MERAJUT TALI KASIH.

11.2K 909 58
                                    


Kala rasa menyapa
Biar rajut tali asmara
Kala tatap beradu
Biar dua menjadi satu.

(Schatje, aprilwriters)

***

Tiga bulan setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan setelahnya.

"Lama-lama bisa jadi artis kalau kayak tadi terus caranya, habis itu aku bakal didepak kalau kamu udah jadi artis papan atas," cibir Denial meski tak bersungguh-sungguh, buktinya ia tersenyum kala mengatakannya. Tadi saat motornya berhenti di dekat foodtruck Karenina, perempuan itu tengah langsungkan swafoto dengan beberapa pelanggan laki-laki yang notabene anak kuliahan, entah mengapa seringkali pelanggan yang datang akan meminta foto dengan kekasih Denial itu, dan Karenina sama sekali tak menolak, ia anggap sebagai ajang promosi. Lagipula siapa yang takkan melirik foodtruck di depan Universitas Darmawangsa yang selalu buka pukul sepuluh pagi hingga sepuluh malam jika sang pemilik yang merangkap menjadi pramusaji sekaligus kokinya adalah perempuan cantik.

Karenina sekarang terlihat lebih hangat semenjak ia melakoni bisnis kulinernya, jika ia tetap pertahankan tatapan katatonik pada orang-orang, apa mungkin mereka akan mampir? Jadi, Karenina setiap hari akan tersenyum pada semua orang, menebar energi positif yang ia miliki, benar-benar secantik arunika yang menyapa penghuni bumi kala pagi.

Tak mungkin Denial tak cemburu melihat kekasihnya seringkali selfie dengan pelanggan yang lebih didominasi laki-laki, entah tua atau muda sama saja, naluri pasti sama. Untungnya, Denial tak mempermasalahkan semua itu, kekasihnya tak mungkin berkhianat setelah begitu banyak yang mereka lewati.

"Saya nggak ada niat jadi artis kok," sahut Karenina seraya tersenyum, ia sibuk mengelap beberapa meja di sisi foodtruck, apron merah membalut bagian depan tubuh perempuan itu, rambutnya tergerai bebas dan cukup mengusik saat tangan Karenina berulang kali menyelipkannya ke belakang telinga.

Denial berdiri di belakangnya seraya manggut-manggut. "Oh, ya? Siapa tahu cita-cita berikutnya bakal jadi artis."

"Kamu setiap hari bahas itu, nggak ada yang lain emang?"

"Ya, gimana, ya." Denial menarik lengan kekasihnya, membuat perempuan itu menghentikan aktivitas, mereka berhadapan. "Aku takut kalau salah satu pelanggan kamu beneran naksir berat, terus pasang guna—argh!" Ia mengerang saat cubitan menyentuh pinggangnya.

"Sarapan pakai apa sih, kamu, Den." Karenina melengos masuki foodtruck, ia membuka sebuah rantang kecil di permukaan sliding door cabinet. Menghidupkan kompor dan meletakan sebuah panci kecil, sup kambing yang dibuatnya tadi pagi kini bersiap dipanaskan. Sudah tiga bulan terakhir sejak Karenina memulai bisnis barunya itu—sang kekasih akan selalu datang jika jam makan siang, Denial tak pernah makan siang di tempat lain, tak pernah memakan masakan lain, semua serba di tempat serta masakan Karenina. Meski jarak dari Nuraga's Construction menuju Universitas Darmawangsa cukup jauh, tapi Denial tak kenal jarak, ia bisa makan siang setiap hari dengan kekasihnya.

Schatje (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang