EFS - Part 33

1.8K 105 0
                                    

Tujuanmu ada didepan, teruslah bergerak maju, jangan terpaku melihat masa lalu
-Freya Stefani

"lo apaan!" ujar Mawar yang terkejut akan tindakan Reya baru saja.

"lo yang apaan!" jawab Reya dengan mata yang tajam.

"sumpah ga mutu banget lo" sahut Shinta menatap bajunya yang sudah basah oleh jus.

"lo berdua yang ga mutu! Gue udah bilang kalau lo berdua punya masalah sama gue selesain sama gue! Ngga usah bawa bawa keluarga gue! Lo sampah banget sih!" ujar Reya menahan emosinya supaya tangannya tidak menampar dua perempuan yang dihadapannya itu.

"salah lo sendiri ganjen" jawab Mawar melirik Reya.

"gue ga pernah ada ngusik lo keluarga lo gue ngga pernah tolol! Dasar licik" jawab Reya.

"kalau iya gue licik mau apa?!" sulut Shinta.

"udah Rey, ngurusin orang ngga waras bikin capek. Dan lo berdua gue bakal pastiin kalian berdua akan mendekam dipenjara! Lo tau siapa bokap gue bukan? Makanya sebelum bertindak itu ngotak" ujar Elang menunjuk Shinta dan Mawar, wajah Shinta dan Mawar pun berubah jadi masam, Elang lalu membawa Reya keluar dari cafe, banyak pengunjung yang menatap mereka penuh tanda tanya.

"ke kantor papa aku aja, papa pernah dulu kasus kata gini siapa tau papa bisa bantu" jawab Elang mulai menyetir mobilnya.

"ke kantor polisi dulu ya" jawab Reya lemas dan Elang mengangguk.

Sepuluh menit menempuh perjalanan Reya dan Elang sudah sampai di kantor polisi tempat Deva ditahan saat ini, Reya berjalan gontai menuju kantor polisi dan bertanya ke polisi hendak menjenguk ayahnya.

Reya menunggu diruangan khusus untuk menjenguk orang tahanan, Reya benar benar lemas untuk hari ini. Tak lama pun ayahnya datang bersama seorang polisi.

"baru juga ditinggal berapa jam udah kesini udah kangen?" ujar Deva sedikit bergurau Deva tidak bisa melihat wajah Reya yang begitu lesu tidak bersemangat.

"papa udah makan? Reya lupa bawa makan buat papa" jawab Reya menatap ayahnya sendu.

"udah, papa disini aman kok, yang penting papa nggak salah ya udah biarin aja besok pasti bebas" jawab Deva menggengam tangan Reya dengan senyum manis.

"papa masih bilang aman? Baik baik aja? Pa Reya ngga bisa terima gitu aja. Reya tau papa nggak kaya gitu orangnya, ini semua itu fitnah pa" jawab Reya.

"iya, udah ngga usah sedih, sekarang kamu sama Reza bantuin papa urus perusahaan, biar nggak kacau, nanti bilang aja ke seketaris papa yang dikantor, kalau pun besok udah sidang papa dinyatain bersalah maafin papa ya belum buat kalian seneng, cuma perusahaan kok yang disita rumahnya enggak, nanti rumahnya dijual buat ngambil kontrakan sama buat kuliah kamu dan Reza juga sekolah Tia, nanti papa kalau udah bebas kita mulai usaha dari nol, kalau kalian mau, bilang maaf papa ke mama, maaf bikin kalian hidup susah" ujar Deva masih dengan senyum dibibirnya.

"papa kok ngomong gitu! Enggak aku bakal cari cari bukti kalau itu cuma fitnah boong! Papa ngga boleh nyerah gitu"jawab Reya dengan mata sedikit berair.

"papa bangga sama kamu" ujar Deva lalu memeluk Reya, Reya yang berusaha tidak menangis pun langsung menangis sejadi jadinya di pelukan Deva, jarang sekali Reya bisa seperti ini dengan Deva.

Elang Ferdian Samudra (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang