4. Not That Handsome!

470 61 1
                                    

Kamu mendudukan diri di bangku bersama dengan Ryujin dan Donghyuk, tidak di depan maupun di belakang, tidak di pojok maupun di pinggir. Kalian berada di baris normal yaitu baris tengah, batinmu mengatakan bahwa setidaknya kamu ada di posisi yang pas untuk memperhatikan dosen tanpa perlu adanya resiko ditunjuk.

Setidaknya begitu rencana di dalam pikiranmu. Sekitar lima menit kemudian, sang dosen datang. Jung Chanwoo dengan ketampanannya, masuk melenggang. Kaki panjangnya melangkah dengan santai, dibalut dengan celana yang pas, tidak lupa tubuh tegapnya berpadu dengan kaos putih dan blazer yang begitu menarik perhatian setiap orang. Sebelah tangannya membawa tiga buku tebal dengan tas jansport biru yang disampirkan begitu saja di pundak.

 Sebelah tangannya membawa tiga buku tebal dengan tas jansport biru yang disampirkan begitu saja di pundak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu bisa mendengar beberapa gadis sedikit memekik, mengagumi bagaimana visual dari Jung Chanwoo. Ryujin menepuk pundakmu pelan,

"Ganteng ya, Nin... manis juga."

Kamu mengerutkan alis, menatap Chanwoo secara seksama kemudian mendengus kesal. Dimana letak ketampanannya? Lelaki yang menjengkelkan tidak akan pernah menjadi lelaki yang tampan. Itu mutlak!

Tidak lama, Chanwoo mengedarkan pandangannya pada setiap penjuru kelas, kemudian mata bulatnya bertemu denganmu. Terpaku beberapa detik, baik kamu dan Chanwoo menatap satu sama lain tidak mau kalah. Chanwoo tersenyum miring kemudian lebih memilih untuk mengambil absensi.

"Udah kenal kan ya, sama saya? Yang tadi ngga masuk kelas pertama, bukan tanggungan saya kalau kamu tidak tau saya." Chanwoo berkata santai, menyerahkan absensi pada barisan depan.

"Hari ini kita mau ngebahas Max Weber ya. Sesuai sama silabus, kalian harusnya udah baca. Siapa yang berani mengawali bahasan kita?" Chanwoo berkata santai sambil mengambil buku tebal kemudian membuka buku yang ada di tangannya. Tidak lama ia begitu saya menyingkirkan buku itu kembali keatas meja seakan-akan hanya sekali pandang, seluruh materi sudah masuk ke dalam otaknya.

Chanwoo melipat kedua tangannya kemudian menunjuk Donghyuk, Donghyuk hampir terjungkal jika tidak bersiap. Tentu saja ia kaget.

"Kamu. Siapa namanya? Jelaskan soal protestant ethnic." Chanwoo memandang Donghyuk kemudian menyandarkan tubuhnya pada meja dosen, masih tetap memandang tanpa jera. Donghyuk menggaruk belakang kepalanya.

Kamu melirik sejenak pada Donghyuk yang nampak mengerutkan keningnya, sedangkan Ryujin menggigit bibir bawahnya cemas, takut jika ditunjuk juga.

"Donghyuk, Pak. Kalau etika protestan itu, kerja dengan sungguh-sungguh tanpa melihat imbalan." Ucap Donghyuk begitu polos membuat Chanwoo mengerutkan dahinya tidak suka.

"Kamu mahasiswa, bahasanya kaya anak TK. Yang bagus dikit dong, yang lebih detail. Coba kamu, Anindita. Jelaskan."

Mati sudah. Kamu memejamkan mata menggeram pelan karena kesal, kamu tau persis Jung Chanwoo pasti sengaja. Kamu menatap Chanwoo yang tersenyum miring, kamu menurunkan masker yang sedari tadi bertengger di wajahmu. Sejenak kamu bisa melihat raut tidak terbaca dari Chanwoo, entah apa yang dipikirkan oleh dosenmu itu.

"Etika protestan itu... dimana kelompok yang bersangkutan bekerja keras, tidak mengenal waktu dan tidak mandang materi yang akan menjadi upah mereka. Karena mereka percaya dengan adanya surga, mereka percaya jika mereka bekerja keras di dunia, surga akan menjadi jawaban." Kamu berucap sebisa yang kamu utarakan, berbekal belajar singkatmu.

Chanwoo menatapmu sedikit menaikkan kedua sudut bibirnya, "kemudian hal tersebut berpengaruh sama apa? Membentuk apa?"

Pening... kepalamu langsung pening begitu saja. Kamu melirik Ryujin dan Donghyuk bergantian untuk meminta tolong, namun kedua sahabatmu itu langsung menggeleng tidak mengerti. Chanwoo yang melihat itu menghembuskan nafasnya kesal.

"Yang lain ada yang tau ngga? Baca dong..." telunjuk Chanwoo mengetuk pada meja seiring dengan detak jam dinding yang membuat suasana kelas menjadi mencekam.

"Specialists without spirit, sensualists without heart; this nullity imagines that it has attained a level of civilization never before achieved. Udah saya kasih clue nih... masih ngga ada yang bisa jawab?" Chanwoo masih berusaha untuk mencari jawaban yang tepat dari 20 mahasiswa yang ada. Kemudian ia menghambuskan nafas, sedikit kesal tentu saja.

"Anindita Donghyuk, baca Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Temukan core-nya. Dan semua yang ada di kelas ini, review minggu depan sesuai dengan SAP..."

Chanwoo memberikan mengumuman dengan lantang, kemudian kembali mentapmu, "tanpa terkecuali."

Tanpa sadar, tanganmu sudah meremas jemari satu sama lain. Kesal. Kamu juga bisa mendengar hembusan nafas teman-teman sekelasmu.

"Buka Emile Durkheim halaman..."

Rasanya kamu ingin melemparkan bangku ke arah lelaki itu. Ganteng? HALAH!

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang