SATU DAN HANYA.

10K 936 76
                                    


Keputusan sempat terlunta-lunta
Menggelamkan dalam asa
Huruf demi huruf merangkai kata.
Begitu indah saat mereka eja menjadi CINTA.

(Schatje, aprilwriters)

***

"Aku ke toilet sebentar, ya. Kamu jangan ke mana-mana." Benaya membawa hand bag serta boarding pass saat beranjak tinggalkan Denial yang masih setia duduk di kursi tunggu area boarding room, sekitar lima belas menit lagi pesawat yang akan membawa keduanya menuju Seoul segera berangkat. Koper-koper mereka sudah masuk ke bagasi pesawat, tinggal membawa tubuh masing-masing memasuki pesawat jika Benaya kembali nanti.

Denial menatap keadaan sekitar, hanya segelintir orang yang akan berangkat ke Seoul malam ini, ponsel di saku jaketnya bergetar, membawa tangan Denial merogoh benda itu dan temukan pesan chat dari Elita, terlihat cukup panjang.

Bang, gue kecewa berat sama lo, bisa-bisanya pergi dan paksa mama, papa buat terima keputusan lo. Bang, lo suka lihat kita semua sedih? Lo bakal kawin lari sama cewek itu? Gue pikir lo beneran sayang sama Kak Nina, awalnya gue emang nggak setuju lo sama Kak Nina, tapi gue mulai paham setelah launching pembukaan bisnis foodtruck dia malam ini, gue tanya semua yang perlu gue tanya, dan gue baru tahu kalau lo ... sentuh dia? Otak lo di mana, Bang. Dia bahkan nggak tau kalau lo mau pergi malam ini, lo nggak pamit? Lo keseringen kasih omong kosong, apa semua itu bikin lo bahagia? Seenggaknya gue tahu kalau hidup sebagai Kak Nina itu nggak menyenangkan, semua orang berkhianat, lo salah satu tersangkanya. Kalau lo keukeuh mau pergi silakan, tapi kalau suatu hari gue kasih kabar Kak Nina bahagia sama orang lain, jangan tanya kenapa. Gue benci sama lo!

Denial lantas menghubungi nomor adiknya usai membaca pesan panjang itu, sayangnya Elita sama sekali enggan mengangkat meskipun tersambung, meski lebih dari lima kali Denial menghubunginya. Malam ini memang acara launching peresmian foodtruck Karenina, hanya sedikit orang yang diundang untuk acara itu, harusnya Denial datang sebab Karenina yang berpesan pada Elita agar kakaknya itu bisa datang. Sayangnya, ia sama sekali tak datang dan justru mengemasi pakaiannya ke dalam koper, Denial setuju untuk berangkat ke Korea dengan kekasihnya. Ia sampai bertengkar dengan orangtuanya termasuk Elang yang kebetulan datang untuk menjemput Zian serta Anne saat mereka bersiap menuju kediaman Karenina.

Tak ada yang setuju jika Denial pergi mendadak seperti itu, terlebih ia membawa nama Benaya bersamanya, menjadikan kekasihnya sebagai alasan utama yang mengaku seorang love destroyer. Mengaku kalau mereka akan tinggal dan menikah di sana, apakah pernikahan tak butuh sebuah restu? Denial gila saat itu, ia tetap keukeuh meski orangtua dan saudaranya melarang, ia tetap pergi dengan egois menganggap keputusannya paling baik.

Denial menatap ponselnya, membaca ulang chat panjang dari sang adik. Cukup banyak nama Karenina disebutkan, ia bahkan melupakan perempuan itu saat pikiranya hanya dipenuhi tentang Benaya saja sejak hari ini, semua tentang Karenina seperti tenggelam dalam, tapi tiba-tiba Elita mampu mengapungkannya lagi.

Bayangan perihal Karenina menghampiri kepala, apa yang terlihat di depan mata Denial kali ini seperti sebuah proyektor yang tampilkan sosok perempuan itu. Tentang pertama kali mereka bertemu, warung mie ayam, air mata Karenina di dekat pemakaman ibunya, sebuah ilusi dari ciuman di rumah sakit, saat air mata perempuan itu mengalir sebab terbongkarnya kebusukan Denial, mereka saling tak mengenal meski berpapasan, dan masih banyak lagi. Ada tiga hal penting yang akan Denial ingat mulai sekarang. Pertama, kopi buatan Karenina. Kedua, janji maple yang pernah mereka ucapkan. Lantas ketiga, janji Denial untuk melindungi perempuan itu usai banyak tragedi patah hati yang mereka lewati.

Schatje (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang