakannya, camkan itu!
***
Ini adalah hari yang di tunggu-tunggu bagi keluarga juna dan juga keluarga yuna, acara pertunangan antara keduanya sudah sangat di depan mata, hanya tinggal menunggu yuna keluar dari tempatnya.
Acara tidak di selenggarakan secara terbuka dan mengundang banyak orang, sesuai persyaratan yuna acara tunangannya ini hanya di hadiri oleh keluarga kedua belah pihak, tamu yang datang pun di batasi hanya sekitar tiga puluh orang, teman juna dan yuna yang datang pun hanya anna,farzan,darrel, tak lupa ada gwen juga si sini.
Gwen di undang oleh yuna, dan menurut yuna tamu spesial di acara ini adalah gwen tidak ada yang lain.
Yuna keluar berjalan melewati karpet merah dengan dress berwarna pink pastel dengan berukat yang melapisi bagian ujung dress, dengan rambut yang di ikat sanggul tak lupa bando mutiara melingkar sempurna di kepalanya.
Juna sempat terpaku melihat penampilan yuna yang luar biasa, para hadirin bertepuk tangan saat yuna sudah ada di samping juna.
Kedua orang tua juna dan yuna menatap bangga dan terharu pada anaknya.
Yuna menatap gwen di ujung sana dengan senyum yang mengartikan sesuatu, gwen sempat berfikir apa arti senyuman itu, gwen di posisinya berusaha mati-matian mempertahankan senyumnya agar tidak berubah menjadi genangan air mata.
Keduanya mendapat restu dari kedua orang tua para tamu ikut bersorak senang, acara yang terakhir adalah acara pemakaian cincin pertunangan.
Tapi ada yang aneh dengan yuna, ia menatap wajah juna dengan mata berkaca-kaca dan menggeleng saat juna hendak memasukan cincin tersebut di jari manis milik yuna.
"Kenapa yun?" tanya juna yang menyadari keanehan dari yuna, semua tamu mendadak diam ketika melihat yuna malah mengambil mic.
Yuna berjalan lebih maju. "Saya minta perhatiannya sebentar." ucapnya, ia mulai menarik nafas dan menghembuskannya. "Saya menyatakan bahwa pertunangan ini batal." yuna memejamkan matanya.
Keadaan menjadi ricuh saat itu juga, banyak yang berbisik-bisik, sedangkan keluarga juna dan yuna terkaget dengan apa yang baru saja di katakan oleh yuna terlebih dengan juna. "Yun, ini maksutnya apa?" juna mulai mendekati posisi yuna.
Yuna menatap wajah juna lalu tersenyum walaupun air matanya sudah mengalir tapi itu tidak menutupi kecantikan yuna. "Gue sayang banget sama lo Na...tapi ada orang yang lebih penting gantiin posisi gue di sini."
Kini tatapan yuna teralih pada kedua orang tuanya dan kedua orang tua juna. "Ayah, ibu, tante, dan om aksan. Maafin yuna karena bikin kalian kecewa, tapi hati yuna jauh lebih kecewa dan sakit saat tau, kalau orang yang yuna sayangi dan yuna kasih kepercayaan selama ini ternyata khiyanatin yuna.." nadanya mulai melemah, hatinya kembali berdenyut yuna menundukan mukanya untuk menyeka air matanya menggunakan tangannya, yuna mendongak matanya mencari sosok wanita yang menatapnya di ujung sana.
"Yuna ga bisa egois, dan yuna ga mau bahagia di atas penderitaan orang lain.." ucapnya sambil menatap gwen.
Sedangkan posisi gwen di bawah sana sama seperti yuna, ia juga mulai meneteskan air matanya. "Mungkin cuman ini yang bisa yuna berikan, gwen bisakah kau ke mari?"
Semua pandangan tertuju pada sosok wanita yang berdiri di ujung sana, gwen yang menjadi pusat perhatian pun merasa takut dan dengan berat hati gwen berjalan ke tempat juna dan yuna berada saat ini. "Jun, gwen hamil anak lo.." ucapnya dengan nada bergetar.
Semua orang yang mendengar itu pun terkejut, ada yang menyangkalnya dan juga ada yang iba menatap kejadian ini.
"Omong kosong apalagi ini yun?" tanya juna tak percaya.
Yuna tertawa sinis dalam tangisnya. "Ini bukan omong kosong, ini jelas-jelas kenyataan dan gue harap lo ga lari dari masalah." kini gwen sudah berada di samping juna, ia hanya mampu menundukkan kepala apalagi saat melihat pandangan orang tua juna yang menatap menghakimi.
"HENTIKAN INI SEMUA!!"
Tbc
Apa-apaan ini gengs?! Wahh-wahh makin panas aja keadaannya, jadi gimana kelanjutannya yokk langsung aja...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dimple Girl (THE END)
JugendliteraturKisah ayuna dan juna Berawal dari pertemuan yang tidak di sengaja, karena rumah mereka yang bertetanggan alhasil mereka berteman sangat baik hingga berujung dengan sebuah ikatan saling memiliki namun cinta mereka harus di uji dengan kehadiran cinta...