78. Kiss and Hug

531 116 54
                                    

Mari matikan lampu, berbaring di kasur, rapatkan selimut. Selamat membaca ❤

This chapter is special for you who always support me 🥰
.
.
.

"Mas Didi! Makasih loh, berkat Mas, project kelompok saya lancar banget." Kamu berseru pada Mas Didi yang sedang mengetik laporan bulanannya. Lelaki itu tertawa pelan, akhirnya kamu menyodorkan sekaleng kopi, buah potong dan roti yang kamu beli di minimarket tadi sebelum ke kecamatan sebagai tanda terimakasih.

"Makasih loh ya. Ngga usah repot-repot sebenernya, Neng. Ini kamu ke kecamatan sama siapa?" Mas Didi melihat kearah belakangmu. Kamu hanya menaik turunkan pundakmu acuh.

"Sendirian, yang lain lagi ngurusin project individual, sama kaya aku." Kamu berkata santai sambil sesekali mengedarkan pandangan ke dalam Aula. Kamu tersenyum saat menemukan Jung Chanwoo di dalam aula itu sendirian, sedang menekuni pekerjaan yang ada di macbooknya.

"Kamu tuh! Minggu lalu habis ada kasus sama orang mabuk kok sekarang udah ke kecamatan sendirian lagi, malem-malem pula! Ngga takut ya? Kamu kalo mau kesini, bilang sama saya juga saya jemput! Emang dasar kamu tu keras kepala banget." Mas Didi mengomel membuatmu kembali fokus padanya. Kamu tertawa kecil kemudian berkacak pinggang.

"Aku udah berani! Aku punya recovery badan yang bagus! Jahitanku udah diambil juga! Nih!" Kamu membuka jidatmu yang kini terpaksa harus berponi, menunjukkan bekas luka jahitan yang sudah menyatu. Mas Didi hanya tertawa sambil menggeleng kemudian kembali memfokuskan diri pada dokumen di depannya.

"Yaudah Mas, aku pulang dulu ya! Selamat lembur Mas Didi!" Kamu melambai pelan, sesekali kamu mencoba untuk mengintip ke dalam aula. Nampaknya Chanwoo masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya kamu memutuskan untuk pulang.

Kamu berjalan dengan santai sambil bersenandung, sial memang tidak bisa menggunakan earphone karena naasnya handphonemu sudah tidak ditemukan di TKP. Kamu seperti hidup di jaman sebelum masehi sekarang. Untung saja kamu tidak hilang akal untuk segera menelpon perusahaan label handphone dan providermu guna melaporkan kehilangan. Bahaya bukan jika semua yang ada di dalamnya akan disalah gunakan?

Saat kamu berjalan pelan melewati lorong ruang kecamatan, tiba-tiba tanganmu tertarik oleh seseorang. Kamu terkejut saat sebuah tubuh yang tidak asing tiba-tiba menarikmu ke dalam pelukannya. Tubuh itu, tubuh yang kamu kenali, aromanya, deru jantungnya, irama nafasnya, semuanya. Chanwoo memejamkan matanya kemudian menghirup lekat aroma tubuhmu.

"Kakak, kok tiba-tiba peluk sih? Nanti dilihat orang loh..." kamu menepuk punggung Chanwoo mengingatkan, namun alih-alih melepas, Chanwoo malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku udah pernah bilang kan? Inget ngga? Kalau ada jalan, aku pasti bakal lari ke kamu. Anin, tadi aku liat kamu mau keluar, aku lari terus peluk kamu." Chanwoo berbisik di lekuk lehermu. Kamu masih bisa mendengarnya dengan jelas, otakmu kembali berputar, kamu mencoba untuk mencerna makna yang tersirat dari kalimat Chanwoo. Tentu saja kamu tidak bodoh, kamu langsung tersenyum memeluk Chanwoo lebih erat.

"Jadi udah ketemu jalan keluarnya? Jangan bilang Kak Chanu mau ninggalin aku lagi?" Kamu bertanya memastikan, Chanwoo langsung menggeleng dengan cepat. Ia melepas pelukan kemudian menangkupkan kedua tangannya di pipimu. Ibu jarinya membelai pipimu lembut, mata bulatnya mengamatimu begitu seksama. Chanwoo membuka mulutnya hendak kembali bersuara, namun semua terhenti saat tiba-tiba suara Mas Didi menggelegar.

"Iya Pak, ini saya lagi jalan keluar. Bentar ya, Pak!" Mas Didi terlihat tergesa, baik Chanwoo dan dirimu langsung terkejut apa lagi saat melihat Mas Didi berlari tergesa.

Segera Chanwoo menarikmu setelah ia membuka pintu asal-asalan, ia menarikmu ke dalam sebuah ruangan penyimpanan berkas. Tentu saja kamu terkejut, kemudian Chanwoo menutup pintu tergesa, kamu masih bisa mendengar suara Mas Didi berlari kemudian keluar dari pintu kecamatan.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang