71. That Couple Ring

467 98 52
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu menguap tidak karuan sambil memoleskan pelembab bibir, tentu saja untuk melembabkan bibirmu dan membuat bibirmu sedikit berwarna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kamu menguap tidak karuan sambil memoleskan pelembab bibir, tentu saja untuk melembabkan bibirmu dan membuat bibirmu sedikit berwarna merah. Bali dingin, apa lagi kamu ada di pelosok desa, suhu begitu rendah hingga membuat kulit bibirmu terasa kering.

"Anin, Doyoung udah di depan!" Doyeon yang sedang membantu Bu Carik untuk memasak berseru keras, karena pasti Doyoung sudah menunggu. Benar saja, saat kamu keluar, lelaki itu tersenyum diatas sebuah motor matic merah. Doyoung melihat wajahmu yang begitu polos masih mengantuk, seketika moodnya yang hancur semalaman langsung membaik.

"Masih ngantuk ya? Nanti kita pulang cepet deh, terus biar kamu bisa tidur siang. Oke?" Doyoung berkata begitu perhatian, kamu mengangguk mengerti kemudian mendudukkan diri di boncengan Doyoung.

Jarak antara desamu dengan kecamatan hanya lima menit saja. Tentu kalian bisa berjalan kaki, namun nampaknya lebih praktis jika menggunakan motor bukan? Jika ada yang mudah, kenapa harus sulit? Begitu kata Doyoung. Tapi bagimu, berjalan kaki juga tidak masalah karena saat di Depok, kamu juga sudah terbiasa dengan hal itu.

Saat kamu dan Doyoung sampai di kecamatan, terpantau memang tidak terlalu ramai. Hanya ada 20 orang dari seluruh anggota kelompok, ditambah juga beberapa orang dari kepengurusan kecamatan.

"Wih couple kita datang!" Seseorang berseru pada kalian, kamu langsung memandang bingung. Couple? Siapa?

Kini semua orang juga ikut berseru melihat kalian berdua yang berjalan bersama, apa lagi saat Doyoung dengan jelas membawakan tas ransel pink-mu yang berisikan seluruh file laporan.

"Hah apa anjir? Kaga! Rese lu!" Doyoung berseru sambil tersenyum, semua orang malah semakin menyoraki kalian. Kini kamu sadar bahwa kalian berdualah yang menjadi pusat perhatian, kamu langsung ikut tertawa untuk berbaur dengan suasana.

"Engga anjir!" Timpalmu, kemudian seorang gadis yang kamu lupa namanya juga ikut berseru mengompori kalian. Ah sial sekali, padahal jam baru menunjukkan pukul 8 tapi situasi sudah memojokkanmu, mengira bahwa kamu dan Doyoung adalah sepasang kekasih.

"KALIAN NGAPAIN DISINI?! MASUK KE AULA SEKARANG!" Kalian semua terkejut saat sebuah suara begitu menggelegar tegas. Chanwoo berdiri di depan pintu aula menatap tajam pada Doyoung. Kamu menggigit bibirmu karena takut dan semua orang langsung hening menunduk. Chanwoo melangkahkan kakinya masuk ke aula diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa lainnya. Doyoung mensejajarimu memberikan senyum untuk menenangkan.

"Kaget ya? Rese banget emang. Dia di Fisip gitu juga ya?" Doyoung berbisik saat kalian berhasil duduk bersebelahan, kamu tertawa pelan karena ada rasa geli di hatimu, Doyoung belum tau saja bagaimana Chanwoo jika sudah di luar kelas. Jung Chanwoo sangat berbeda.

"Iya kalo ngajar kaya gitu. Tapi kalau di luar kelas beda lagi." Kamu berkata santai tanpa khawatir, jemarimu dengan pelan mengeluarkan berkas untuk mempersiapkan LRK. Sedangkan Doyoung tersenyum miring sambil berfikir, jemarinya yang panjang mengetuk meja dengan irama yang stabil. Lelaki itu tersenyum bengis mengalihkan pandangannya, atau lebih tepatnya memutar bola mata karena merasa muak pada Chanwoo.

"Kita mulai ya pagi ini, semua persiapkan filenya. Silahkan maju satu persatu untuk saya baca. Kalau masih ada bagian yang harus di revisi, revisi sekarang juga, saya tunggu. Kalau engga, kalian boleh langsung pulang ke desa, segera bantu warga desa dan menyusun program kerja kalian. Pertama, desa Bakbakan, silahkan." Chanwoo memberi instruksi. Kamu dan Doyoung langsung bangkit untuk duduk di depan Chanwoo.

Chanwoo memeriksa dengan seksana, mata bulatnya memandang tajam pada setiap kalimat, penggunaan kata, penggunaan tanda baca, landasan program, tabel dan lain-lain. Kamu mengamati Chanwoo dengan seksama, namun fokusmu seketika teralihkan pada jari manis Chanwoo. Cincin couple kalian masih bertengger manis, rasa kantukmu yang sedari tadi menyiksa langsung menguap begitu saja. Ia masih memakainya, tidak melepasnya sama sekali sejak kalian bertemu kemarin.

Kamu langsung mendongak menatap Chanwoo, bibirmu begitu gatal untuk menanyakan maksud lelaki itu. Namun seketika kamu teringat jika ada Doyoung dan mahasiswa lainnya yang kini sedang ada di dalam satu ruangan kalian.

Doyoung menyadari itu, ia mengikuti arah pandangmu. Kemudian matanya menatap pada cincin yang melingkar manis di ibu jari Chanwoo. Itu bukan cincin pernikahan, tepatnya terlalu sederhana untuk sebuah cincin pernikahan.

"Anindita, saya mau lihat KTM temen-temen satu kelompok kamu buat nyocokin NIM." Chanwoo berkata tanpa memandangmu, pun kamu segera membuka dompetmu. Doyoung mengamati dengan jelas, saat kamu membuka dompetmu, ia melihat benda mengkilap di antara sela KTM dan uang cashmu. Sebuah cincin, cincin yang sama persis dengan milik Chanwoo.

Doyoung mengalihkan pandangannya, ia menggigit bibir bawahnya kesal. Potongan-potongan puzzle mulai terkumpul di otaknya, terkadang Doyoung merutuki dirinya sendiri yang terlalu penasaran dan terlalu cerdas. Kini ia makin penasaran dengan hubunganmu dan Chanwoo. Doyoung tidak mau, Doyoung tidak akan menyerah untuk mendekatimu, bahkan jika lelaki itu harus merebutmu dari Chanwoo.

•••

"Anindita..." Chanwoo memanggilmu saat kamu hendak keluar dari Aula setelah pembubaran mahasiswa. Doyoung ikut berhenti, Anin langsung mendekat padamu.

Chanwoo melihat itu, beberapa detik matanya beradu pandang pada Doyoung.

"Doyoung, saya ada urusan sama Anin. Kamu boleh pulang, nanti Anin saya antar ke rumah Bu Carik atau ke posko." Chanwoo memerintahkan Doyoung, Doyoung tersenyum.

"Saya bisa nungguin kok, Pak. Ngga papa." Doyoung bersikeras. Chanwoo menghembuskan nafasnya kesal.

"Saya bakal lama sama Anin. Kamu pulang duluan aja, saya ada urusㅡ"

"Kenapa harus Anin? Kenapa Anin harus sendirian? Saya juga bisㅡ"

"Karena Anin mahasiswa saya! Saya dosen dari jurusannya! Kamu mau mengira apa sama saya? Kamu kira, saya ngga tau gelagat kamu?!" Chanwoo membentak untuk menyadarkan posisi Doyoung agar tidak melewati batasnya. Kamu panik saat melihat Doyoung dan Chanwoo semakin memanas, pun akhirnya kamu mendekat pada Doyoung untuk memundurkan tubuh lelaki itu.

"Doy, aku ngga papa kok. Pak Chanwoo udah biasa minta tolong sama aku, jadi santai aja. Udah kamu pulang ya? Nanti aku pasti pulang kok." Kamu meyakinkan Doyoung, lelaki itu menatapmu khawatir, kamu mengerti kemudian tersenyum untuk menenangkan suasana hati Doyoung.

"Janji sama aku ya? Jangan kelamaan, aku tungguin kamu di posko." Doyoung meraih tanganmu untuk digenggamnya, kamu terkejut menatap pada tangan kecilmu yang kontras di tangan Doyoung. Sedangkan Doyoung kembali menatap tajam pada Chanwoo yang melihatnya geram karena berani menyentuhmu.

"Janji. Udah sana pulang! Jangan lupa makan!" Kamu membalik paksa tubuh Doyoung kemudian mendorong lelaki itu keluar dari ruang Aula.

Chanwoo masih mengamati, sepertinya Doyoung bukan sekedar mahasiswa biasa. Chanwoo harus berhati-hati.

.
.
.
Mari tebak-tebakan. Jadi sebenernya, Doyoung tu jahat atau baik? Hehehehe

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang