Aku adalah ilalang
Yang mudah goyah dan patah
Aku adalah keputusan
Yang mudahnya kaucampakan tanpa penjelasan.
(Schatje, aprilwriters)
***
"Ya, sebentar!" seru Karenina seraya menuruni anak tangga, ia menatap pintu utama setelah bel di dekat benda persegi panjang itu menyanyi berulang kali, tapi tak ada orang yang kunjung membukakan pintu. Alhasil, ia yang tadinya sibuk memangku laptop sekadar memahami praktek bisnisnya esok hari—terpaksa beranjak keluar kamar, mungkin saja Parmini memang sudah terlelap kali ini, padahal angka jarum jam baru tunjukan pukul delapan malam.
Perempuan itu membuka pintu, ia mengernyit temukan seorang kurir barang memegang kotak merah di kedua tangannya. Satu pertanyaan klasik di kepala Karenina sekarang; benarkah antar barang sampai malam-malam begini?
"Ada apa, ya, Mas," tanya Karenina seraya tatap wajah lelah pria bertopi hitam di depannya.
"Ini antar barang buat Mbak Karenina."
"Saya sendiri, kok." Karenina ambil alih kotak merah itu, keanehan kedua muncul saat si kurir melengos pergi begitu saja tanpa meminta tanda tangan sebagai bukti serah-terima barang yang diterima pelanggan. Perempuan itu menatap sejenak si kurir yang memasuki mobil terpakrir di sisi jalan rumahnya, setelah itu menghilang dengan segala pertanyaan yang belum terjawabkan.
Karenina menutup pintu seraya tatap kotak merah yang kini memenuhi kedua tangannya, ia bawa benda itu masuk kamar, meletakannya di permukaan ranjang sebelum raih gunting di laci nakas sekadar merobek bagian atas kotak, ia raih isi kotak tadi—sebelum melemparnya sembarang ke lantai.
Jantung Karenina berdegup kencang tanggapi sesuatu yang baru didapatkannya, bola mata itu membulat tak percaya, seluruh kulit tubuh meremang rasakan sesuatu yang membuatnya takut tiba-tiba.
Sebuah pasak jagor yang dipenuhi darah. Ya, pasak jagor—boneka kecil yang terbuat dari rerumputan, biasanya digunakan ahli ilmu hitam untuk langsungkan santet.
Lalu, tiba-tiba benda itu sampai di tangan Karenina?
Ia menyentuh dada seraya sandarkan tubuh pada tembok di sisi nakas, berusaha netralkan detak jantungnya, kenapa tiba-tiba ada teror datang. Ia saja belum tahu siapa para pria yang berada di dalam van hitam misterius itu, lalu sekarang mendapatkan hadiah menyeramkan tanpa secarik pun kertas.
Karenina mendekati pasak jagor yang tergeletak di lantai kamarnya, ia raih benda itu menggunakan telunjuk serta ibu jari tangan kanan sebelum masukan lagi ke dalam kotak merah tadi, ia raih ponsel yang tergeletak di permukaan bantal—sekadar mengabadikan gambar dari hal mengerikan itu.
"Sebenarnya saya ada salah apa, siapa yang seperti ini sama saya?" Bertanya pada diri sendiri, tapi belum menemukan jawabnya. Ia bawa keluar kotak merah tadi, membawanya menuju dapur seraya remas kotak hingga tak berbentuk, persetan dengan pasak jagor di dalamnya, ia buang benda gila itu pada tempat sampah di dapur sebelum meninggalkannya.
Ia hanya sibuk berpikir, apa teror itu juga berhubungan dengan van hitam misterius yang mengikutinya tempo hari?
***
"Oh ya, kemarin owner food truck yang di Bekasi itu telepon papa, katanya besok pesanan kamu siap diantar," ucap Rahadian seraya menikmati sarapan paginya, ada waffle lezat buatan Karenina terhidang di meja makan kali ini, ia juga menikmati sarapannya bersama sang putri. "Kira-kira barang yang kamu perlukan udah lengkap semua belum?"
"Eum, tinggal deep friyer sama ekshouse hood yang belum dipesan, tapi habis ini langsung kok. Kemarin-kemarin agak banyak urusan, jadi lupa sama dua hal itu." Karenina iris waffle-nya, mengunyah hingga lembut dan meluruh di kerongkongan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schatje (completed)
RomanceNew adult, romance. 1 in Chicklit - 26 Juni 2020 53 in Romance - 21 Juli 2020 "Sekerlip bintang tanpa warna." Pertemuan tak terduga Karenina Hasan dengan Denial Nuraga di sebuah klub malam ketika patah hati menyerang perempuan itu lagi-justru menamb...
