3. Unlucky

932 78 3
                                    

Kamu berusaha untuk menghirup nafas sebisa yang kamu lakukan. Pening sangat terasa, namun apa daya jika ini adalah hari perdanamu sebagai seorang mahasiswa baru? Melewatkan satu mata kuliah saja sudah sangat memusingkan. Belum lagi dosen yang bernama Jung Chanwoo itu tiba-tiba melempar satu buku tebal yang memuakkan.

Kesal? Tentu saja.

Kamu menggosokkan botol kecil freshcare ke pelipismu, berharap akan segera menghilangkan rasa pening di kepalamu.

"Mau balik aja, Nin?" Ryujin, sahabatmu bertanya pelan, kamu langsung menggeleng karena masih ingin melanjutkan mata kuliahmu berikutnya. Ada jeda sekitar 30 menit lamanya, mungkin bisa kamu manfaatkan untuk makan siang sejenak.

Kamu mendudukkan diri di salah satu bangku kantin setelah memesan satu menu ayam lodho hangat. Sangat cocok untuk menyegarkan tubuhmu saat ini. Semoga saja.

Sedangkan di sisi lain, sepasang mata bulat mengawasimu, menatap padamu tanpa jeda mengawasi sebisa yang ia lakukan. Entah mengapa eksistensimu menarik perhatiannya, membuat medan magnet tiba-tiba tercipta khusus untuknya. Jung Chanwoo mengawasimu. Menatapmu begitu tajam sampai akhirnya Goo Junhoe yang sedang menceritakan kisahnya, sedikit kesal.

"Lu dengerin gue gak sih?" June mengetuk meja pelan, membuat Chanwoo langsung menatap padanya sedikit terkejut.

"Apa?" Chanwoo balas bertanya membuat June melipat kedua tangannya di dada. Arah matanya mengikuti pada pandangan Chanwoo, membuat June mau tidak mau menemukan sosok yang membuat Chanwoo tertarik.

"Siapa? Mahasiswa lu? Manis tuh." June menyesap kopinya pelan. Chanwoo tersenyum miring, tidak habis pikir dengan June yang merupakan kepala perusahaan, memilih waktu luangnya untuk menjadi tenaga pengajar disini, atau lebih tepatnya mengganggu Chanwoo. Menyibukkan diri kata June, padahal sang istri di rumah sedang ribet-ribetnya menjaga dua bayi kembar yang selalu menangis.

"Iya mahasiswa gue. Ngatain gue botak coba? Masa ngira gue dosen botak, tua, ngeselin gara-gara gue ngasih tugas banyak? Gila aja. Tadi langsung gue kasih tugas tambahan. Salah sendiri kaga masuk jam pertama." Chanu mengomel sambil mengaduk es teh di mejanya. Sedangkan Goo Junhoe tentu saja tertawa.

"Jangan gitu, Chan. Bisa-bisa lu demen sama dia. Ati-ati aja lu." June menyesap kopinya santai, sesekali jemarinya mengetik pesan untuk sang istri tercinta yang berpesan padanya untuk membeli popok bayi.

"Ogah! Liat aja bakal gue kerjain terus, ampe dia capek liat muka gue." Chanwoo tertawa jahat, matanya beberapa kali masih mengawasi pergerakanmu yang menyantap makan siangmu begitu lahap. Perlahan kedua sudut bibir Chanwoo tertarik keatas, menatapmu dalam senyuman.

June mengetahui itu, rasanya ia ingin tertawa. Belum lagi saat melihat ekspresi Chanwoo yang berubah total saat ia melihat sosok lelaki tiba-tiba datang dan duduk di depanmu. Senyumnya luntur begitu saja saat jemari lelaki itu menyeka keringatmu yang ada di pipi.

"Gue balik dah, si adek nitip popok. Gue mau mainan juga sama Bri sama Anna. Gemes! Punya anak tuh gemes loh, Chan! Buruan nyusul!" June menjulurkan lidahnya kemudian kabur begitu saja. Ia tau, ia hanya tinggal menghitung waktu sebelum Chanwoo benar-benar jatuh cinta padamu.

•••

Kamu menghapus jejak ingus yang ada di lubang hidungmu kemudian kembali memakan kuah ayam lodho, nikmat mana yang bisa kamu dustakan? Benar-benar surga dunia.

Tidak lama, sosok seorang lelaki datang menghampirimu dan Ryujin, Kim Donghyuk dengan santai menyambar minumanmu setelah meletakkan banyak buku tebal di hadapanmu. Kamu tidak protes sama sekali, toh sudah biasa ini terjadi. Untung saja Donghyuk merupakan seorang teman yang sangat santai sehingga kamu sendiri terbawa dengan pembawaan lelaki itu. Begitu juga dengan Ryujin yang tidak kalah santainya.

"Ya ampun... lu makan ampe keringetan semua." Dengan santai, Donghyuk menghapus jejak keringatmu, kamu menatap lelaki itu begitu datar, tidak khayal beberapa pasang mata melihat kearah kalian, atau lebih tepatnya para gadis melihat begitu cemburu.

Bagi mereka, Donghyuk itu tipe lelaki yang sangat sempurna, kamu sendiri mengakui itu. Donghyuk sangat tampan, cerdas, manis, belum lagi perilakunya sangat baik kepada semua orang. Mungkin jika hatimu tidak bertameng baja, kamu juga sudah jatuh hati pada Donghyuk.

Ryujin menepuk tangan Donghyuk, "lu kek gitu, sadar ngga? Bisa-bisa Anin diamuk massa. Fans lu banyak!"

Kamu tertawa, Donghyuk langsung cemberut menatap Ryunjin kemudian lebih memilih untuk mengeluarkan bekal makanan yang ia bawa. Donghyuk memang terlalu tampan untuk menjadi seorang mahasiswa biasa. Seharusnya ia menjadi seorang artis saja nantinya, mungkin dia bisa merauk banyak keuntungan dari situ. Namun Donghyuk tetaplah Donghyuk yang ingin menjadi seseorang yang biasa saja.

"Eh habis ini kita masih ada satu kelas ya? Kelas apa dah?" Kamu membuka pertanyaan, Ryujin coba mengingat-ingat sambil masih memakan siomay di piringnya.

"Paradigma teori kan?" Ryujin akhirnya membuka handphone untuk memastikan, dia mengangguk sendiri membenarkan.

"Siapa dosennya?" Kamu kembali bertanya sambil meminum es teh di gelasmu. Sakit boleh, es teh jangan ditolak.

"Pak Chanwoo."

"Uhuk!" Kamu tersedak begitu saja, air menyembur pada muka Donghyuk yang kini hanya bisa memejam pasrah. Dia tersenyum masam kemudian meraih tissuemu untuk mengelap wajahnya sendiri.

Kamu masih terbatuk, bertemu dengannya selama lima menit saja sudah menimbulkan masalah, apa lagi selama jam kuliah? Semoga tidak terjadi apa-apa lagi.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang