Cinta sejati itu memandang kelemahan, lalu dijadikan kelebihan untuk saling mencintai.
-Freya StefaniReya masih menangis tidak percaya dengan kenyataan yang ia dengar, tepat saat hubungannya satu tahun masalah besar datang menghampiri hubungannya. Ini bukan masalah sepele, Reya benar benar kecewa, hatinya remuk entah apa yang difikirkan Elang, sampai setega ini melukai Reya untuk yang kesekian kalinya.
"udah kita sampai sini, nggak ada yang bisa dilanjutin, jadi cowok yang bertanggung jawab, aku mau pulang" ujar Reya menghela nafas menghapus beberapa jejak air matanya dan beranjak berdiri.
"aku antarin" jawab Elang menyekal pergelangan tangan Reya.
"nggak usah pegang pegang" jawab Reya menghentakkan tangannya kesal.
"Rey maafin aku, aku nggak mau kamu ninggalin aku" ujar Elang menarik bahu Reya agar Reya berhadapan dengannya.
"ngaco! Masih baik aku nggak diapa apain sama kamu, kalau sampai sama kaya Qila gimana? Udah lah aku mau pulang" jawab Reya menyingkir dari hadapan Elang dan berjalan untuk keluar dari ruangan Elang.
Reya yang hendak membuka pintu pun terhenti karena Elang yang tiba tiba memutar badan Reya, Elang berjalan mendekati Reya dan Reya terus mundur hingga tubuhnya bersentuhan dengan tembok.
Elang menatap Reya tajam, Reya hanya menghela nafas pelan menatap Elang sayu air matanya kembali menetes."apa lagi lang, aku capek, kali ini aku udah nggak bisa kasih kesempatan, apalagi kepercayaan nggak mungkin please biarin aku pulang" ujar Reya lemas, air matanya terus mengalir, dirinya benar benar lelah.
Elang tidak menjawab Elang menghapus air mata Reya yang terus mengalir dipipi Reya. Membingkai wajah Reya dengan kedua telapak tangannya mengecup kening Reya lama."jangan nangis lagi" ujar Elang seusai mengecup kening Reya mengelus pipi Reya yang terus dibanjiri air mata, Reya hanya menggelengkan kepala
"nggak tahan aku liat kamu kecewa banget" lanjut Elang menatap Reya sendu.
"kamu yang bikin aku kecewa kamu yang bikin aku nangis lang" jawab Reya.
"udah ya, ini cuma prank sayang" jawab Elang tersenyum manis.
"nggak usah bohong cuman biar aku berhenti nangis!" jawab Reya memalingkan wajahnya agar tidak menatap Elang.
"serius yang, itu prank, tadi yang nelfon pak satpam depan kantor ingetkan? Aku telfon deh sini" jawab Elang menuntun Reya berjalan kesofa dan mengambil ponselnya menelfon nomer tak bernama tadi.
"halo pak" panggil Elang terkekeh pelan
"eh halo ini gimana saya jadi galak lagi?" tanya pak satpam memelankan suaranya
"nggak usah pak, udah berhasil" jawab Elang terkekeh.
"wahhh, saya cocok jadi pemain film gitu nggak ya pak, tadi akting saya bagus kan?" tanya pak satpam itu antusias, Reya yang mendengar penuturan satpam itu langsung meninju Elang tiga kali membuat Elang terkekeh sambil mengaduh, pasalnya pukulan Reya lumayan keras.
"bagus banget pakk, sampai calon istri saya nangis nangis nih" jawab Elang melirik Reya yang sedang menekuk wajahnya.
"kasian atuh pak aslinya" jawab pak satpam itu menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elang Ferdian Samudra (END)
Teen FictionBrakk. "Kalau jalan yang bener!" ujar perempuan yang baru saja bertabrakan dengan Elang sambil memunguti bukunya yang berjatuhan. "Lo jalan main hp" jawab Elang singkat memasukkan tanganya kedalam saku celananya. "Ya kalau lo jalannya bener sekal...