20. Meet Anin's Parents

547 105 27
                                    

"ASSALAMOALAIKUM TUAN PUTRI!" Ayahmu berseru girang saat memasuki apartemenmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ASSALAMOALAIKUM TUAN PUTRI!" Ayahmu berseru girang saat memasuki apartemenmu. Disusul juga dengan ibumu yang berbondong-bondong langsung memelukmu. Menjadi anak satu-satunya memang terbiasa untuk mendapat perlakuan istimewa dari ayah dan ibumu, maklum saja, untuk mendapatkanmu, butuh penantian selama 5 tahun lamanya.

"Ya ampun anak ibu tambah cantik, mentang-mentang ngga pernah pulang terus bikin pangkling." Ibumu mencubit pelan pipimu gemas, sedangkan kamu senang-senang saja mendapatkan perlakuan tersebut.

"Ayah sama ibu bawa apaan? Banyak banget?" Kamu bertanya karena ayahmu nampak membawa banyak ranjang makanan, kemudian ayahmu menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, menginstruksikan agar kamu diam.

"Udah. Diem aja, ini buat kamu pokoknya." Kamu menurut sedangkan ayahmu dengan santai memasukkan semua masakan ke dalam kulkas, dan juga beberapa masakan disajikan ke atas meja, begitu juga dengan ibumu yang membantu.

Kamu masih nengawasi kedua orangtuamu sambil sesekali membantu, meskipun pikiranmu kini melayang tidak tentu arah. Kamu was-was minta ampun karena Jung Chanwoo belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Ia berjanji bahwa ia yang akan mengurusi semua sisa barang-barang pindahanmu, namun sudah satu jam lamanya, ia belum kembali ke apartemenmu.

"Katanya ngurus barang sisa pindahan? Mana barang-barangnya, Mbak?" Ibumu bertanya, 'mbak' nama panggilan kesayangan yang sudah lama tidak kamu dengar secara langsung, membuatmu lambat laun tersenyum kemudian memeluk ibumu dari samping.

"Iya lagi diurusin temen. Nanti tukang angkutnya kesini kok, buk." Kamu menjawab sambil mengambil satu potong kentang goreng, begitu juga dengan ayahmu yang sekarang duduk sambil makan bersamamu, sedangkan ibumu menggeleng gemas melihat penampakan dua bayi besarnya.

Tidak berselang lama, bell apartemen berbunyi, kamu langsung bangkit sedikit berlari membukakan pintu diikuti juga oleh ayahmu karena ia kepo. Jika bercerita tentang ayahmu, memang benar ia sangat lengket jika sudah bersamamu. Seperti magnet yang bergerak beriringan. Saat kami bergerak, ayahmu juga ikut bergerak, dan juga sebaliknya. Kamu memang lebih dekat dengan ayahmu.

Pemandangan pertama yang kamu lihat saat membuka pintu adalah dua kurir yang mengangkat lemari bajumu, disusul satu orang kurir lagi yang membawakan dispenser, kemudian Jung Chanwoo yang membawa satu kardus besar dalam pelukannya.

Chanwoo tersenyum menatapmu, begitu juga denganmu. Ayahmu tidak menyadari hal tersebut, ia langsung mengarahkan para kurir untuk meletakkan semua barangmu di ruang tengah.

"Mas, kardusnya taruh di depan TV aja. Nanti biar saya sama anak saya yang bongkar." Ayahmu memerintah Chanwoo dengan santai, sedangkan Chanwoo hanya tersenyum pasrah kemudian meletakkan kardusnya. Ia berdiri bingung karena barang sisa akan diangkut oleh kurir lainnya, ia berdiri menatapmu minta pertolongan. Sedangkan dirimu hanya menatap Chanwoo tidak mengerti.

Giliran ayahmu menatap Chanwoo yang tidak kembali ke luar seperti kurir lainnya, kemudian ia menduga jika barangnya sudah selesai diangkut.

"Oh udah ya Mas? Ini saya kasih uang tambahan buat beli makan ya, Mas. Makasih banyak ya!" Ayahmu menyerahkan sejumlah uang pada Chanwoo, lelaki itu terbelalak kaget, sedangkan kamu tidak kuasa menahan tawa langsung menahan tangan ayahmu.

"Ayah... dia bukan kurir angkut." Kamu berucap lirih masih sambil tertawa sedangkan ayahmu langsung terkejut, ibumu yang menyimak langsung ikut tertawa juga.

"Ya ampun maaf. Saya kira kurir angkut juga. Ya ampun maaf, Mas." Ayahmu meminta maaf berkali-kali sedangkan Chanwoo langsung tertawa sambil menggeleng.

"Engga Om, nggapapa kok."

Kamu dan ibumu masih tertawa geli, kemudian ibumu mendekat pada Chanwoo, memegang lengan Chanwoo sambil mengamati lelaki itu dari atas sampai kebawah. Tampan, belum lagi proporsi tubuhnya sangat apik.

"Jadi kamu siapa?" Ibumu bertanya sambil tersenyum, Chanwoo juga ikut tersenyum memamerkan lesung pipitnya kemudian membungkuk memberi salam.

"Saya Jung Chanwoo, Tante. Panggil aja Chanwoo, sayaㅡ"

"Ini temennya Anin." Kamu menyahut cepat, kedua orangtuamu tersenyum senang kemudian menepuk pundak Chanwoo. Sebenarnya Chanwoo merasa sedikit terganggu saat kamu berkata bahwa Chanwoo adalah temanmu, namun memang begitu adanya kan? Kalian belum memiliki hubungan lebih. Chanwoo hanya mampu mendesah pasrah. Mungkin kamu lupa tentang pelukan semalam.

"Ya ampun kamu tinggi banget, Nak? Ganteng lagi ya ampun... Ayok ayok makan dulu. Pasti capek habis bantuin angkat barangnya Anin." Ayahmu mengajak Chanwoo ke meja makan. Yah setidaknya ini sambutan hangat bukan?

.
.
.

Kurir angkut Jung Chanwoo in da hauze 🤣🤣🤣

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang