87. A Family

621 104 22
                                    

"Taruh ayamnya ke meja ya?
Nak Chanu, mantu ibu~ tolong ambilin satu set alat makan yang udah dicuci sama Mbak Ijah ya?" Ibumu tersenyum padamu begitu bahagia, ia juga memanggil Chanwoo dengan begitu riang. Kamu tersenyum, beberapa kali ibumu selalu mencium pipimu karena rindu, dan beberapa kali juga ibumu mencubiti pipi Chanwoo karena gemas.

"Chanwoo tambah ganteng ya pulang dari Oxford? Hmm... bisa ya kamu nemu cowok kaya dia. Udah ganteng, tinggi, pinter, mapan wah... kayanya doa ibu ke kamu manjur banget." Ibumu berbisik sambil melipat kain serbet putih untuk masing-masing spot duduk.

"Apaan pinter? Orang dulu aja gegabah banget ninggalin Anin gara-gara Kak Jinan juga suka sama Anin." Kamu mengomel kesal jika ingat kejadian itu, Chanwoo memang pintar, tapi untuk masalah asmara, jangan ditanya. Anak SMP saja bisa lebih pintar dari dia.

Alih-alih ikut marah, ibumu malah tertawa sambil menepuk pundakmu, kemudian menyingkirkan rambut panjangmu ke belakang. Untung saja kamu sedang menggunakan turtle neck, jika tidak mungkin banyak bercak kemerahan ulah Chanwoo akan terlihat dengan jelas. Kemudian ibumu akan berteriak dan membawamu ke KUA besok pagi tanpa babibu.

"Itu namanya proses. Semua kan butuh belajar, Chanwoo mungkin emang ngga berpengalaman soal cinta-cintaan. Ya kaya kamu, ngga ada pengalaman buat masak tapi udah nekat mau nikah." Ibumu mencolek hidungmu gemas, membuatmu juga ikut tersenyum manja pada ibumu.

Tiba-tiba ayahmu sudah datang dengan pakaian rapihnya, semerbak wangi langsung menjalar ke seluruh penjuru ruangan. Tanpa permisi, beliau mengambil satu irisan semangka dan memakannya dengan lahap.

"Ayah ih, wangi banget kaya mau Jum'atan!" Ibumu protes disusul juga dengan tawamu. Kemudian Chanwoo juga ikut bergabung ke meja untuk menaruh peralatan makan, dengan gemas, ayahmu menyuapkan satu potong semangka ke calon menantunya.

"Wangi dong, kan mau ketemu besanㅡ eh eh! Udah sampai tuh!" Ayahmu berseru senang saat sebuah mobil keluarga sampai. Ayah Jung dan Ibu Kim turun dengan senyuman di wajah mereka, disusul juga dengan Kim Jinhwan dan seorang gadis kecil berambut hitam yang begitu manis. Kamu memekik riang saat melihat Jinhwan kemudian memeluk lelaki itu.

Tentu saja rindu, Jinhwan seperti kakakmu sendiri. Sedangkan Jinwhan mengaduh saat tubuhmu begitu saja menghantam lelaki itu. Jinhwan senang, hatinya begitu lega, kamu akan menjadi adik iparnya, dan itu menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuk Jinhwan.

"Kangen banget ya? Aku bawain mochi loh!" Jinhwan berseru riang sambil mengangkat tinggi-tinggi satu kantung plastik oleh-oleh Semarang, kamu langsung menerimanya dengan girang.

Chanwoo melihat kalian berdua kemudian menyusul untuk mengapit leher Jinhwan yang hanya sebatas pundaknya saja, "lu ngga kangen ama gue? Kenapa Anin doang yang dibeliin oleh-oleh hah?!"

Chanwoo berseru, Jinhwan meminta ampun membuat semua anggota keluarga tertawa termasuk juga dengan Jia. Mendengar suara tawa Jia, kamu akhirnya menyadari keberadaan gadis itu, kemudian kamu tersenyum mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Jia menyadari itu kemudian ikut tersenyum padamu dan menyambut uluran tanganmu.

"Anin ya? Mas Jinan udah banyak cerita tentang kamu. Aku Jia, kita seumuran hehe. Salam kenal ya?" Jia begitu ceria dengan logat khas Semarang yang begitu kental membuatmu tersenyum, teringat Chanwoo jika berbicara bahasa Jawa.

"Oh iya, aku bawa wine dari Semarang. Enak loh." Jia memberikan satu kantong kertas, kamu tersenyum senang menerimanya.

"Wah kayanya enak nih." Kamu berucap senang, diikuti oleh anggukan Jia. Pun akhirnya kalian semua masuk ke dalam rumah. Ayah Jung dan Ibu Kim juga sempat memelukmu rindu, bahkan Ibu Kim tidak kunjung melepaskan gandengan tangannya dari lenganmu.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang