62. He's Here

413 101 43
                                    

Ada sedikit penjelasan biar kalian makin paham.

Korcam = Koordinator kecamatan (satu mahasiswa sebagai ketua seluruh kontingen kecamatan)
Kordes = Koordinator desa (ketua kelompok lingkup desa)
Sekdes = Sekretaris desa (sekretaris kelompok lingkup desa)
LRK = Laporan Rencana Kegiatan
LPK = Laporan Pelaksanaan Kegiatan
Proker = Program Kerja

.
.
.

Semua orang berkumpul sambil menggerutu. Hari pertama sudah sangat menjengkelkan, nampaknya Yuta tidak mengijinkan mahasiswanya untuk beristirahat dengan tenang. Sambil mengantuk, kamu duduk di salah satu sofa kecamatan bersama dengan semua teman-temanmu. Tidak jarang juga beberapa mahasiswa dari desa lain ikut mengobrol bersama kalian, entah itu teman satu jurusanmu atau teman satu jurusan Doyoung dan Seulgi.

"Katanya yang nguruh tuh bukan Pak Yuta." Mark membuka suara, membuat beberapa orang yang duduk melingkar di sekitar sofa ikut tertarik.

"Terus siapa anjir? Pak Camatnya? Ya kali." Doyeon berkata kesal.

Sedangkan kamu sendiri tidak peduli, lebih berfokus kepada hawa dingin yang lebih menarik perhatianmu. Ah sial, Bali benar-benar berbeda dengan Jakarta maupun Depok. Padahal kamu sudah menggunakan jaket, tetap saja hawanya terasa semakin dingin.

Doyoung menyadari pergerakanmu, peka terhadap situasi yang ada, ia melepas jaketnya kemudian memakaikan padamu. Kamu terkejut kemudian tersenyum membuat beberapa orang ikut bersorak teralihkan perhatiannya.

"Wah anjir... kayanya bakal ada yang cinlok nih Kordes sama Sekdesnya Bakbakan!" Seorang mahasiswa yang kamu ketahui dari jurusan teknik kimia tersebut berseru mengompori membuat orang-orang lainnya ikut bersorak pada kalian. Doyoung tertawa kemudian mengangkat tangannya sambil menggeleng.

"Engga anjir! Ini Anin kedinginan kalo gue diemin aja. Gue ngga mau anggota gue sakit lah!" Doyoung beralasan, justru membuat orang-orang semakin mengompori kalian berdua. Kamu tersenyum seadanya karena bingung menanggapi, apa lagi ini tergolong lingkungan baru, membuatmu kesusahan untuk melontarkan candaan.

"Eh balik ke topik anjir!" Mark tidak terima, sepertinya ia benar-benar kesal karena harus ke kantor kecamatan tengah malam, dimana seharusnya Mark sudah tidur di atas kasurnya. Semua orang kembali pada Mark.

"Iya kalo bukan Pak Yuta siapa?" Seulgi bertanya penasaran, Mark memajukan tubuhnya, instruksi agar semua orang merapat karena ia akan berbisik. Semua orang menyimak dengan wajah serius, bahkan para gadis yanh berambut panjang sampai menyibak rambutnya agar telinga mereka lebih leluasa mendengar. Mark membuka mulutnya dengan misterius, semua orang semakin merapatkan diri...

"Ngga tau." Mark menjawab singkat membuat semuanya langsung memukuli Mark karena jawaban lelaki itu. Kamu hanya bisa tertawa, setidaknya tingkah Mark membuatmu bisa tertawa untuk pertama kalinya setelah pindah kesini.

Kemudian obrolan kembali berlanjut, sampai kalian menerima aba-aba dari Korcam bahwa semua harus masuk ke aula. Akhirnya mau tidak mau, kamu bangkit bersama dengan yang lainnya. Doyoung melihatmu kesulitan membawa laptop dan buku laporan desa secara bersamaan, lalu ia membantumu sambil tersenyum.

"Kalau kesusahan bilang aja, aku bakal bantuin kok." Doyoung berucap pelan, akhirnya sekarang malah ia membawakan semua barangmu. Kalian berdua berjalan beriringan masuk ke dalam aula. Sesekali kamu dan Doyoung tertawa bersama karena obrolan yang tercipta. Kamu mengakui bahwa Doyoung adalah sosok lelaki yang tenang dan bisa membangun komunikasi dengan baik tanpa terkesan menggurui. Doyoung memiliki kepribadian yang baik.

Kamu terus berjalan sampai akhirnya langkahmu terhenti, matamu menangkap sosok itu, sosok yang kamu rindukan. Ia sedang berdiri sambil mengamati macbook di depannya yang tersalur langsung dengan projector. Ia masih menggunakan setelan rapih juga sebuah koper besar, tas ransel serta tas kecil bertuliskan 'Oxford University' yang berjajar rapih di samping meja.

Jung Chanwoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jung Chanwoo. Lelaki itu tidak berubah sama sekali, ia masih sama, masih dengan mata bulatnya yang memandang tajam pada layar macbook. Kami merasakan hatimu teremas, sakit. Kamu merindukan Chanwoo, dan sekarang lelaki itu ada di depanmu berdiri dengan santai.

Doyoung menyadari perubahanmu kemudian menatap pada Chanwoo, "Anin, kenapa?"

Doyoung menyadarkanmu, kamu menggeleng kemudian tersenyum menatap pada Doyoung. Tanpa sadar setetes air mata jatuh membuat Doyoung terkejut, namun lelaki itu dengan cepat mengulurkan ibu jarinya untuk menghapus air matamu.

"Loh kamu kenapa? Kok nangis? Sakit?" Doyoung panik tentu saja, kamu langsung menggeleng dengan cepat menghapus sisa jejak air mata.

"Engga! Aku ngantuk banget sampai mataku jadi berair. Udah ayok duduk!" Kamu tersenyum sebisa mungkin kemudian menarik lengan Doyoung untuk mendudukkan diri bersama dengan teman satu kelompokmu yang lain.

Sedangkan Jung Chanwoo juga menyadari kehadiranmu, ia mematung sejenak melihatmu. Chanwoo melihatmu dengan seorang lelaki yang begitu perhatian menangkupkan tangannya ke pipimu, pun dirimu tersenyum dan menggandeng lengan lelaki itu.

Jung Chanwoo mengalihkan pandangannya kembali pada macbook. Siapa juga yang peduli?

.
.
.

😔🙁

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang