65. The Last Letter From Jung Chanwoo

448 108 29
                                    

Anindita Han...

Aku sudah mulai diutus untuk menulis disertasiku. Lalu aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku bisa? Selama ini aku menghadapi semuanya sendiri, jika aku boleh jujur, aku merasa tertekan. Aku suka belajar, aku suka bagaimana aku bisa menemukan hal baru. Tapi entah kenapa sejak aku bertemu denganmu, kemudian aku kehilanganmu, aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Aku merasa hilang. Aku hanya ingin dirimu. Hanya itu.

Tapi aku sendiri tidak boleh egois bukan? Mungkin saat ini kamu sudah tersenyum senang dengan kehidupanmu yang sekarang. Atau mungkin kamu sudah memiliki kekasih baru. Apa pun itu, asal kamu bahagia dan tidak tersakiti, aku turut senang, Anin. Karena aku memang ingin kamu bahagia.

Berbicara mengenai kekasih, sejujurnya beberapa tempo hari, ada seorang gadis lugu yang terlihat kesulitan dalam belajar. Aku memutuskan untuk membantunya, ternyata dia teman satu kelasku. Akhirnya kita berbagi pengetahuan bersama. Sampai akhirnya dia berkata, bahwa dia ingin lebih dekat denganku, dia mengajakku untuk menonton film.

Kamu tau respon jawabanku?

Tanpa jeda aku berkata tidak. Bahkan aku langsung meninggalkannya begitu saja. Apa yang ada di pikiranku adalah dirimu, Anindita. Sepertinya ini akan sulit, sepertinya aku akan terjebak selamanya untuk mencintaimu.

Anin, aku tidak keberatan. Jika pun aku harus mati karena terlalu mencintaimu, aku tidak apa-apa. Bagiku, setiap waktu yang aku lalui bersamamu adalah sebuah anugrah paling indah untukku. Melihat senyummu pun, aku seperti menemukan kehidupanku sendiri, merasakan tanganmu dalam genggamanku, aku merasakan kehangatan yang luar biasa sampai membuat hatiku terasa senang. Semua tentangmu, aku menyukainya.

Aku kira, aku akan selamanya membohongimu bahwa aku meninggalkanmu karena aku sudah tidak mencintaimu. Ternyata kakakku lebih pintar daripada aku dan sekarang kamu mengetahuinya. Maafkan aku karena harus merelakanmu. Maaf, bukannya aku bermaksud untuk menyakitimu. Maaf.

Mungkin sekarang kamu sudah lebih bahagia, sudah menemukan banyak teman baru, aku senang jika memang keadaanmu akan seperti itu. Aku senang.

Anin, aku sangat mencintaimu. Mungkin kamu akan bosan mendengarnya, tapi seberapa banyak pun aku mengatakannya, tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaanku padamu. Aku tidak menyangka jika akan tenggelam padamu sedalam ini, hingga aku harus menangis setiap malam. Ini menyesakkan, tapi aku tidak ingin menyakitimu lebih dari ini, ataupun menyakiti kakakku, aku tidak bisa.

Anin, mungkin ini tulisan terakhir yang akan aku tulis untukmu. Aku ingin mencoba untuk melupakanmu. Apakah aku mampu? Apakah aku bisa? Aku sendiri juga ragu.

Sebenarnya aku sudah berusaha, sudah pernah. Tapi aku gagal. Bahkan angin yang berhembus pun mengingatkan aku padamu. Kamu terlalu berharga untukku. Andai saja Tuhan memberikan satu kesempatan untuk memelukmu, aku tidak akan melepaskannya, aku ingin kamu mengetahui seberapa besarnya aku mencintaimu dan tidak ingin meninggalkanmu. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Anin, pernahkah terbesit di benakmu? Apa yang akan kita lakukan jika suatu saat nanti kita akan bertemu?

Mungkin aku hanya akan berdiri mengamatimu, melihat perkembanganmu. Apakah kamu tersenyum dengan lebar? Bagaimana pola makanmu? Bagaimana lingkunganmu?

Mungkin aku hanya akan berdiri melihatmu, bagiku itu sudah sangat melegakan.

Anin, ini surat terakhir yang aku tulis. Aku ingin mencoba untuk membuka kembali lembaran baru di hidupku. Semoga kali ini Tuhan akan mengijinkan aku dan tidak mempermainkan takdir lagi.

Anindita Han, jika suatu saat nanti kita bertemu, aku harap kita akan bertemu dengan keadaan yang bahagia, dengan senyum di masing-masing wajah kita.

Anindita Han, berbahagialah. Aku mencintaimu.

ㅡ Jung Chanwoo, Oxford kembali bermekaran dengan bunga musim semi. Selamat tinggal apa yang sudah berlalu.

•••

Present time

Air mata Chanwoo mengalir, ia membaca setiap kalimat yang tertoreh di atas kertas yang mulai menguning tersebut. Tepat satu bulan yang lalu ia berhenti untuk menulis surat untukmu. Tapi kini apa? Takdir mempertemukannya denganmu kembali.

Chanwoo tersenyum pedih, ia kira dengan kembali untuk menjadi DPL tidak akan dengan mudah bertemu denganmu. Tapi Tuhan kembali permainkan papan caturnya, Jung Chanwoo melihatmu yang tersenyum bersama lelaki lain.

Apa yang harus Chanwoo lakukan sekarang?

Ia benar-benar merindukanmu. Ia kira ia sudah baik-baik saja, nyatanya seluruh tembok pertahanannya runtuh begitu saja. Jung Chanwoo masih belum melupakanmu, atau mungkin dalam dirinya memang tidak ingin melupakanmu.

Chanwoo memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Perlahan ia menurunkan seluruh tubuhnya hanyut pada air bathtub yang penuh. Membiarkan seluruh tubuhnya dalam keheningan air.

Jung Chanwoo butuh ketenangan.

.
.
.

Jangan lupa vote hehehee ❤

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang