9. The Universe

308 52 3
                                    

"Kelas selesai kali ini. Jangan lupa baca materi buat pertemuan selanjutnya! Saya capek ngingetin terus, tiap minggu ada aja yang ngga bisa jawab pertanyaan! Kalian ngga kasian sama orangtua kalian yang udah bayar UKT mahal-mahal? Percuma aja masuk ke Universitas favorit tapi ditanyain dikit, otaknya ternyata kosong. Belajar!" Chanwoo sedikit membentak karena sudah berjalan beberapa bulan, masih saja menemukan mahasiswa yang tidak memperhatikan dengan baik instruksi yang diberikan olehnya.

"Galak bener dah itu orang. Punya pacar ngga sih anjir." Ryujin berbisik mengomel, Donghyuk langsung mengangguk pelan.

"Iya anjir. Muka aja imut, kalo udah ngajar kaya dajjal." Donghyuk menimpali kemudian bangkit dari tempat duduk. Sedangkan kamu masih terdiam, menahan senyuman karena kedua sahabatmu ini tidak tau sosok Jung Chanwoo yang sebenarnya.

"Lu ngga balik?" Donghyuk mengetuk mejamu pelan, kamu mendongak kemudian menggeleng perlahan.

"Engga. Gue... ada janji." Kamu berucap sambil tersenyum manis membuat Donghyuk menatapmu curiga. Namun Ryujin dengan cepat mendorong bahu Donghyuk agar cepat berjalan.

"Paling udah punya 'gebetan'. Sukses ya Nin! Udah ayo kita makan soto mie!" Ryujin menarik Donghyuk, namun nampaknya temanmu itu tidak terima, masih menatapmu sampai keluar kelas. Bahkan ia sempat kembali memunculkan wajah curiganya dari pintu sebelum akhirnya Ryujin mencubit telinga Donghyuk. Kamu tentu saja hanya bisa tertawa geli.

Saat kelas sudah kosong, Chanwoo tersenyum padamu, begitu pula dengan dirimu. Chanwoo berjalan mendekat tidak melepaskan pandangannya padamu.

"Ayo jalan. Jadi kan?" Chanwoo bertanya dengan begitu lembut, sangat berbeda 180° dibandingkan Jung Chanwoo 5 menit yang lalu. Kamu mengangguk kemudian bangkit dari tempat dudukmu. Chanu tersenyum kemudian mengelus pelan kepalamu karena gemas. Tinggimu tidak lebih dari telinganya, rasanya Chanwoo ingin memelukmu. Tubuh kecilmu dalam pelukannya pasti akan sangat nyaman.

 Tubuh kecilmu dalam pelukannya pasti akan sangat nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Akhirnya kalian berdua berjalan keluar dari kelas menuju ke parkiran, beberapa pasang mata melihat kalian berdua tentu saja. Kamu menunduk malu, kemudian Chanwoo menyadari keadaan yang ada.

"Anin, menurut kamu dunia dengan segala aspek kehidupan bisa dibatasi ngga sih?" Chanwoo tiba-tiba membuka obrolan untuk mengalihkan perhatian, kamu mendongak menatap pada wajah lelaki itu yang juga menatap padamu. Tentu saja kalian berdua masih berjalan menuju ke parkiran, mengabaikan banyak pasang mata yang memperhatikan kalian.

"Maksudnya, Pak?" Kamu bertanya ragu, sedangkan Chanwoo menahan tawa karena kamu masih memanggilnya dengan sebutan 'pak' tidak sepenuhnya salah karena kalian masih ada di lingkungan kampus, pun Chanwoo sadar bahwa Anin mengerti, Chanwoo sedang memberikan topik agar orang-orang di sekitar teralihkan, menganggap mereka berdiskusi mengenai materi kuliah. Tidak lebih.

"Contoh... kita dapat kasus yang berkaitan dengan kebudayaan. Udah nonton Midsommar belum?"

Kamu nampak berfikir kemudian mengangguk karena baru saja beberapa saat yang lalu, kamu menonton film itu atas rekomendasi dosen lain. Chanwoo tersenyum puas perlahan tangannya masuk ke dalam saku celana, masih tetap berjalan tentu saja.

"Sebenernya itu salah atau engga? Karena itu tuntutan dari kebudayaan mereka kan? Tapi menurut kamu, itu salah ngga sih?" Chanwoo memberikan pertanyaan yang menjebak, tentu saja kamu yang tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu, mau tidak mau harus berfikir. Siapa lagi orang yang bisa berfikir begitu kritis mengenai film selain Jung Chanwoo?

"Ehm... jujur ya, aku sendiri ngga tau. I mean... itu budaya kan, bisa aja mereka melakukan karena terpaksa dan ada beberapa pihak yang jadi memaklumi atau bahkan bisa aja jadi biasa aja karena itu udah produk budayanya." Jujur, kamu tidak siap menjawab, sedangkan Chanwoo tersenyum mendengar penuturanmu sambil membukakan pintu mobil untukmu.

"Anindita Han..." Chanwoo berkata lembut setelah berhasil duduk di kursi kemudi kemudian menutup pintu mobil.

"Kebudayaan memang menghasilkan produk... tapi inget ngga kata Einstein? The universe is unbounded but doesn't mean it can't be bounded. Jadi..." Chanwoo meraih tanganmu, menyatukan kedua tangan kalian di udara dengan membentuk masing-masing angka lima. Ibu jari bertemu ibu jari, telunjuk bertemu telunjuk dan seterusnya, juga dengan telapak tangan yang menyatu.

"Kita memang melihat kehidupan itu luas, banyak cara untuk menjadi manusia. Tapi tidak berarti tidak bisa di batasi. Terkadang batas itu ada untuk menentukan sebuah norma aturan yang tidak boleh di langgar. So, Anindita... you can bounding them, as long as you can answer it with laws. And ofcourse be wise..." Chanwoo menggeser posisi jemari kalian berdua, kemudian mengisi sela-sela jarimu dengan jarinya, menggenggam dengan halus.

Kamu terdiam merasakan gemuruh yang ada di dadamu, begitu pula dengan Chanwoo yang menatapmu tanpa berkedip. Perlahan bibir manis lelaki itu tersenyum kemudian menurunkan kedua tangan kalian, menggenggam dalam diam yang nyaman. Chanwoo mendekatkan tubuhnya ke arahmu, mengikis jarak yang ada. Kamu memundurkan tubuhmu hingga rasanya punggungmu hampir menabrak pintu mobil, perlahan kamu memejamkan mata saat jarak semakin terkikis, bahkan kamu bisa merasakan hembusan nafas Chanwoo yang menyapu pipimu.

"Jangan lupa pakai sabuk pengaman." Klik... Chanwoo terkekeh menyadari kamu memejamkan mata dan raut wajahmu yang memerah padam. Ia mulai menjalankan mobil keluar dari parkiran. Oke... kamu mulai tidak sehat. Chanwoo benar-benar berhasil mengalihkan pikiran, termasuk pikiranmu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang