56. The Tears Falling Down

424 102 31
                                    

Jangan lupa vote dan ramein hehehe. Aku suka banget baca komen kalian ❤❤
.
.
.

Kim Jinhwan tidak terima, ia begitu tersulut emosi, apa lagi saat melihatmu begitu hancur tidak bersisa. Apa yang dipikirkan Jung Chanwoo? Bagaimana bisa ia tega menyakitimu seperti ini? Jinhwan tidak akan memaksakan apa-apa, ia hanya ingin kamu bahagia, dan jika memang bahagiamu bersama Chanwoo, Jinhwan akan bersyukur. Meskipun nanti ia akan merasakan sakit, tapi ia bersyukur jika bisa melihatmu bahagia bersama dengan adiknya. Tapi apa ini? Alih-alih membahagiakanmu, Chanwoo malah membuatmu menangis, meraung memanggil namamu.

Jinhwan melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, bahkan tidak jarang hingga mengeluarkan suara rem yang berdecit. Saat sampai di kompleks perumahannya, hingga rumahnya terlihat, ia memarkirkan mobilnya dengan tergesa sampai menabrak tembok garasi, membuat terkejut kedua Ayah Jung dan Ibu Kim yang sedang bersantai di balkon.

"Nak? Kenapa? Jinan?!" Ibu Kim bingung, Jinhwan dengan mata merahnya yang terkilat emosi langsung naik ke lantai dua. Ibu Kim berusaha meraih lengan Jinhwan namun dihempas begitu saja sampai Ibu Kim terdorong, Ayah Jung tentu saja tidak terima melihat istrinya kesakitan.

"Kim Jinhwan!" Ayah Jung berteriak geram melihat tingkah anaknya. Bagaimana bisa ia mengabaikan panggilan sang ibu dan bahkan mendorong ibunya?

Ayah Jung dan Ibu Kim langsung tergesa mengikuti Jinhwan, mereka semakin panik saat Jinhwan masuk ke kamar Chanwoo, mendobrak pintu hingga menimbulkan kebisingan luar biasa.

"BANGSAT!" Bug!

Satu bogem mentah melayang di pipi Chanwoo yang sedang menata semua bajunya masuk ke dalam koper besar, tidak sampai disitu, Chanwoo yang terdorong hingga menabrak meja kembali dihajar oleh Jinhwan. Chanwoo diam, ia menatap kosong menerima seluruh bogem mentah dari sang kakak yang terlihat begitu emosi.

Chanwoo menerima itu, ia merasa bahwa ia pantas mendapatkannya. Bahkan rasa sakit ini tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya. Air matanya tetap mengalir deras bahkan tanpa isakan. Jung Chanwoo hancur, sama hancurnya denganmu.

"Jinan! Kamu udah gila ya?!" Ayah Jung langsung menarik paksa Jinhwan yang melawan untuk kembali menghajar sang adik, Ibu Kim panik setengah mati segera menolong Chanwoo untuk duduk.

"Jinan! Jangan bikin ibumu malu! Kamu tuh kenapa hah?! Main hajar adekmu kaya gini maksudnya apa?! Kamuㅡ"

"TANYA SENDIRI SAMA CHANU! KENAPA DIA SETEGA ITU SAMA ANIN?! KENAPA DIA SETEGA ITU NINGGALIN CEWEK DI TENGAH JALAN, NANGIS KELIMPUNGAN MANGGILIN DIA?! PANTES DIA DISEBUT COWOKㅡ"

"GUE JUGA NGGA MAU KAYA GINI! LU PIKIR GUE NGGA HANCUR?! GUE MAU LU BAHAGIA!" Chanwoo berteriak putus asa menyela Jinhwan membuat seisi ruangan terdiam. Ayah Jung dan Ibu Kim bertukar pandangan bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Gue ninggalin Anin, buat lu. Gue mau Anin sama lu, gue ngerelain dia buat lu. Please... gue juga hancur." Chanwoo berkata putus asa, air mata jatuh berpadu dengan darah di sudut bibirnya. Jinhwan terdiam, ia menyadari bahwa Chanwoo begitu kacau.

"Ngga gini caranyㅡ"

"TERUS GIMANA?!" Chanwoo berteriak emosi.

"Gue besok ke Oxford. Lu harus jagain Anin, lu sayang sama Anin, dan gue mau lu bahagia sama dia." Chanwoo berucap pasrah dan putus asa. Ibu Jung langsung memeluk Chanwoo begitu erat setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Chanwoo memeluk sang ibu kembali, menumpahkan seluruh air matanya terisak hebat.

Jung Chanwoo tidak pernah selemah ini dalam hidupnya, tidak pernah menunjukkan tangisannya di depan siapap un dan kini ia bersandar pada sang ibu, menangis begitu hebat. Ibu Kim menepuk punggung Chanwoo menenangkan lelaki itu. Chanwoo butuh waktu, Chanwoo butuh beristirahat.

•••

Jinhwan, Chanwoo, Ibu Kim dan Ayah Jung kini duduk berempat di dalam kamar Chanwoo. Chanwoo sudah lebih tenang, begitu pun dengan Jinhwan yang kini menunduk karena menyesali perbuatannya. Bagaimana bisa ia begitu gegabah meluapkan emosi pada Chanwoo?

"Jadi kalian suka sama cewek yang sama?" Ibu Kim membuka percakapan dengan lembut, sesekali ia mengobati sudut bibir anak lelakinya itu, sedangkan tangan Jinhwan yang juga terluka, diobati oleh ayah Jung.

Chanwoo menunduk tidak mampu menjawab, namun sudah jelas jawaban tersirat dari situ. Ibu Kim menghela nafas panjang, menatap pada ayah Jung yang juga sama sedihnya. Ayah Jung menatap pada Ibu Kim, seakan-akan mereka sudah tau jawaban apa yang tepat.

"Ayah ngga akan membela siapa pun, anak ayah sama semua. Kalau emang Chanu sayang sama Anin, begitu juga dengan Jinan, ya kita juga ngga bisa bohong. Kita ngga bisa memutuskan sama siapa kita bakal jatuh cinta. Sekarang kalian ngga harus berantem kaya tadi ya? Semua selalu ada jalan. Yakin kan?" Ayah Jung menatap pada Jinhwan yang kemudian lelaki itu akhirnya mengangguk.

"Chanu, ini cewek yang mau kamu lamar kan? Jadi kamu mundur karena Kakak?" Ibu Jung membelai pipi Chanwoo, Chanwoo menunduk kemudian mengangguk.

"Mamah sama Mas udah banyak menderita, Chanu ngga mau nambahin lagi, Mahㅡ"

"Heh, Chanu! Lu kira dengan bikin Anin nangis kaya gitu tuh jawaban apa hah?! Lu kira kalau Anin udah nangis gitu, dia bakal jadi punya gue?!" Jinhwan emosi, ayah Jung langsung menepuk pundak Jinhwan untuk meredakan emosi anak lelakinya itu.

Chanwoo sadar ia salah, tapi ia tidak mau egois. Ia ingin melepaskanmu agar tidak menyakiti Jinhwan. Ibu Jung menghembuskan nafasnya begitu berat. Kenapa ini harus terjadi pada kedua anak lelakinya? Kenapa serumit ini?

"Chanu, kamu yakin mau lanjut pergi ke Oxford besok?" Ibu Jung bertanya pelan, Chanwoo mengangguk yakin. Meskipun berat, Chanwoo masih dalam pendiriannya, ia ingin melepaskanmu demi kebahagiaan Jinhwan. Ia memang merasakan sakit yang sama luar biasanya dengan dirimu, tapi dia tidak bisa melanjutkan ini.

Ayah Jung dan Ibu Kim menghembuskan nafasnya bersamaan, "yaudah kalau Chanu mau berangkat, ngga papa. Mungkin emang kamu butuh waktu buat berfikir. Begitu juga sama Jinan, mungkin kamu juga butuh mikir untuk langkah kamu kedepannya kaya gimana. Anak papah udah besar, jangan gampang emosi sampai nantinya emosi itu malah bikin menyesal. Jangan."

Ayah Jung menatap kedua anak lelakinya. Chanwoo dan Jinhwan menunduk meratapi apa yang mereka rasakan. Sedangkan pikiran Chanwoo kembali melayang padamu, tangisanmu, jeritanmu memanggil namanya, semuanya. Chanwoo harus merelakanmu, ia harus melepaskanmu, demi dirimu sendiri dan juga Kim Jinhwan.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang