14. Childhood Photos

249 39 3
                                    

"Bawang bombainya berapa, Kak?" Kamu bertanya pada Jinhwan karena sedikit lupa, Jinhwan langsung mengacungkan ke lima jarinya. Kamu mengangguk mengerti kemudian memilih bawang yang bagus, setidaknya menurutmu.

Karena tau kamu sedikit kebingungan, akhirnya Jinhwan mendekat sambil terkekeh, dia mengambil bawang bombay yang sedang kamu pegang. Kamu mendongak menatap Jinhwan yang tersenyum kemudian melihat ke bawang yang kini ada di tangannya.

"Lihat permukaannya, kalau licin, berarti bawang bombaynya masih fresh. Liat juga ujungnya, pilih yang engga terkelupas. Nah yang terakhir coba di tekan pelan, kalau masih keras, berarti kualitasnya bagus banget. Coba deh praktekin." Jinhwan memberikan instruksi, akhirnya kamu mengangguk mengerti meski agak malu karena mengetahui jika Jinhwan lebih pintar dalam urusan dapur.

Kamu mempraktekkan apa yang dikatakan Jinhwan, kemudian tersenyum saat menemukan bawang yang sekiranya fresh untuk diambil.

"Coba ini kak..." kamu menyodorkan bawang tersebut, Jinhwan tersenyum kemudian mengangguk.

"Bener! Pinter banget kamu." Jinhwan menepuk pelan kepalamu. Kamu ikut tersenyum seiring dengan senyuman Jinhwan dan juga tangan lelaki itu yang masih betah bertengger di kepalamu membelai lembut.

Perlahan kalian kembali melangkah menunju ke counter daging, kali ini Jinhwan yang memilih dengan telaten, ia mengamati struktur daging dengan mata yang sesekali menyipit, kamu kemudian ikut serta dalam mengamati. Bagimu, semua daging sama karena yang penting enak untuk dimakan bukan?

Jinhwan memilih daging yang sudah disisir tipis, kamu memperhatikan dengan seksama kemudian hanya mengangguk sok mengerti. Jinhwan yang melihatmu sangat gemas kemudian mencubit pelan pipimu.

"Kamu gemes banget sih, Anin? Aku kaya bawa adek cewek deh."

Kamu tersenyum malu, pipimu merah karena merasakan saat ini kamu merasa nyaman dengan adanya sosok Jinhwan. Kamu sebagai anak tunggal di rumahmu, sekarang seperti memiliki seorang kakak.

Sedangkan Jinhwan di sebelahmu terdiam melihat pipimu yang merah. Nyatanya bukan seperti adik, kamu lebih dari itu dimata Jinhwan. Di titik ini, Jinhwan semakin yakin bahwa ia sangat menyukaimu. Sangat.

•••

Kamu mengerutkan dahi saat Jinhwan melenggang tidak melajukan mobil menuju ke cafe, kamu sendiri bingung dengan jalanan yang ada menuju ke arah mana.

"Loh Kak? Kita mau kemana?" Kamu bertanya sedikit takut, Jinhwan yang menyadari itu kemudian tertawa gemas.

"Ke rumahku, Anin. Aku mau ngajak kamu kesana, ngga papa kan? Aku mau masakin makan malem buat kamu. Boleh?" Jinhwan bertanya lembut, sedangkan kamu menggigit bibir bawahmu karena ragu.

"Nanti aku ketemu keluarga kakak dong? Ngga ah aku malu." Kamu menolak bukan karena tidak ingin, kamu hanya malu untuk bertemu dengan keluarga Kim Jinhwan, kamu bertanya sendiri memang siapa dirimu sampai dikenalkan kepada keluarga lelaki ini.

"Engga... ayah ibu lagi pergi, paling ada adekku, itu pun kalau dia udah pulang kerja. Dia kalau pulang suka molor, kadang main dulu ke rumah temennya buat main game." Jinhwan menerangkan santai, sedangkan kamu mengangguk mengerti tidak ambil pusing karena sekarang kamu lebih terfokus pada posisimu yang akan dibawa ke rumah Jinhwan.

Kamu menatap Jinhwan dalam diam membuat ia juga ikut menatap padamu, Jinhwan tersenyum kemudian mencubit pipimu pelan, "tenang aja, Anin. Aku ngga akan ngapa-ngapain kamu kok. Aku beneran pengen masak buat kamu. Pengen sesekali kamu nyobain masakanku. Ngga papa kan? Aku ngga maksa sih, kalau kamu ngga mau, kita bisa puter balik pulang kok."

Kamu tampak menimbang-nimbang, akhirnya kamu mengiyakan ajakan Jinhwan karena toh kamu tidak ada kegiatan malam ini.

Akhirnya kalian sampai di salah satu rumah di kompleks mewah. Rumah dengan desain minimalis namun tetap terlihat mahal.

Kini kamu duduk di salah satu kursi di meja makan, mengamati punggung Kim Jinhwan yang sedang mempersiapkan bahan-bahan makanan. Kamu bangkit kemudian menyusul pelan, mensejajarkan dirimu pada Jinhwan yang sedang memotong bawang.

"Kak, aku bantuin ya?" Kamu menawarkan diri, namun dengan cepat Jinhwan menggeleng sambil menatap teduh padamu. Tangannya dengan apik masih memotong bahan-bahan yang ada dengan cekatan.

"Engga usah, Anin. Kamu kan tamuku, masa aku suruh masak? Udah sekarang duduk aja ya?" Jinhwan berkata lembut yang akhirnya kamu turuti. Kamu berkeliling sejenak melihat rumah Jinhwan yang begitu apik, tidak jarang kamu menemukan foto jaman kecil Kim Jinhwan yang begitu lucu.

Jinhwan tidak berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinhwan tidak berubah. Kemudian di frame selanjutnya, kamu menemukan satu foto anak lelaki dengan mata lebar yang menggemaskan, "ih gemes banget. Ini pasti adeknya Kak Jinan ya?"

Kamu mengamati foto tersebut yang nampak tidak asing bagimu, kamu mengerutkan alis menimbang-nimbang, namun kembali menggelengkan kepala kemudian tertawa geli.

"Mirip siapa ya?" Kamu membatin sejenak, mengamati lebih seksama.

"Mirip siapa ya?" Kamu membatin sejenak, mengamati lebih seksama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh aku tau, mirip Dion ya, anaknya Om." Batinmu tanpa menyadari bahwa itu adalah foto Jung Chanwoo. Kamu kembali melangkah tertarik untuk melihat foto dari sudut lain, nampaknya seperti foto keluarga yang lengkap. Kamu mendekat beberapa langkah untuk menatap frame keluarga tersebut.

"Anin ayo makan! Makanannya udah mateng." Jinhwan berteriak dari dapur. Kamu yang mendengar langsung membalikkan badanmu, mengurungkan niatmu untuk melihat dengan seksama foto keluarga dari Kim Jinhwan.

You're my Totemism • Chanwoo iKON✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang