74. At The Hospital

459 129 32
                                    

Coba intip di pojok kiri bawah ada bintang tuh. Coba sentuh deh HEHEHEHE
.
.
.

Beberapa saat yang lalu, suara sirine dan ambulance berdatangan, polisi langsung mengamankan lelaki mabuk tersebut kemudian membawamu, Chanwoo dan Doyoung ke rumah sakit. Doyoung mendapatkan perawatan karena jarinya terluka. Selama pengibatan, Doyoung masih menatap tajam penuh dendam pada lelaki pemabuk yang kini terbaring lemah di UGD, siap untuk menerima operasi patah tulang.

"Kamu anak kedokteran kan? Kenapa tega bikin engsel orang hancur? Hmm?" Seorang perawat bertanya pada Doyoung sambil menjahit luka di tangan lelaki itu. Doyoung mendengus kesal.

"Saya ngga suka sama dia. Dia mau perkosa temen saya." Doyoung menjawab begitu jujur, sang perawat hanya menatap datar sambil mengobati lukanya.

"Lain kali jangan gitu. Kalau kamu udah disumpah jadi dokter, kamu harus nyembuhin orang yang sakit. Bukan bikin orang jadi sakit." Suster tersebut menutup luka Doyoung kemudian membereskan semua peralatannya. Akhirnya Doyoung keluar dari bilik pengobatan dan mendudukkan diri di kursi panjang. Doyoung memijat kepalanya yang terasa pusing, malam ini sangat menyebalkan.

Sedangkan di bilik lain, dua orang dokter memeriksamu dengan cekatan, mereka tidak menemukan patahan atau retakan di tulang punggungmu, kamu bersyukur minta ampun. Hanya saja karena benturan yang keras, kini kamu harus di kompres agar esok punggungmu tidak akan sakit berlebam biru. Sedangkan dokter yang satunya dengan telaten menjahit luka di pelipismu.

"Aduh, kayanya kamu harus pake poni terus mulai sekarang, padahal cantik banget loh kamu. Sayang banget ini lukanya bisa berbekas di muka." Dokter tersebut menatapmu prihatin, kamu hanya bisa tersenyum mendengarkan.

"Bahaya ya KKN tuh? Saya sebenernya dari dulu ngga setuju ada KKN, bayangin aja, gadis-gadis perawan, di lepasin ke wilayah asing, terus harus ngehadapin pelecehan seksual, pelecehan verbal, tekanan penduduk desa, kadang ada staff kecamatan yang kurang ajar ckckck. Saya dulu juga kaya kamu, di pepet sama orang mabuk waktu KKN, terus temen-temen saya juga pada kemalingan handphone, kamera, laptop... daripada positifnya, KKN banyak negatifnya. Saya harap, kamu ngga trauma ya habis ini? Kalau kamu susah tidur, kepikiran lebih dari seminggu, langsung ke psikolog ya? Terus ini jahitannya juga harus di bersihin tiap hari, kesini aja ya? Nanti ke ruangan saya, saya rawat langsung kamu." Dokter wanita itu menuturkan dengan cerewet, kamu hanya bisa tersenyum, setidaknya sejauh ini memang kamu merasakan hal yang sama, KKN lebih banyak negatifnya.

Di sisi lain, kamu mendengarkan suara Chanwoo yang naik beberapa oktaf, ia marah pada pihak universitas karena ketidak efektifan KKN berlangsung, wilayah yang tidak aman menjadi masalah paling utama. Sesekali lelaki itu juga berkata tegas pada polisi untuk memenjarakan pemabuk yang mengganggumu.

"Dosen kamu peduli banget ya sama mahasiswa, mana ganteng lagi."

"Iya kan! Ganteng banget! Wah... mana tegas banget orangnya."

Dua dokter yang merawatmu merumpi dengan asik, kamu hanya bisa tersenyum mendengarkan penuturan mereka yang lucu. Tidak lama, Chanwoo masuk ke bilikmu, untung saja perawatanmu sudah selesai.

"Malem ini kamu pulang ke hotel ya sama aku? Doyoung biar dianter sama polisi, dia udah ngasih keterangan setelah kamu tadi. Ngga usah khawatir ya?" Chanwoo mendudukkan diri di kursi sebelah ranjangmu. Kamu tersenyum kemudian mengulurkan tangan untuk membelai pipi Chanwoo, lelaki itu terlihat sangat kelelahan karena aktifitasnya, belum lagi pihak Oxford meminta Chanwoo untuk segera menyerahkan bab 2 disertasinya.

"Kalo aku ikut kakak ke hotel, nanti Bu Carik gimana kalo khawatir aku ngga pulang?" Kamu bertanya khawatir, Chanwoo tersenyum kemudian meraih tanganmu yang masih setia berada di atas pipinya. Ia menggenggam tanganmu dengan lembut.

"Aku udah ijin. Bu Carik bilang ngga papa. Lagian khawatir juga kalau kamu masih takut buat balik ke desa. Nanti kita buka satu kamar buat kamu tidur, kalau ngga ada yang kosong, aku bisa tidur di sofa. Santai aja." Chanwoo bertutur santai, sedangkan kamu menggigit bawah bibirmu.

"Ehm... ngga usah buka kamar baru. Lagian kita juga udah biasa tidur bareng." Kamu langsung menunduk setelah mengatakan itu, pipimu langsung memerah malu. Chanwoo langsung terdiam, pipinya juga memerah panas.

Untuk apa kalian malu? Toh kalian juga belum pernah melakukan apa-apa di luar batas bukan?

Chanwoo berdehem kemudian mengalihkan pandangannya, begitu juga denganmu. Kalian sama-sama salah tingkah namun justru hal ini membuatmu tersenyum geli. Siapa yang mengira jika akan seperti ini? Kamu kira Chanwoo tidak akan hadir kembali di hidupmu, nyatanya dia duduk di depanmu sambil menggenggam tanganmu dengan erat.

"Oh iya... tadi aku udah telepon ibu kamu, ibu kaget tapi terus aku bilang kalau kamu ngga papa, mending sekarang kamu telepon ibu deh." Chanwoo memberi tau karena ibumu begitu panik, Chanwoo sendiri malah meminta maaf karena merasa dirinya tidak bisa melindungimu dengan baik.

"Kakak! Kenapa sih ngadu segala! Ih ini tu sebenernya anak ayah sama ibu tuh kamu apa aku sih! Sebel! ㅡ eh loh... handphoneku kemana ya?" Rasa kesalmu menguap seketika saat kamu mencari handphone di saku jaketmu. Tidak ada. Kemudian memorimu berputar kembali, kamu teringat jika handphonemu terbanting saat kamu tersungkur ke aspal. Kamu memejamkan matamu menahan emosi.

"Hah... kayanya hpku udah ilang deh. Tadi jatuh pas aku telepon Kak Chanu. Yaudah deh ngga papa. Udah hp ilang, flashdisk ketinggalan di Kecamatan, awas aja kalo ilang juga. Bisa nangis aku." Kamu mendengus kesal, sial sekali malam ini sangat menyebalkan. Chanwoo yang menyimak kemudian tersenyum, tangan kanannya masuk ke saku celana jeans yang ia kenakan.

"Flashdisk ini?" Chanwoo memberikan satu benda kecil berwarna putih itu, kamu langsung terbelalak senang menerimanya.

"Ih Kak! Kok tau sih?" Kamu tersenyum senang, lega sudah, tugasmu terselamatkan.

"Ya emang aku ngga apal sama kamu? Orang aku liat kamu teledor banget tinggalin di ruang fotocopy. Coba aku ngga liat, mau nangis berapa malem kamu?" Chanwoo bertanya menggoda, kamu tertawa mengangguk kemudian memasukkan flashdisk tersebut ke saku jaketmu.

"Makasih ya, Kak. Makasih buat semuanya." Ucapmu tersenyum begitu manis pada Chanwoo, membuat lelaki itu tersenyum kembali kemudian menggenggam tanganmu begitu erat.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang