EFS - Part 11

3.2K 156 0
                                    

Jika merasa lelah ngga papa kalau mau dilampiaskan dengan cara menangis, itu lebih baik daripada memendam terus menyalahkan keadaan seperti kurang bersyukur.
-Pratama Raditya

"sekarang gue tanyaa, kenapa lo nangis gini hmm?" ujar Tama mengusap air mata Reya yang terus menetes.

Tama menuntun Reya untuk duduk dikursi panjang yang ada diruangannya.

"boleh peluk?" tanya Reya, Tama tersenyum mengangguk.

Reya menyandarkan kepalanya didada bidang Tama, melingkarkan tanganya dipinggil Tama. Benar benar kakak yang Reya idamkan selalu memberi rasa nyaman dan aman bukan seperti kembarannya yang kelewatan cuek.

"kak, emang harus ya kalau cewek itu kudu tulen banget terus semua orang baru bisa suka sama kita?" tanya Reya membuka suara.

"kenapa nanya gitu?" jawab Tama sambil mengusap rambut Reya.

"Tadi Shinta kelewatan banget kak, ga tau bisa sampai nangis gini tapi sakit banget kak" jawab Reya.

"Shinta lagi? Dulu pas SMA lo sering banget kesel gara gara dia kok sekarang malah nangis gara gara dia kenapa?"

"biasanya dia bilangnya cuma dasar cewek bar bar, dasar cewe kw gitu aku ngga papa ngga bikin sakit hati tapi tadi dia kelewatan banget kak gue males kuliah gue pengen pindah kampus"

"dengerin yaa, lo kan ngga setiap hari dikampus ketemu sama Shinta. Bagus lo bisa ketrima di kampus itu. Kampus itu termasuk favorit. Jangan cuma omongan orang lo down. Ngga papa kamu dibilang bar bar atau apa. Yang penting jadi diri lo sendiri" jawab Tama membuat Reya tersenyum. Memang laki laki ini hebat membuat moodnya membaik.

"sekarang makan ya" ajak Tama dan Reya malah menggeleng.

"mau makan apa sekarang? Yang penting lo makan" paksa Tama lagi.

"ngga usah kak, mau pulang aja mau tidur dirumah"

"makan dulu"

"iya terserah kak Tama" jawab Reya pasrah. Kalau soal makan Tama sulit dikalahkan.

💥💥💥

"makasih kak" ujar Reya melambaikan tangannya saat mobil Tama pergi dari depan rumahnya.

Reya berjalan gontai menuju rumahnya. Matanya juga masih sedikit sembab. Dengan malas Reya menaiki tangga menuju kamarnya. Mamanya pasti sedang arisan mengingat ini hari Sabtu.

Reya berpapasan dengan Reza ditangga. Reza sedikit kaget melihat kembarannya pulang dengan keadaan yang cukup mengenaskan.

"lo kenapa?" Tanya Reza menahan Reya yang hendak berjalan.

"biasanya lo juga ngga peduli gue kenapa" jawab Reya lanjut berjalan kemudian masuk kamar.

Reya merebahkan tubuhnya kekasurnya. Benar benar melelahkan. Tapi suara pintu kamarnya dibuka membuatnya gagal tidur.

"bilang sama gue siapa yang berani buat lo nangis!" ujar Reza tiba tiba menbuat Reya langsung bangkit.

Reya melihat Reza menahan amarahnya ada apa dengan bocah ini?

Elang Ferdian Samudra (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang