EFS - Part 29

1.9K 91 0
                                    

Tidak semua orang mampu menerima keburukan pasangannya, tidak semua orang siap menerima masalalu pasangannya. Namun jika kamu menemukan seseorang yang tidak peduli dengan semua itu, yang siap menerima seutuhnya kamu dan bersedia mendampingi mu untuk menjadi lebih baik pertahankanlah. Sebab siapapun pasti mendambakannya✨
-Reyhan Vianos

Reya berjalan keluar dari rumah Rendy selepas selesai latihan band. Sesampainya didepan rumah Rendy terlihat Tama berdiri bersandar disisi mobilnya, senyum Reya mengembang melihat Tama yang sedang berdiri menatap jam tangan yang melingkar ditangannya.

"udah lama kak?" tanya Reya menghampiri Tama dengan senyum lebar.

"enggak, baru 10 menitan" jawab Tama tersenyum.

"gue balik dulu yaa" ujar Reya kepada Rendy dan teman temannya lalu masuk kedalam mobil Tama begitu juga dengan Tama.

Mobil Tama pun menjauh dari rumah Rendy melaju dengan kecepatan sedang.

"huh capek" ujar Reya memejamkan matanya.

"mau pulang atau gimana? Ngga usah nyanyi dulu misalkan lo capek" sahut Tama masih fokus menyetir.

"ngga ke cafe ngga papa gue pengin nyanyi tauk dah lama juga aku nggak nyanyi disana" jawab Reya membuka matanya melihat Tama mengangguk Reya kembali memejamkan matanya.

Sekitar 15 menitan mereka sudah sampai diparkiran cafe jingga, Reya tadi sempat tertidur sebentar, tapi terbangun akibat Tama yang mengerem mendakak katanya ada ibu ibu tiba tiba menyebrang membuat Tama kaget dan mengerem mendadak.

Reya berjalan menyusuri meja meja cafe untuk sampai ke ruangan Tama, matanya jatuh pada meja nomer 12, bahkan keterjutannya tidak bisa disembunyikan, matanya memanas melihat apa yang didepannya, tangannya mengepal kuat lalu Reya menggelengkan kepalanya pelan Reya tidak boleh menangis Reya tidak lemah.

"are you oky?" tanya Tama memegang pundak Reya. Reya hanya mengangguk tersenyum tipis.

"gue ketoilet dulu kak" jawab Reya diangguki oleh Tama.

Sesampainya ditoilet Reya menunduk lemah, menatap dirinya lewat pantulan kaca didepannya. Reya tidak percaya dengan apa yang dilihat didepan matanya tadi. Sudah berkali kali Reya mendengarkan kata tidak mungkin kembali dari mulut Elang, tapi apa? Tadi dengan mata kepalanya sendiri Reya melihat Elang bersama Dinda tidak ada raut muka gelisah dari Elang, Elang terlihat tenang saja. Tidak ada Rafa diantara mereka. Senyum tipis Reya terangkat.

"kemarin lo boongin gue jalan sama Dinda sekarang lo berduaan sama Dinda, gue ngga nyangka" gumam Reya lalu membasuh wajahnya dengan air lalu keluar dari kamar mandi. Mata Reya langsung jatuh ke meja yang tadi sempat diduduki oleh Elang dan Dinda. Tapi sekarang majanya kosong, Elang dan Dinda sudah pergi.

"kak, lo gitar ya gue nyanyi" ujar Reya menghampiri Tama yang berada didepan kasir cafe.

"oke oke aja gue" jawab Tama tersenyum lalu mereka berjalan menuju panggung kecil cafe.

"selamat sore teman teman, selamat menikmati makanan kalian jangan lupa makan yang banyak karena menghadapi kenyataan pahit butuh tenaga extra" ujar Reya membuka suara diberi tepuk tangan dari para pengunjung cafe.

Tama pun mulai memetik gitarnya dan Reya bersenandung bernyanyi.

Seventen - Jaga slalu hatimu

Elang Ferdian Samudra (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang