75. The Notebook

433 100 37
                                    

Kamu dan Chanwoo melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang di fasilitasi oleh pihak universitas untuk Chanwoo. Sedangkan Chanwoo sendiri sudah menelpon Bu Carik dan menceritakan semua kejadian yang sudah terjadi sekaligus meminta ijin agar kamu tidak pulang malam ini karena masih terlalu syok. Sedangkan Doyoung sudah sedari tadi diantarkan pulang oleh polisi. Tentu saja jelas warga desa gempar, apa lagi saat mendengar suara sirine polisi dan ambulance.

Kamu menghembuskan nafasmu pelan, setidaknya sekarang kamu sudah aman bersama dengan Chanwoo bukan?

"Anin, aku mandi dulu ya, aku belum sempet pulang dari tadi sore. Kamu kalau mau ganti baju, pilih aja baju di dalem lemari, aku bawa kaos banyak, seengganya lebih nyaman kamu pake kaosku daripada pake baju yang kotor kena aspal." Chanwoo menepuk pelan kepalamu, kamu tersenyum sambil mengangguk.

"Apa kamu mau mandi sekalian?" Chanwoo bertanya polos, kamu langsung mendongak membelalakkan mata, Chanwoo masih dengan santai menatapmu, kemudian dia tersadar, kini mata lebarnya ikut terbelalak.

"Maksudku kamu boleh mandi duluan! Bukan sekalian bareng, engga!" Chanwoo langsung menggelengkan kepalanya panik, kamu tertawa melihat reaksi lelaki itu.

"Hahaha! Kakak bikin panik! Engga usah kak, Kak Chanu mandi aja dulu. Aku ganti baju aja, soalnya tadi sebelum berangkat ke kecamatan, aku udah mandi. Paling nanti aku cuci muka sama cuci kaki aja kok. Udah sana mandi!" Kamu membalik badan Chanwoo kemudian mendorongnya ke dalam kamar mandi. Chanwoo tersenyum, kamu sangat menggemaskan dan Chanwoo menyukai itu.

Setelah kamu mendengar suara pancuran mulai turun, kamu menghembuskan nafasmu pelan kemudian berjalan ke arah lemari. Jemarimu menunjuk satu persatu kaos yang akan kamu pilih, ternyata Chanwoo tidak berubah, ia masih sama rapihnya dan wangi. Kamu tersenyum pelan, mungkin kekurangan Jung Chanwoo hanya menyebalkan saat menjadi dosen. Hanya itu.

Saat kamu sedang asik memilih sambil bersenandung pelan, matamu terhenti pada satu buku catatan usang bernuansa kulit asli. Kamu tersenyum berfikir mungkin itu buku penelitian Chanwoo, kamu mengambil buku tersebut karena rasa penasaranmu. Saat kamu menarik buku itu, satu kotak beludru berwarna hijau tosca jatuh. Kamu terkejut bukan main, untung saja Chanwoo masih bersenandung di dalam kamar mandi.

Kamu memeluk buku catatan usang itu kemudian berjongkok mengambil kotak tersebut. Jemarimu dengan pelan membuka perlahan, sebuah cincin indah bertahta berlian yang begitu apik. Kamu menganga, cincin tersebut begitu cantik. Namun dengan cepat kamu menutup kembali kotaknya karena cincin tersebut bukan milikmu. Entah kenapa rongga dadamu terasa sakit.

Kenapa Chanwoo menyimpan cincin itu? Itu cincin wanita, kenapa Chanwoo menyimpannya? Untuk siapa? Apakah Chanwoo sudah memiliki kekasih yang ia sembunyikan?

Kamu bangkit kemudian mendudukkan diri di bibir ranjang. Kamu menggigit bawah bibirmu ragu kemudian membuka buku catatan usang tersebut. Hal tertama yang kamu lihat adalah bekas-bekas tetesan air yang sudah mengering. Kamu mengerutkan dahimu bingung, ini bekas air mata? Kenapa bisa ada di kertas buku catatan?

Kamu mengedarkan pandangan, kemudian menemukan satu tagline.

Jung Chanwoo, Anindita Han, dan Oxford.

Kamu terkejut saat namamu tertulis dengan jelas disana. Jemarimu langsung melenggang manis pada halaman berikutnya.

Anindita? Apa kabar?

Anin, aku menangis. Menangis dengan kencang sambil memeluk cincin yang seharusnya aku berikan padamu malam itu. Aku memang terlalu pengecut, lelaki tidak bertanggung jawab yang meninggalkanmu begitu saja. Aku hancur saat melihatmu menangis, seharusnya aku tidak boleh melakukan ini padamu.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang